Topswara.com -- Di era yang terus berubah seperti saat ini, dakwah tidak lagi cukup hanya dengan ceramah satu arah. Untuk menyentuh hati dan pikiran umat, dibutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif.
Inilah saatnya para pengemban dakwah mengintegrasikan kemampuan (Collaboration, Communication, Critical Thinking, and Creativity) ke dalam strategi dakwah kita.
Keempat aspek ini, yang sering disebut sebagai "Keterampilan Dasar Abad 21," sebenarnya memiliki akar spiritual yang dalam dan dapat menjadi kunci untuk menyebarkan nilai-nilai Islam secara lebih efektif dalam dakwah mengembalikan kehidupan Islam.
Kolaborasi : Saling Menguatkan dalam Kebaikan
Kolaborasi dalam dakwah bukanlah sekadar bekerja sama, melainkan sebuah manifestasi dari ajaran Al-Qur'an untuk Ta'awun atau "Saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa." seperti yang firman Allah dalam Surat Al-Maidah.
Ini adalah tentang mengakui bahwa tidak ada seorang pun yang mampu berdakwah sendirian dan berhasil mencapai apa yang dicita-citakan. Apalagi bila yang dituju adalah penerapan syariat dalam kehidupan.
Dalam konteks dakwah, kolaborasi bisa berupa sinergi antara ulama, santri, aktivis media sosial, hingga seniman. Misalnya, seorang ulama bisa berkolaborasi dengan seorang videografer untuk membuat konten dakwah yang menarik di YouTube, atau seorang ustadzah bisa bekerja sama dengan komunitas pengusaha muslim untuk membahas persoalan riba dan abad-abad bathil lainnya.
Makna spiritualnya adalah menyadari bahwa sebagai makhluknTuhan, setiap individu memiliki peran dan keunikannya masing-masing. Dengan berkolaborasi, kita tidak hanya menggabungkan kekuatan, tetapi juga melatih ego untuk tunduk pada tujuan yang lebih besar, yaitu menyebarkan Ideologi Islam.
Kolaborasi adalah cerminan dari semangat ukhuwah (persaudaraan) yang mendalam, di mana kita saling melengkapi dan menguatkan, bukan bersaing. Berlomba-lomba berkaitan dengan gerak pribadi di ruang personal, namun tolong menolong berkaitan aktivitas pada ruang sosial.
Komunikasi: Menyampaikan Pesan dengan Hikmah
Komunikasi dalam dakwah bukan hanya tentang berbicara, tetapi tentang bagaimana pesan kebenaran disampaikan dengan cara yang dapat diterima dan menyentuh hati manusia.
Al-Qur'an mengajarkan kita cara untuk berdakwah yaitu dengan hikmah, nasihat yang baik atau mujadalah dengan baik seperti firman Allah dalam surat An-Nahl. Hikmah dan mau'izhoh hasanah berkaitan dengan kebijaksanaan dalam memilih kata-kata, cara bicara dan nada suara, dan bahkan waktu yang tepat untuk berbicara.
Dalam konteks dakwah, komunikasi yang efektif berarti tentang memahami konten dan audiens. Kita perlu menyesuaikan pesan kita, apakah itu untuk remaja, pekerja kantoran, atau ibu rumah tangga.
Penceramah yang baik tidak hanya bicara, tetapi juga mendengarkan, membuka dialog, dan menciptakan ruang yang aman dan nyaman untuk berdiskusi.
Makna spiritualnya adalah menyadari bahwa lidah adalah amanah dari Allah. Setiap kata yang keluar dari lisan kita dapat menjadi amal jariyah atau sebaliknya.
Komunikasi yang baik adalah bentuk ibadah, karena dengan itu kita berupaya menuntun orang lain menuju kebenaran dengan cara yang penuh kasih sayang. Ini adalah perwujudan dari sifat Nabi Muhammad SAW yang lemah lembut dan penuh empati pada potensi manusia yang dimiliki umatnya.
Critical Thinking : Menggali Kebenaran dengan Akal Sehat
Critical thinking atau erpikir kritis dalam dakwah berarti kemampuan untuk menganalisis informasi secara objektif, tidak mudah terprovokasi oleh berita hoaks, dan mampu membedakan antara ajaran yang benar dan yang menyesatkan.
Islam sangat mendorong umatnya untuk menggunakan akal. Al-Qur'an berulang kali menyeru manusia untuk "merenungkan," "memikirkan," dan "menggunakan akal."
Dalam konteks dakwah, ini berarti kita harus mampu memberikan jawaban yang logis dan rasional terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul, terutama dari generasi muda yang haus akan kebenaran yang dapat dijelaskan. Karena kebenaran Islam dibuktikan dengan ajaran yang memuaskan akal, menentramkan hati dan sesuai dengan fithrah penciptaan.
Makna spiritualnya adalah bahwa akal adalah karunia dari Allah yang harus digunakan untuk mendekatkan diri dan beribadah hanya kepada-Nya. Berpikir kritis adalah bagian dari ibadah, karena dengan berpikir kita menemukan keagungan ciptaan Allah dan memahami hikmah di balik setiap syariat.
Ini adalah kebangkitan untuk melawan kebodohan dan kepasrahan buta, yang justru menjauhkan kita dari kebenaran. Karena bangkitnya manusia tergantung dari kebangkitan pemikirannya.
Kreativitas : Memperindah Pesan Kebenaran
Kreativitas dalam dakwah adalah kemampuan untuk menyajikan pesan-pesan agama dalam format yang baru, segar, dan menarik, tanpa mengurangi esensi ajarannya. Dakwah tidak harus selalu ceramah di mimbar; bisa juga melalui film pendek, musik, puisi, atau bahkan sekedar meme yang menarik.
Dalam konteks dakwah, kreativitas bisa terlihat dari penggunaan media sosial yang inovatif, pembuatan konten edukasi yang interaktif, hingga penyelenggaraan acara yang tidak biasa, seperti "Kajian di Trotoar" atau talk show interaktif dengan anak-anak jalanan. Tujuannya adalah membuat pesan agama relevan dan mudah diakses oleh semua kalangan.
Makna spiritualnya adalah menyadari bahwa Allah adalah Al-Musawwir (Sang Maha Pemberi Bentuk) dan Al-Khaliq (Sang Pencipta). Sebagai hamba-Nya, kita dianugerahi kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang indah dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Kreativitas adalah cara kita bersyukur atas anugerah ini, menjadikannya alat untuk berdakwah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan kreativitas, kita mempercantik jalan menuju kebenaran, menjadikan Islam terlihat indah, relevan, dan memikat hati objek perubahan.
Dengan mengintegrasikan keempat C ini, dakwah akan menjadi lebih dari sekadar ceramah. Ia akan menjadi sebuah gerakan kolaboratif yang terhubung, didasari oleh pemikiran yang kritis, disampaikan dengan komunikasi yang bijak, dan dikemas dengan kreativitas yang memikat.
Pada akhirnya, semua ini adalah bentuk ibadah kita kepada Allah SWT. Dengan upaya mengintegrasikan kolaborasi, komunikasi, critical thinking, dan Kreativitas untuk berdakwah, kita berupaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan tugas untuk menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu a'lam bish shawwab.
Trisyuono D.
(Aktivis Muslim)
0 Komentar