Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

KBC, Benarkah Ajarkan Cinta karena Allah?


Topswara.com -- Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) muncul sebagai wajah baru dalam dunia pendidikan Islam. Kurikulum ini diluncurkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) dengan harapan pendidikan Islam diterapkan lebih humanis, inklusif dan spiritual. 

Ada lima nilai utama yang dibangun pada kurikulum cinta ini yakni cinta kepada Tuhan Yang Mahaesa, cinta kepada diri dan sesama, cinta kepada ilmu pengetahuan, cinta kepada lingkungan, serta cinta kepada bangsa dan negeri. Kelima nilai utama ini disebut Panca Cinta (sindonews.com, 25/7/25).

Kemenag meluncurkan KBC ini untuk mengatasi dominasi pendidikan yang hanya berorientasi pada aspek kognitif. Dengan menggunakan kata "cinta", diharapkan bisa menjadi bahasa universal yang dapat menjembatani perbedaan dan menyatukan umat manusia agar hidup harmonis. 

Bahaya di Balik KBC

Sekilas KBC ini sangat bagus untuk menanamkan nilai kebaikan pada peserta didik. Tetapi patut kita telaah kembali, apa yang sebenarnya diinginkan kurikulum berbasis cinta ini? 

Bila kita telusuri, ada bahaya yang siap mengancam identitas peserta didik sebagai seorang Muslim. Yakni, adanya upaya deradikalisasi sejak dini untuk menyerang agamanya sendiri (Islam) secara pelan tapi pasti. 

Bagaimana tidak, kurikulum ini pada kenyataannya nanti akan mengajarkan cinta yang semu yaitu cinta yang bukan berlandaskan keimanan kepada Allah. 

Peserta didik diajarkan keras kepada sesama muslim tetapi lemah lembut terhadap non-Muslim. Dengan dalih toleransi untuk membasmi intoleransi, generasi akan lebih didekatkan dengan sesuatu yang berbau agama lain daripada ajaran agamanya sendiri. 

Fakta telah menunjukkan banyak Muslim yang diarahkan untuk mengunjungi tempat ibadah milik non-Muslim hingga mengikuti kegiatan ibadah seremonialnya. Bahkan turut menjaga keamanan kegiatan agama lain. 

Namun berkebalikan sikapnya terhadap sesama Muslim. Banyak persekusi diarahkan ke pengajian-pengajian. Muslim yang ingin menerapkan syariat Islam secara sempurna diberi label radikal, ekstrem. Sedangkan, dengan non-Muslim diperlukan sangat baik. 

Dan bisa kita simpulkan bahwa kurikulum berbasis cinta dibuat dengan asas sekuler, karena menjauhkan diri dari aturan agama Islam. Menjadikan akal sebagai penentu hukum bukan bersumber pada Allah SWT. Agama tidak boleh ikut campur dalam urusan kehidupan. Dan di dalam Islam asas sekuler adalah asas batil. 

Kurikulum Islam 

Lantas kurikulum apa yang tepat agar bisa mewujudkan cinta yang hakiki? Islam menetapkan sistem pendidikan berbasis akidah bukan lainnya. Sistem pendidikan Islam mengajarkan bagaimana seharusnya peserta didik memiliki cinta kepada Allah, cinta kepada lingkungan hidup, cinta kepada diri dan sesama, cinta kepada ilmu pengetahuan, bahkan cinta kepada negerinya. 

Tentunya semua itu melibatkan aturan yang sudah Allah tetapkan. Manusia hanya menaatinya. Tak elok membuat aturan sendiri sehingga melawan aturan Sang Pencipta. Dengan sistem pendidikan Islam maka peserta didik akan senantiasa memiliki cinta yang hakiki. 

Sebagaimana hadis Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman; bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api” (Muttafaqun ‘alaih).

Generasi ditempa dengan penguatan akidah berasaskan Islam. Sehingga bisa berakhlak mulia, cerdas, taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kesehariannya senantiasa diisi dengan hal-hal yang terbaik untuk memajukan peradaban dengan syar'at Islam. 

Berbuat baik dengan sesama Muslim maupun non-Muslim tanpa mengikuti kegiatan keagamaan non-Muslim. Dengan non muslim kita hanya menghormati ibadahnya dan berbuat baik. Tidak perlu ikut campur dalam kegiatan keagamaannya. 

Islam menjalankan sistem pendidikan berbasis akidah Islam dengan melibatkan peran negara. Negara wajib menjaga akidah rakyatnya dengan menerapkan aturan-aturan Islam secara sempurna. 

Seperti yang kita ketahui bidang pendidikan merupakan urusan strategis untuk masa depan. Bila akidah umat kuat maka mereka akan taat secara totalitas kepada aturan Allah. Sehingga mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan. []


Oleh: Alfiana Prima Rahardjo, S.P.
(Aktivis Dakwah Islam)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar