Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Beras Oplosan: Sekularisme Melahirkan Pengusaha Tak Takut Tuhan


Topswara.com -- Badan Pangan Nasional (Bapanas) memperingatkan pengusaha pemilik merek beras yang sedang tersandung kasus beras oplosan. Mereka diminta untuk melakukan perbaikan mandiri atau self correction. 

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melaporkan ratusan pengusaha beras ke Kapolri dan Jaksa Agung usai mengungkap praktik kecurangan dengan potensi kerugian konsumen mencapai Rp99 triliun.

Temuan tersebut merupakan hasil kerja lapangan yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan, Kejaksaan, Badan Pangan Nasional, dan unsur pengawasan lainnya.

Dari 268 merek beras yang diuji di 13 laboratorium di 10 provinsi, sebanyak 212 merek ditemukan bermasalah. Data Kementan menunjukkan bahwa 85,56 persen beras premium tidak sesuai mutu, 59,78 persen dijual di atas harga eceran tertinggi (HET), dan 21 persen memiliki berat kurang dari yang tertera di kemasan. Hal tersebut sangat merugikan masyarakat (cnbcindonesia.com, 17/7/2025).

Astaghfirullah, negeri ini seperti sinetron tanpa tamat. Baru kemarin kita ribut soal BBM oplosan, eh belum sempat istirahat, muncul drama minyak goreng isinya dikurangin, dan sekarang beras oplosan.
Apa-apaan ini? Negara atau warung sisa promo? Coba dicek.

Rakyat mau ngisi bensin takut mesin rusak. Mau beli minyak goreng, takut isinya cuma setengah botol, sisanya angin. Mau masak nasi, eh takut dapat campuran beras premium sama beras “made in entah dari mana.” Yang curang bukan rakyat kecil, tetapi para pengusaha rakus yang pintar ngoplos, minus iman dan minus malu.

Sekularisme dan Kapitalisme Kolaborasi Jahat

Ini semua bukan sekadar soal “oknum pengusaha nakal.” Tetapi karena sistem sekuler yang sukses melahirkan para pengusaha rakus tak takut Tuhannya. Bagaimana tidak? Sistem sekuler memisahkan agama dari kehidupan yang mengajarkan kalau urusan dunia jangan bawa-bawa agama. Hasilnya? Pengusaha nggak takut dosa, yang penting untung besar.

Ditambah prinsip ekonomi kapitalis modal sekecil-kecilnya, tapi untung sebesar-besarnya. Bagaimana caranya? Ya curanglah, masa jujur bisa kaya?

Oplos sana-sini, tipu sana-sini, lalu bilang, “Ini bagian dari strategi pasar.” Strategi pasar atau strategi setan?

Kecurangan dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, curang itu dosa besar. Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang menipu, maka dia bukan golonganku”
(HR. Muslim).

Bukan golongan Nabi, ya golongan siapa? Iya, kita tahu jawabannya, tetapi takut dosa kalau nyebut. Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Muthaffifin ayat 1, “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.”

Ini bukan main-main. Nipu timbangan, ngurangin takaran, oplos kualitas, semuanya dapat tiket VIP ke neraka Muthaffifin.

Solusi Tegakkan Khilafah, Bukan Hanya Imbauan Tobat Masal

Mau sampai kapan berharap kejujuran di tengah sistem yang justru ngajarin tipu-tipu? Islam dengan sistem khilafah menawarkan solusi tuntas. Dalam distribusi, khilafah hadir langsung mengawasi pasar agar rantai niaga berjalan jujur dan adil. Negara melarang tegas penimbunan, riba, tengkulak, dan kartel, serta kecurangan lainnya. 

Dengan pengaturan menyeluruh ini harga menjadi wajar, pasokan stabil dan pangan dapat diakses seluruh rakyat. Kerennya lagi nih, negara dalam Islam juga memiliki lembaga khusus yang disebut Qadhi hisbah yang bertugas memastikan segala bentuk pelanggaran publik termasuk kecurangan dalam perdagangan. 

Jika ditemukan kecurangan, maka pelaku akan diberi sanksi sesuai syariat Islam secara langsung dan efektif. Enggak ada tuh rapat koordinasi dulu, langsung action saat itu juga.

Waktu khilafah berdiri, pasar Madinah bersih dari kecurangan. Pedagang diawasi langsung oleh Umar bin Khattab. Ada yang curang? Langsung ditegur atau diusir dari pasar.

Dalam kitab Al-Amwal karya Abu Ubaid (hal. 720), diceritakan bahwa Umar bin Khattab pernah berjalan-jalan di pasar untuk memantau langsung aktivitas perdagangan. Beliau menemukan seorang pedagang yang mencampur gandum bagus dengan yang kualitasnya jelek.

Lalu Umar berkata, “Apa ini?”

Pedagang itu menjawab:
“Aku hanya mencampurnya agar bisa laku.”

Umar langsung berkata:
“Siapa yang menipu kami, maka dia bukan dari golongan kami.”

Lalu beliau memerintahkan gandum tersebut ditumpahkan di pasar agar semua orang tahu dan menjadi pelajaran bagi yang lain.

Sadarlah, negeri ini sudah terlalu sering kena oplosan, mulai dari BBM oplosan, minyak oplosan, beras oplosan, jangan sampai nanti moral bangsa juga dioplos.

Mau sampai kapan nonton berita sambil geleng-geleng? Ingat, masalah kita bukan cuma di produk yang dicurangi, tetapi di sistem yang curang sejak awal. Enggak cukup cuma marah di media sosial, solusinya bukan cuma bikin UU baru yang besok juga dilanggar, tetapi ganti sistemnya dengan aturan Allah SWT.

Karena dengan khilafah Islam, bukan cuma beras yang aman, tetapi iman, keamanan, kejujuran, dan keberkahan hidup bisa kita nikmati. Tidakkah kita merindukannya? []


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar