Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Disintegrasi Keluarga Modern: Fatherless Kian Marak


Topswara.com -- Keluarga sistem terkecil dalam suatu masyarakat, kehidupan dalam keluarga dimulai dari suami dan istri dan dilengkapi dengan anak-anak. Setiap individu dalam keluarga memiliki keunikan masing-masing, disitulah dibutuhkan sosok ayah untuk mempersatukan keberagaman yang terjadi. 

Seorang ayah berperan sangat dominan untuk mencari nafkah, sebagai pelindungi, memberikan teladan, pendidik, teman bermain dan motivator bagi keluarganya. Saat ini, hal tersebut dirasa sangat langka dikehidupan serba modern. 

Fatherless yang saat ini banyak diperbincangkan adalah ketiadaan peran ayah dalam pengasuhan anak. Banyak anak Indonesia mengalamai Fatherless, ditengah keterpurukan meraka. Peran ayah secara biologis maupun psikis tidak terpenuhi secara fitrah.  

Peran ayah menentukan dalam tumbuh kembang anak, pola pengasuhan ayah sangat menentukan kesalihan anak. Ibu pun sangat berperan dalam pengasuhan sebab ibu adalah ummu wa rabbatul bait, seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. 

Pemimpin keluarga tetap ayah yang akan mengontrol kondisi keluarga. Disintegrasi keluarga modern sudah makin marak terjadi karena tuntutan ekonomi. Ada beberapa faktor fatherless diantaranya tuntutan ekonomi sehingga komunikasi tidak terjalin dengan baik. 

Demi memenuhi kebutuhan seorang ayah rela bekerja melebihi batas waktu. Seorang ayah terpaksa untuk pergi bekerja dini hari sebelum anaknya bangun dan pulang larut malam setelah anak tidur (voi.id, 11/10/2025). 

Fenomena yang demikian menjadikan anak kehilanagn figur ayah, sistem kapitalisme sekuler sudah melahirkan generasi fatherless.

Tantangan baru ketiadaan peran ayah di era digital dapat digantikan dengan teknologi dan media sosial, anak lebih dekat dengan gawai dan platform. Di sisi lain pun ayah pun sibuk dengan ponsel dengan alih-alih mencari hiburan daripada berinterkasi dengan anak, krisis pengasuhan anak (tagar.co, 08/10/2025). 

Disintegrasi keluarga dikehidupan saat ini kian marak menambah kurangnya rasa kepedulian satu dengan yang lainya. Ayah hanya ada sosok dalam keluarga namun tidak berperan secara nyata dalam kehidupan. 

Kesibukan mencari nafkah sehingga ketidakhadiran sosok ayah sebagai pendidik ini menjadi penyebab fatherless. Perkembangan psikologis emosi sosial bahkan prestasi akademik anak akan menunjukan penuran secra drastis, karena tidak ada penyeimbang dalam kepercayaan diri mereka. 

Para ayah hanya menyisahkan waktu di rumah dalam kelelahan untuk memenuhi kebutuhan nafkah, sehingga interkasi dengan anak-anak sangat minim sebab waktunya sudah tersita di dalam sistem kapitalistik. 

Profil ayah yang hebat tidak ditemukan mereka karena tidak ada kedekatan secara emosional untuk bercerita ataupun bersenda gurau. Fungsi qawwam dalam diri para ayah sudah berangsur sirna, baik sebagai pemberi nafkah maupun sebagai pelindungi bagi anak.

Dalam Islam, peran ayah dan ibu berfungsi sama, tugas pokok ayah adalah memberi nafkah serta teladan dalam pendidikan anak. Ibu pun mempunyai peran penting dalam hal mengasuh, menyusui, mendidik dan mengatur rumah tangga. 

Ayah yang dapat membahagikan keluarganya tentunya akan membawa pada penjagaan jiwa secara lahir dan batin. Penerapan sistem ekonomi Islam dapat mengatur mekanisme pengelolaan kekayaan alam yang dimiliki dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. 

Lapangan pekerjaan disiapkan bagi laki-laki serta memastikan bahwa ayah sebagai kepala keluarga dapat menafakahi keluarga secara bertanggung jawab. 

Negara men-support peran ayah dengan memberikan upah yang layak dan dapat menjamin kehidupan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga, sehingga ayah dapat memiliki waktu yang cukup bersama anak. Sistem perwalian dalam Islam akan menjamin setiap anak akan tetap memiliki figur ayah. 

Negara pun berperan dalam kehidupan keluarga untuk memberikan nasihat jika melalaikan kewajiban. Oleh karena itu, dengan menerapkan Islam secara kaffah dapat melahirkan generasi emas yang dapat menjadi perisai peradaban.


Ariyana 
Dosen dan Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar