Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Polwan Indonesia Pelopor Kesetaraan Gender?


Topswara.com -- Realita yang tampak di hadapan kita kapitalis yang serakah terus menerus mengeksploitasi perempuan demi menunjukkan totalitas hegemoni atas dunia. Seperti baru-baru ini berlangsung, Konferensi Asosiasi Polwan Internasional  hingga 11 November 202 lalu.

Program utama dari event ini adalah training sessions dimana terdapat keynote meliputi Mendagri Under secretary General for peace operations dan empat di antaranya adalah Inspiring female Leader dari tanah air. Seperti menkeu, wamenparekraf, dan wakapolda Kalimantan Tengah.

Selain itu terdapat 65 pembicara yang akan berbagi  keahlian, pengetahuan, pengalaman, dan best practice. Tema utama yang akan diangkat dalam konferensi adalah  "women at the center stage of policing". Ada lima sub tema lagi yang menjadi turunan yakni "women and leadership peace and security, women and leadership; police women in policing; and current issues on transnational crimes. 

Konferensi Asosiasi Polwan Internasional di Labuan Bajo diikuti total 980 peserta dari 39 negara,  baik secara langsung maupun secara online dari 39. Peserta secara langsung berjumlah 446 peserta dari 17 negara dan dua organisasi Internasional. 

Kapolri jenderal Listyo Sigit Prabowo membuka the 58th international association of women police (IAWP) Training conference di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (7/11/2021). Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang menjadi tuan rumah kegiatan tersebut sejak 1958.

Dalam sambutannya, Sigit membahas soal kesetaraan gender di mana terdapat stereotip bahwa institusi kepolisian negara Republik Indonesia (Polri) telah memberikan ruang kepada para polisi wanita (polwan) untuk mendapatkan kesetaraan gender. 

"Di polri kami tentunya berikan ruang untuk itu. Saat ini kurang lebih ada tiga jenderal yang ada di jabatan-jabatan tertentu di mabes Polri. Juga ada beberapa posisi atau jabatan level operasional yang berisiko tinggi. Ini juga ditempati oleh rekan-rekan polwan''. Ucapnya.

Pemberian ruang tersebut dikatakan Sigit, lantaran sosok polisi wanita memiliki peranan kontribusi yang luar biasa bagi organisasi Polri khususnya dalam mendukung reformasi kultural menjadi polisi yang humanis dan dekat dengan masyarakat.

Hingga hari, ide yang datang dari pemikiran liberal masih mereka jajakan di tengah-tengah kaum perempuan. Tidak sedikit yang mengambilnya sebagai solusi persoalan perempuan. 

Ide ini terilhami dari fakta adanya perbedaan hak perempuan di masyarakat kapitalis Barat sejak masa silam. Ideologi Barat yang sekuler menempatkan perempuan sebagai barang objek eksploitasi laki-laki, yaitu sebagai pemuas syahwat semata. Perempuan tidak punya hak suara dan pendidikan, hak pengelolaan hartanya, dan sebagainya.

Perempuan kala itu memberontak dan menuntut hak mereka melalui women's liberation movement atau feminist movement di AS, Inggris, dan Irlandia, sepanjang tahun 1960-1970. Hingga sampai saat ini mereka masih memperjuangkan haknya.

Begitu miris tawaran pada kaum perempuan untuk dapat setara dengan kaum pria dalam hal apapun. Bukankah sejatinya ide itu adalah racun yang bisa mematikan fitrah perempuan.?

Demi meraih hidup sejahtera setiap orang harus banting tulang untuk itu. Tak terkecuali kaum hawa, mereka pun harus berjibaku demi sampai pada level perempuan sejahtera.

Lagi-lagi ide kesetaraan gender dari dulu hingga hari ini rupanya masih laku keras dan lagi-lagi berhasil untuk memperdaya kaum perempuan untuk keluar dari fitrahnya. Kini banyak perempuan yang memilih hidup berkarir di banding untuk memilih hidup sebagai ibu rumah tangga. Ini dikarenakan adanya  ide kesetaraan gender. Mereka mengira bahwa wanita berkarir itu lebih tinggi derajatnya dan lebih terhormat dibanding untuk menjadi ibu rumah tangga.

Realitanya kapitalis terus mengeksploitasi dengan mewujudkan totalitas hegemoni atas dunia. Karena itu pula Barat menciptakan ukuran untuk menilai keseriusan setiap negara. Dengan terus menggulirkan ide kesetaraan gender. United  Nations Development programme di pilih untuk mengawal capaian tersebut.

Barat mengiming-imingi dunia, jika perempuan memiliki peran identik dengan laki-laki di lapangan kerja maka itu akan lebih mulia. Kemudian kapitalisme memberi andil dalam menghancurkan peran sentral setiap anggota keluarga.

Berbeda dengan kedudukan perempuan dalam sistem Islam. Mereka dilindungi, dijauhkan dari kerawanan dan dijaga kehormatannya. Perempuan tidak dipandang dengan lemah dan tidak berdaya karena penempatan posisi.

Dalam pandangan Islam laki-laki dan perempuan dilihat secara proporsional. Tidak sebagai pandangan kapitalis yang senantiasa untuk memperjuangkan hak perempuan dengan kesetaraan gendernya.

Allah SWT telah mengatur kehidupan setiap manusia secara adil dan seimbang. Ada kalanya Allah SWT memberi beban yang sama antara laki-laki dan perempuan, ada kalanya Allah SWT juga memberikan beban yang tidak sama antara laki-laki dan perempuan.
Bukan berarti Allah SWT tidak adil, akan tetapi justru Allah SWT memberikan itu dengan memandangnya sebagaianusia (insan) .

Adanya kekhususan tersebut adalah untuk mengarahkan aktivitas laki-laki dan perempuan. Bahwa laki-laki dan perempuan aktivitasnya berbeda berdasarkan sifat dan tabiatnya masing-masing. Yang mana tidak bisa dipandang sebagai bentuk diskriminasi syari'at Islam terhadap kaum perempuan.

Bahkan bisa dipahami dengan adanya perbedaan-perbedaan, inilah kemudian keduanya sama-sama bisa saling mengisi dan saling melengkapi. Di mana keduanya dipandang memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sama.

Allah SWT memerintahkan pula agar keduanya ridha terhadap yang ditemukannya. Yang mana dari sisi insaninya laki-laki dan perempuan dipandang memiliki akal dan potensi hidup yang sama. Yang memungkinkan bagi keduanya diberi beban hukum yang sama. Ketika Allah SWT memberikan aturan yang sama tidak dikatakan sebagai kesetaraan. Memang demikian adanya aturan yang diberikan kepada laki-laki maupun perempuan.

Allah SWT berfirman; 
"Dan orang- orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah SWT dan Rasulnya''. (TQS.At- Taubah : 72)

Allah SWT juga berfirman; 
''Bagi laki- laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan juga ada bagian yang mereka usahakan". (TQS. An- Nisa : 32)

Semakin jelas bahwa Islam tidak menafikan adanya konsekuensi pada perbedaan peran sosial yang mengharuskan adanya hukum-hukum yang berbeda antara perempuan dengan laki-laki. Ketika perempuan diberi peran domestik  khususnya sebagai istri dan ibu. Sedangkan untuk laki-laki diberi peran khusus sebagai kepala keluarga.

Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Elyarti
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar