Topswara.com -- Motivator Hijrah dan Influenzer Dakwah Annisa Theresia, atau yang akrab disapa Kak Tere, menegaskan bahwa penduduk Gaza memahami betul: mereka sedang hidup di episode akhir zaman. Episode di mana orang beriman harus meneladani Ashabul Kahfi teguh menjaga akidah meski hidup di bawah pemimpin zalim dan sistem yang menindas.
“Belajar dari Gaza: Keteguhan Akidah di Tengah Penjajahan Dunia” paparnya pada Komunitas RSCM ngaji bareng kak Tere di Resto AdoGalo Bogor berjudul 2 tahun Genosida, Sedih tetapi Tidak Diam, Senin, 13/10/2025..
“Mereka tahu betul, tidak ada satu pun pemimpin negeri-negeri Muslim hari ini yang tidak berkhianat kepada rakyatnya,” ujarnya. “Namun, rakyat Gaza tetap sabar. Kesabaran terbaik adalah tawakal ‘alallah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah,” imbuhnya.
Menurutnya, pejuang Gaza tidak bersabar dengan pasif, tetapi terus berjuang dengan keteguhan dan pengorbanan. “Mereka tidak menunggu kebebasan Baitul Maqdis dengan santai. Mereka sabar dalam jihad sabar yang aktif, bukan diam,” tegasnya.
Ketika rumah mereka dibom, keluarga mereka syahid, tubuh mereka hancur yang keluar dari lisan mereka hanyalah,
“Laa haula wa laa quwwata illaa billah, hasbunallah wa ni’mal wakiil.”
“Dari situlah terlihat kekuatan akidah yang melandasi kehebatan Gaza,” kata Kak Tere dengan mata berkaca-kaca.
Sumud Flotilla dan Gelombang Keimanan Dunia
Kak Tere juga menyinggung Global Sumud Flotilla, aksi warga sipil dunia itu gigih bersama menembus blokade Gaza. “Ketika pemerintah gagal, rakyat berlayar. Namun qadarullah, mereka ditangkap, dipenjara, dan disiksa,” sesalnya.
“Anehnya, penderitaan itu justru menjadi jalan hidayah bagi banyak aktivis kemanusiaan non-Muslim. Mereka bersyahadat di penjara, mereka tetap teguh dalam Islam bahkan sekalipun disiksa oleh Zionis. Inilah kekuatan dakwah iman melalui keteguhan Gaza,” tuturnya.
Kak Tere juga menegaskan, Sumud Flotilla hanya pembuka. Tugas umat islamlah yang akan melanjutkannya. Ia mengingatkan firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 60: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka segala kekuatan yang kamu sanggupi...”
“Artinya, kita harus menyiapkan segala kemampuan, baik fisik, ilmu, maupun keimanan,” bahasnya.
Gaza Bukan Konflik, Tetapi Penjajahan
Kak Tere menolak narasi yang menyebut Gaza sedang berkonflik. “Bukan konflik, tetapi penjajahan. Bukan perang, twtapi pembantaian. Bukan kelaparan, tapi pembunuhan sistematis,” tegasnya.
Ia mengungkap, lebih dari 500 anak Gaza kini tubuhnya kering karena kelaparan buatan ini bentuk nyata genosida dan ethnic cleansing. “Mereka (Zionis) tahu bahwa orang Gaza adalah pembela Al-Aqsa paling teguh. Karena itu, mereka ingin memusnahkan Gaza,” lanjutnya.
Perlawanan harus Disertai Ilmu dan I’dad Ma’rifi
Kak Tere menekankan pentingnya i’dad al-ma‘rifi persiapan ilmu dalam perjuangan. “Kita tidak boleh hanya mengandalkan emosi. Kita harus punya ilmu, pemahaman, dan kesiapan. Karena ini bukan perjuangan biasa,” katanya.
Ia juga menyeru agar umat Islam memiliki ar-ribath, yakni kesadaran berjaga dan tidak diam. “Kita harus terus menyuarakan kebenaran. Diamnya kita hari ini akan dituntut di hadapan Allah kelak," serunya.
Menurutnya, Thufanul Aqsa yang dimulai pada 7 Oktober 2023 bukan sekadar operasi militer, tapi simbol perlawanan untuk membebaskan Al-Aqsa kiblat pertama umat Islam.
Dari Khilafah Utsmani hingga Nakbah
Ia mengingatkan sejarah panjang pengkhianatan terhadap umat Islam. Terakhir kali Masjid Al-Aqsa dijaga oleh Daulah Utsmaniyah di bawah Sultan Abdul Hamid II. “Beliau menolak tawaran Theodor Herzl untuk menjual tanah Palestina kepada Zionis,” jelasnya.
Namun, konspirasi menjatuhkan Sultan berhasil. “Ketika khilafah diruntuhkan tahun 1924 oleh Kemal At-taturk, umat Islam kehilangan perisainya,” sedihnya.
Sejak saat itu, Zionis bebas menancapkan kekuasaannya, melakukan pembantaian besar, hingga peristiwa Nakbah 1948 yang memaksa lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi.
“Dan hari ini, puncaknya adalah tragedi 7 Oktober 2023 ketika bumi Gaza dibantai habis,” katanya.
Gaza, Cermin Keimanan Kita
Bagi Kak Tere, Gaza bukan sekadar wilayah konflik, tetapi cermin keimanan umat Islam. “Palestina adalah bagian dari Syam, tanah yang diberkahi dan akan menjadi tempat kebangkitan di akhir zaman,” jelasnya.
“Maka siapa pun yang mengaku Muslim, tidak boleh berkata bahwa Palestina bukan urusannya. Ini adalah tanah kita, kehormatan kita, dan bagian dari akidah kita,” tegasnya.
Anak-Anak Gaza, Generasi Syahid
Ia juga menyinggung keteguhan anak-anak Gaza. “Bahkan anak usia dua tahun sudah mengenal nama Allah ketika bom mengintai mereka,” ucapnya.
“Mereka lahir dari pendidikan tauhid sejak dini. Hidup mereka berporos pada Al-Qur’an. Maka tidak heran jika lisan mereka lantang berkata: Hidup mulia atau mati syahid.” terangnya.
Lebih dari 22.000 anak Gaza syahid dalam dua tahun terakhir. “Dan mereka akan terus berjuang sampai darah penghabisan. Karena mereka tahu: bumi itu milik Allah, bukan untuk digadaikan,” ungkapnya.
“Dunia sedang menggadaikan Gaza lewat Two States Solution. Jika kita menyetujuinya, berarti kita telah menyetujui penjajahan. Maka hari ini, pilihannya hanya dua diam dan di Gaza kan, atau bangkit bersama Gaza,” pungkasnya. [] Nuraida
0 Komentar