Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Begini Beberapa Prototype Kaum Profesional pada Allah Menurut Husain Matla



TOPSWARA.com -- Masyarakat Islam masa lalu yang hidup di bawah naungan negara ideologis, menurut ustaz Husain Matla sangat menjaga ilmu-ilmu Islam sebagai penjaga ideologi. Orang-orang saat itu tidak hanya bekerja profesional seperti sekarang, tetapi juga bekerja profesional pada Allah. 

“Beberapa prototype kaum preofesional itu adalah Ibnu hajar Al-Asqalani. Seorang yang sukses menjadi pegawai profesional Allah, dimana ia memilih job sebagai ulama besar. Semula ia hampir putus asa mencari ilmu dan meninggalkan madrasah lalu pergi tanpa tujuan. Namun, Allah tampaknya sangat mengasihinya dan memberikan petunjuk-Nya,“ tulisnya dalam buku Misi Di Sebuah Planet, Menjadi Muslim: Menjadi Astronot di Bumi, Cetakan III, Maret 2011 ( halaman 171-172). 

Ia mengisahkan saat Ibnu Hajar berada di tengah perjalanan, Ibnu Hajar melihat batu yang berlubang karena ditetesi air terus-menerus. 

“Akhirnya ia berpikir, kalau batu yang keras saja bisa berlubang karena tetesan air terus menerus, maka otakku yang beku pun tentu masih mungkin menerima ilmu. Ia sadar dan kemudian pulang ke madrasah lalu belajar dengan serius dan bekerja ekstra keras untuk menguasi berbagai ilmu Islam,” terangnya. 

Karena ketekunan dan kesungguh-sungguhan melaksanakan keinginannya, Ibnu Hajar tidak hanya bisa menyusul teman-temannya bahkan melampuinya. Husain Matla menyebutkan, akhirnya Ibnu Hajar menjadi seorang ulama besar. Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah seorang yang sukses menjadi pegawai profesional Allah. Dan hasilnya terbukti dengan karya-karyanya yang dihasilkan bagi dunia Islam. 

Kedua, Abu Ja’far Harun Al-Rasyid. Ia menyebutkan dalam bukunya, bahwa nama sesungguhnya adalah Abu Ja’far Harun Al-Rasyid bin Al-Abbasi, yang dikenal dengan Harun Al-Rasyid. 

“Ia merupakan seorang profesional yang mendapat job sebagai khalifah. Selain dikenal sebagai seorang penguasa yang ahli ibadah, ia juga sangat mampu menjalankan pekerjaannya. Dunia Islam saat itu berada dalam masa keemasan dan menjadi menara ilmu pengetahuan dunia. Seperti halnya Ibnu hajar Al-Asqalani, Harun Al-Rasyid juga sukses menjadi pekerja Allah,” imbuhnya. 

Ia menjelaskan, Imam As-Suyuthi menggambarkan sosok Harun Al-Rasyid sebagai orang yang terbiasa shalat malam sebanyak seratus rakaat, biasa menangis atas kesalahan dan dosa-dosanya khususnya saat dinasehati, banyak sedekah, cinta ilmu, serta mengagungkan perintah dan larangan Allah SWT. 

Imam Fudhail bin Iyadh juga mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang yang dianggapnya lebih terhormat daripada Harun Al-Rasyid di zamannya di muka bumi. Imam Fudhail katakan, jika Harun Al-Rasyid meninggal maka akan terjadi peristiwa besar menggemparkan. Ucapan Imam Fudhail terbukti ketika Harun Al-Rasyid meninggal dunia. Karena dunia Islam merasa sangat kehilangan. 

Ketiga, Ibnu Khaldun. Menurut ustaz Husain Matla, Ibnu Khaldun adalah seorang profesional yang memilih job sebagai ilmuwan besar dunia Islam.

“Pada masanya, abad XIV-XV M, ia banyak menghasilkan karya tentang politik dan pemerintahan. Ia mengabdikan ilmunya pada berbagai wilayah Islam. Di daerah mana pun ia tinggal, ia selalu berkontribusi menyumbangkan pemikirannya,” ulasnya. 

Orang-orang nasionalis zaman sekarang menuduhnya tidak punya rasa nasionalisme karena berpindah-pindah dan mengabdi pada berbagai kesultanan. Ibnu Khaldun pernah berada di Andalusia (Spanyol), Marakesh (Maroko), Mahgrib (Al-Jazair), Tunisia, Mesir. 

Ibnu Khaldun menghasilkan karya besar bagi perpolitikan umat Islam dengan kitabnya yang sangat terkenal yaitu Muqaddimah. Kitab itu juga dipelajari dunia Barat saat ini dan dikenal sebagai The Mucadima (Inggris) atau Prolegolema (Spanyol). 

Keempat, Muhamad Ats-Tsani bin Murad Al-Utsmani, atau yang lebih dikenal sebagai Muhammad al-Fatih, adalah seorang profesional lainnya yang memilih job sebagai gubernur dan panglima perang. Muhammad Al-Fatih dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas dan ulet. 

“Pada usia yang masih sangat belia, 21 tahun, ia berhasil memimpin pasukan Islam menaklukkan Konstantinopel, ibukota negara Romawi saat itu.  Tahun 1453 M, ibukota Kekaisaran Romawi jatuh dan menjadi wilayah Dunia Islam," tuturnya. 

Keberhasilan Al-Fatih sekaligus membuktikan kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. yaitu tentang takluknya Konstantinopel terlebih dahulu. 

“Muhammad Al-Fatih terbukti sebagai seorang profesional. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah hadis, sebaik-baik pasukan adalah para penakluk Al-Qanstantiniyah dan sebaik-baik panglima adalah pemimpin pasukannya,” pungkasnya. [] M. Siregar
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar