Topswara.com -- One Piece adalah anime dan manga legendaris karya Eiichiro Oda yang telah memikat penggemar selama lebih dari dua dekade. Cerita ini bukan sekadar kisah petualangan mencari harta karun, tetapi juga mengangkat nilai persahabatan, kebebasan, dan tekad yang kuat.
One Piece sendiri adalah nama harta karun legendaris yang ditinggalkan oleh Raja Bajak Laut Gol D. Roger. Sebelum dieksekusi, Roger mengungkapkan bahwa hartanya tersembunyi di Grand Line. Pernyataannya itu memicu era besar bajak laut dan menginspirasi banyak orang, termasuk Monkey D. Luffy, untuk mencari harta karun tersebut.
Bagi Luffy, One Piece bukan sekadar kekayaan, tetapi simbol kebebasan mutlak dan impiannya menjadi Raja Bajak Laut.
Para penggemar anime One Piece tentu amat mengenal bendera bajak laut, yang dikenal sebagai Jolly Roger. Bagi para penggemar ini, bendera bajak laut itu mungkin terlihat keren, gagah, atau bahkan menginspirasi.
Tengkorak tersenyum dengan tulang bersilang, dihiasi topi jerami atau atribut lain, menjadi ikon yang nyaris disakralkan oleh kru bajak laut dalam cerita tersebut.
Namun demikian, sebagai seorang Muslim, kita tidak bisa serta-merta memuja sebuah simbol hanya karena ia populer di layar kaca. Sebabnya, dalam Islam, setiap simbol memiliki muatan nilai. Tentu tidak semua simbol dan nilai sejalan dengan aqidah dan syariah Islam.
Bertentangan dengan Tauhid
Dalam dunia One Piece, bendera bajak laut bukan sekadar penanda kelompok. Ia menjadi lambang kebanggaan, kehormatan, bahkan loyalitas hingga mati. Siapa pun yang berani menghina atau menghancurkan bendera kru dianggap menyulut perang dan pantas dihancurkan.
Bayangkan, bagaimana generasi muda kita kini berkemeja, berjaket, bahkan menghias kamar dengan gambar tengkorak dan tulang silang. Bukan sebagai peringatan kematian (seperti yang disyariahkan dalam ziarah kubur), melainkan sebagai identitas dan kebanggaan. Di sinilah letak persoalannya.
Lima Masalah Serius dari Jolly Roger
1. Tasyabbuh bil kuffaar (Menyerupai orang kafir)
Simbol Jolly Roger berasal dari budaya bajak laut Eropa yang umumnya tidak beragama atau bahkan musyrik. Menyerupai simbol mereka tanpa kritik adalah tasyabbuh dengan mereka—dan itu dilarang dalam Islam. Rasullullah Saw. bersabda:
«مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ»
Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, dia termasuk dari mereka. (HR Abu Dawud, no. 4031).
2. Menormalisasi Simbol Kekerasan
Bendera tengkorak adalah simbol kematian, kekerasan dan kekacauan. Dalam Islam, mempromosikan kekerasan sebagai gaya hidup bukanlah nilai yang dibenarkan. Allah SWT berfirman:
{إِنَّمَا جَزَٰٓؤُا۟ ٱلَّذِينَ يُحَارِبُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَسْعَوْنَ فِى ٱلْأَرْضِ فَسَادًا أَن يُقَتَّلُوٓا۟ أَوْ يُصَلَّبُوٓا۟ أَو تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم مِّنْ خِلَـٰفٍ أَوْ يُنفَوْا۟ مِنَ ٱلْأَرْضِ}
Sesungguhnya pembalasan bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi adalah mereka dibunuh, atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara bersilang, atau dibuang dari negeri mereka…” (QS al-Maidah [5]: 33).
3. Memuliakan Simbol Non-islami
Dalam cerita, bendera bajak laut kadang lebih “suci” dari nyawa. Luffy bahkan bersumpah akan mati demi benderanya. Padahal Islam hanya memuliakan syiar Allah—seperti kalimat tauhid, Panji Rasul (Liwa dan Rayah) atau al-Quran. Allah SWT berfirman:
{ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ}
Demikianlah. Siapa saja yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka itu berasal dari ketakwaan hati. (QS al-Ḥajj [22]: 32).
4. Simbol Kebebasan tanpa Batas
Bajak laut dalam One Piece adalah lambang “kebebasan absolut”—hidup tanpa hukum, tanpa negara dan tanpa agama. Padahal dalam Islam, kebebasan itu ada batasnya: syariah Allah SWT. Allah SWT berfirman:
{ثُمَّ جَعَلْنَٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْرِ فَٱتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ}
Kemudian Kami jadikan kalian berada di atas suatu syariah (jalan hidup) dari perintah itu. Ikutilah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak tahu. (QS al-Jātsiyah: 18)
5. Menggeser Loyalitas
Mencintai, menyanjung, bahkan membela mati-matian bendera fiksi bisa menggeser loyalitas yang seharusnya hanya milik Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin. Padahal Allah SWT telah berfirman:
{إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمْ رَٰكِعُونَ}
Sesungguhnya wali kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman; yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta tunduk kepada Allah. (QS al-Mā’idah [5]: 55).
