Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

CEO Educoach: Sungguh Allah Maha Dekat, Ironisnya Kita Mengganggap Allah Jauh


Topswara.com -- CEO Educoah dan penulis buku Gizi Spiritul dan Santripreneur Santri Milenial sekaligus dosen pascasarjana Institute Agama Islam (IAI) Tribakti Lirboyo mengatakan, Allah SWT. begitu dekat, Namun manusia sering menganggap Allah jauh dari kehidupannya.

"Kita dekat, Allah lebih dekat
sobat. Sungguh, Allah begitu dekat  dengan  kita, Ia Mahadekat. Ironisnya, kita sering menganggap  bahwa Allah jauh dari kehidupan kita," ujarnya kepada Topswara.com, Senin (22/11/2021).

Ia melanjutkan, manusia sering mempertanyakan  keberadaan-Nya, terutama ketika beragam ujian dan cobaan datang menimpanya.

"Anggapan seperti ini tentu sama sekali tidak berdasar. Karena kalau kita mau jujur pada diri sendiri, sesungguhnya bukan Allah yang menjauh dari kita, tetapi kitalah yang menjauh dan menjaga jarak dengan-Nya," lanjutnya.

Ia membeberkan sebab menjauhnya manusia dari Allah adalah perilaku  buruk  serta perbuatan  tidak terpuji yang dilakukan manusia dalam kehidupan  sehari-hari. 

"Itulah yang  menjauhkan kita dari Allah. Semakin sering kita melakukan maksiat maksiat kepada-Nya, semakin jauh jarak kita  dengan Allah. Semakin kita bergelimang dosa, semakin tebal dinding pemisah antara kita dan Allah," bebernya.

Kemudian ia membaca firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an surah Al-maidah (5) ayat 35 :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ (٣٥)

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Perintah dan Larangan Allah

Ia menerangkan bahwa Allah memerintahkan orang-orang mukmin supaya selalu berhati-hati, mawas diri jangan sampai terlibat di dalam suatu pelanggaran, melakukan larangan-larangan agama yang telah diperintahkan Allah untuk menjauhinya.

"Menurut sebagian Mufasir, menjauhi larangan Allah lebih berat dibandingkan dengan mematuhi perintah-Nya," terangnya.

Ia menjelaskan bahwa di dalam Al-Qur'an, kata ittaqu yang maksudnya supaya kita menjaga diri (jangan sampai melakukan larangan agama) disebut berulang sampai 69 kali. Sedangkan kata ati'u yang berarti supaya kita patuh kepada perintah agama hanya disebutkan 19 kali.

"Di samping menjaga diri memperketat terhadap hal-hal yang mungkin menyebabkan kita berbuat pelanggaran atau ketentuan-ketentuan agama, kita harus pula selalu mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan mengamalkan segala sesuatu yang diridai," jelasnya.

Menurutnya, Ibnu 'Abbas, Mujahid, Abu Wali, al-hasan, Zaid, 'Ata, as-sauri dan lain-lain, mengartikan al-wasilah di dalam ayat ini dengan mendekatkan diri. "Mengenai pengertian ini, Ibnu Kasir dalam tafsirnya (2/52), berkata: 'Pengertian yang telah diberikan oleh para Imam ini, tidak terdapat perbedaan antara para Mufasir'. Kata wasilah ada kalanya berarti tempat tertinggi di surga," katanya.

Kemudian ia membacakan sabda Rasulullah SAW., dalam hadis riwayat Ahmad dari Abu Hurairah.

"Apabila engkau bersalawat kepadaku, maka mintakanlah untukku "wasilah". Lalu beliau ditanya: "Wahai Rasullullah, apakah wasilah itu?." Rasullulah menjawab, "Wasilah itu ialah derajat yang paling tinggi di Surga tidak ada yang akan mencapainya kecuali seorang saja dan saya berharap, sayalah orang itu."

Ia menambahkan, Ath-Thabari dalam tafsirnya  menjelaskan bahwa wasilah adalah segala hal  yang dapat  mendekatkan seseorang kepada Allah SWT. yaitu berupa amal ketaatan yang disyariatkan. 

"Menjauhi dan meninggalkan larangan Allah serta melaksanakan perintah-Nya adalah hal-hal yang tidak mudah, karena nafsu yang ada pada tiap manusia itu selalu mengajak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan yang baik, yaitu melanggar dan meninggalkan perintah Allah," tambahnya.

Ia kembali membacakan firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an surah Yusuf ayat 53,

"Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan."

Ia meneruskan, Prof. Wahbah Zuhaili dalam kitabnya, At-Tafsir Al-Wajiz menyebutkan bahwa makna Ibtaghu ilaihi al-wasiilata adalah carilah jalan  yang  dengannya mengantarkan  kita pada ridha Allah SWT., dan jalan itu adalah amal salih.

"Oleh karena itu, kita harus berjuang untuk mengekang hawa nafsu, mengatasi segala kesulitan dan mengelakkan semua rintangan yang akan menyebabkan kita bergeser dari jalan Allah agar kita berada di atas garis yang telah ditetapkan," imbaunya.

Ia menyimpulkan, dengan demikian kita akan memperoleh kebahagiaan yang telah dijanjikan oleh Allah. Kedekatan  seorang hamba  kepada Allah adalah  kunci  kebahagiaan hakiki. "Ya, kebahagiaan  yang  tidak hanya  bersifat sementara di dunia saja, tetapi juga  bersifat kekal di akherat kelak," simpulnya.

Ia menegaskan, seorang hamba yang dekat dengan Allah akan selalu merasakan ketenangan  batin dan  ketentraman  jiwa. Dia juga selalu merasa  aman, karena dia yakin Allah akan selalu menjaganya, kapan pun dan di mana pun dia berada. Hanya dengan  membersihkan jiwa kita dari dosa dan kembali  kepada-Nya, kita dapat dekat dengan-Nya. 

"Semakin sedikit kotoran berupa dosa dalam diri kita, semakin kita dekat dengan-Nya. Jika kita sudah dekat dengan-Nya, maka Allah pun akan lebih dekat dengan kita," pungkasnya.[] Nabila Zidane dan Witri Osman
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar