Topswara.com -- Kazakstan atau negara yang dikenal dengan julukan The Virgin Land mengambil langkah besar untuk melakukan normalisasi hubungan dengan penjajah Israel. Kazakhstan secara resmi menandatangani dokumen dan bergabung dalam aliansi Abbraham Accords.
Sebelumnya, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko sudah lebih dulu bergabung dalam aliansi yang diinisiasi oleh Amerika ini, bergabungnya Kazakstan menambah deretan negara yang berkhianat pada kaum muslim di Palestina.
Tidak menutup kemungkinan, kedepan akan ada lagi negara-negara yang bergabung dalam aliansi ini. Hal tersebut ditegaskan langsung oleh pihak Amerika yang mengharapkan lebih banyak lagi negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Israel selama masa jabatan kedua Trump sebagai presiden. (antaranews.com, 8/11/2025)
Bagi Hamas dan rakyat Gaza, langkah Kazakhstan ini membunuh harapan kesatuan kaum muslim untuk membela nasib saudara seiman mereka. Namun apa mau dikata, kenyataan pahit ini harus ditelan oleh rakyat Gaza dan Palestina.
Bila kita melihat kiprah negara-negara Arab selama penyerangan Israel ke wilayah Palestina, apa yang penguasa mereka lakukan sungguh memalukan.
Di tengah situasi rakyat Gaza yang terus menerima penyiksaan, pelaparan sistemis, dan pembunuhan massal, para penguasa Arab hanya diam menyaksikan kebengisan Israel menghancurkan kaum muslim di tanah kelahiran para nabi.
Untuk menutupi kemunafikan mereka, mereka hanya mengecam tanpa beraksi, hanya memberi bantuan makanan dan obat-obatan ditengah kekuatan militer yang luar biasa serta teknologi tempur yang mumpuni.
Umat akhirnya melihat kecaman demi kecaman yang mereka gelorakan hanyalah kepalsuan. Perundingan dan berbagai konferensi hanyalah drama yang justru memperpanjang episode cengkraman Israel dan AS di Palestina.
Lahirnya Abraham Accords menjadi puncak pengkhianatan yang dilakukan oleh negara-negara Arab kepada kaum muslim Palestina.
Sekalipun masih banyak negara yang belum tergabung dengan aliansi yang melakukan kerjasama dengan Israel, bukan berarti mereka murni membela Islam dan Palestina.
Justru, kebijakan mereka yang tidak melakukan perlawanan dengan mengirim pasukan militer dengan persenjataan canggih untuk membantu Hamas dalam pertempuran cukup menjadi bukti mereka memilih diam ditengah kekuatan yang mereka miliki.
Nyatanya, kekuatan saja tidak cukup untuk menggerakkan para penguasa negeri kaum muslim menolong saudaranya sendiri dan menyelamatkan bumi Alaqsha dari tangan kafir penjajah. Butuh keberanian untuk mengambil risiko yang besar dan kesamaan kepentingan untuk membela Palestina.
Namun, kepentingan inilah yang menjadi letak permasalahannya. Saat ini, masing-masing negara memiliki kepentingan yang berbeda. Gaza dan Palestina memiliki kepentingan untuk keluar dari penjajahan Israel dan menyelamatkan Alaqsa, sedangkan negara lain kepentingannya berbenturan, antara prioritas kemajuan dan keamanan dalam negeri, atau kepentingan membela kaum muslim yang beresiko tinggi jika terlibat pertempuran.
Penjajahan di bumi Palestina dibiarkan berlangsung puluhan tahun lamanya. Sudah saatnya kita keluar dari jebakan perundingan palsu mengatasnamakan gencatan senjata. Ratusan kali perundingan dilakukan, ratusan kali pula Israel melanggar dengan mudahnya tanpa rasa malu dan berdosa.
Pelanggaran Israel inipun diaminkan oleh para pengkhianat kaum muslim yang sudah menggadaikan keimanannya untuk jaminan dunia dan kekuasaan dengan tetap diam menyaksikan derita rakyat Palestina, bahkan meleburkan diri dalam aliansi busuk yang notabene penjajah dan pelaku genosida.
Dari semua kepedihan ini, hanya satu yang menjadi harapan untuk Palestina dan kaum muslim secara keseluruhan, lahirnya kekuatan baru yang sudah Allah dan RasulNya janjikan akan bangkit kembali, yakni khilafah yang berdiri diatas metode kenabian.
Sebuah kekuatan yang menjadi simbol kesatuan politik, kesatuan umat, dan kesatuan sistem dengan landasan akidah sebagai akarnya. Hanya khilafah yang bisa membebaskan Alaqsa dengan jihad, bukan dengan perundingan dan kecaman kosong.
Kekuatan inilah yang sebenarnya ditakuti oleh Amerika, Israel dan sekutunya. Dan sangat logis, mengapa Amerika selalu ikut campur dalam percaturan politik Timur Tengah, karena mereka sudah lebih mengendus adanya kekuatan yang mengancam eksistensi peradaban kapitalisme yang mereka pimpin.
Salah satu strategi mereka adalah menyimpan boneka-boneka kapitalis menjadi penguasa negeri-negeri muslim.
Dengan cara inilah, kuku penjajahan akan tetap mencengkram kuat, dan yang berani melawan bisa kita lihat nasibnya pasti jatuh dan digulingkan sebagaimana yang terjadi pada rakyat Gaza saat ini.
Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan validasi dari siapapun, bagi yang masih meragukan kebangkitan khilafah berarti ia secara sadar tidak meyakini janji Rabbnya. Namun, bagi mereka yang beriman janji ini adalah harapan dan kekuatan untuk berjuang mewujudkannya.
Oleh: Sheila Nurazizah
Aktivis Muslimah

0 Komentar