Rasullullah Saw. juga bersabda:
«ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا...»
Tiga hal yang jika ada pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman: menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya... (HR al-Bukhari dan Muslim)
Jangan Dianggap Sepele
Jelas, persoalan Bendera One Piece tidaklah sederhana sebatas simbol. Ingat, bangga dan cinta terhadap simbol selain Islam atau bahkan bertentangan dengan Islam bisa menggiring kita pada dosa dan berkontribusi dalam syiar-syiar Jahiliah.
Namun demikian, bukan berarti kita tidak boleh menonton One Piece, atau menikmati kisah fiksinya. Namun, sebagai Muslim, kita harus menyaring setiap nilai dan simbol dari budaya populer. Kita tidak boleh menelan semuanya mentah-mentah.
Jadikan kalimat tauhid, Panji Rasul dan nilai-nilai Islam sebagai simbol kehormatan kita. Jika harus memilih bendera untuk kita bela, maka pilihlah yang membuat Allah ridha, bukan budaya kafir.
Hati-hatilah terhadap simbol. Sebabnya, simbol bukan sekadar gambar. Ia membawa makna, misi dan ideologi. Jika kita bangga dengan bendera yang kelam, bisa jadi kita telah mengaburkan cahaya Islam dalam hati kita sendiri.
Mari dari itu, kita tegakkan identitas Islam yang lurus. Sebabnya, di akhirat nanti, bukan bendera tengkorak yang menyelamatkan kita, tetapi bendera tauhid:
لا إله إلا الله محمد رسول الله
Menuju "One Ummah"
Umat Islam saat ini bukan hanya ditantang oleh simbol-simbol budaya pop yang bertentangan dengan aqidah, tetapi juga oleh sistem penjajahan modern yang lebih besar: Kapitalisme. Ideologi ini tidak hanya mengatur ekonomi dunia, tetapi juga menyusup dalam politik, pendidikan, budaya, bahkan cara berpikir umat Islam sendiri.
Maka dari itu, wajib hukumnya bagi umat Islam untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan Kapitalisme dalam segala aspeknya: pertama, ideologi sekular yang memisahkan agama dari kehidupan; kedua, sistem politik demokrasi yang menolak hukum Allah; ketiga, sistem ekonomi ribawi yang menindas dan memiskinkan; keempat, budaya liberal yang merusak akhlak generasi.
Allah Ta’ala berfirman:
{وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى ٱلْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ}
Adapun orang-orang kafir, mereka saling melindungi satu sama lain. Jika kalian (kaum Muslim) tidak melakukan hal yang sama, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar. (QS. Al-Anfāl: 73).
Namun demikian, perlawanan memerlukan kekuatan. Adapun kekuatan tidak akan mungkin ada tanpa persatuan umat Islam sebagai satu kesatuan (one ummah). Persatuan umat tidak akan pernah terwujud secara hakiki kecuali dengan adanya institusi pemersatu yang sah menurut syariah: yaitu Khilafah Islamiah.
Maka dari itu, perjuangan kita tidak cukup berhenti pada menyaring tontonan atau mengkritik simbol budaya. Perjuangan kita adalah mengembalikan seluruh kehidupan umat ini di bawah naungan Islam, dengan menegakkan kembali Khilafah Rasyidah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah.
Khilafah inilah yang akan: pertama, menghapus simbol-simbol bathil dari ruang publik; kedua, mengembalikan kehormatan syiar-syiar Islam; ketiga, mempersatukan negeri-negeri Muslim; keempat, menerapkan hukum Allah secara menyeluruh.
Inilah "bendera" sejati yang layak kita bela dengan nyawa dan harta: Panji Tauhid dan institusi yang menaunginya—Khilafah. Bukan bendera bajak laut fiksi. Bukan ideologi buatan manusia. Namun, sistem yang diwariskan oleh Rasulullah ﷺ dan para Khulafaur Rasyidin.
Alhasil, bukan One Piece, tetapi "One Ummah" (Satu Umat)--di bawah satu kepemimpinan Khilafah--yang harus terus kita suarakan dan kita perjuangkan. Itulah yang akan menjadi simbol perlawanan kita terhadap dominasi dan hegemoni Kapitalisme global yang terbukti rusak dan telah menciptakan berbagai kerusakan di muka bumi saat ini.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah.
Oleh: Ustaz Arief B. Iskandar
Khadim Ma'had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor
0 Komentar