Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Analis Politik dan Media Ungkap Faktor Pengemban Dakwah Terlempar dari keistiqamahan


Topswara.com -- Analis Politik dan media juga Dosen Online (Dosol) Universitas Online (Uniol) 4.0 Diponorogo Puspita Satyawati mengungkap, faktor pengemban dakwah terlempar dari keistiqamahan.

"Istiqamah memperjuangkan kebenaran dan keadilan memang tidak mudah, terlebih dalam ketaatan kepada Allah SWT dan dalam perjuangan menegakkan syariat-Nya. Ada beberapa faktor yang memungkinkan seorang pengemban dakwah terlempar dari keistiqomahan di jalan perjuangan," tuturnya dalam kuliah online di grup WhatsApp Uniol 4.0 Diponorogo, Ahad (4/7/2021).

Faktor Internal

Pertama, minimalis dalam menjalin kedekatan diri dengan Allah. Taqarrub ilallah menjadi kunci utama istiqamah berjuang. Kurang mendekatkan diri kepada Allah SWT menyebabkan pengemban dakwah mudah futur dan tidak bersemangat. 

"Padahal dia adalah orang yang bertekad menolong agama Allah SWT tegak. Jika demikian, mengapa mesti enggan berdekatan dengan Sang Pemilik Agama? Petuah dari Ustaz Ismail Yusanto, Pengemban dakwah jika tidak melaksanakan qiyamul lail, maka perjuangannya akan brodhol (rontok) dan prothol (berguguran),” ungkapnya.

Kedua, pemahaman tentang metode dakwah yang shahih kurang mentajasad. Kurang memahami peta dakwah berikut metode perjuangan Islam shahih, berpotensi membuat seorang pendakwah kurang sabar dan tergesa ingin segera mendapatkan hasil.

"Sehingga cepat putus asa saat target-target perjuangan belum tercapai," katanya.

Ketiga, meninggikan ego pribadi di atas kepentingan dakwah. Ketika jalan dakwah menjadi pilihan hidup, hendaknya ia siap berbagi: waktu, tenaga, pikiran, termasuk dana demi “berjual beli” dengan Allah SWT.

"Jika masih menjadikan ego diri sebagai poros aktivitasnya, tak mungkin seseorang mampu memberikan totalitas perjuangan," tegasnya.

Keempat, bergerak individual (tidak berada dalam jamaah/kelompok dakwah). Perjuangan menegakkan agama Allah SWT bukanlah perkara ringan. Terlebih lawan yang dihadapi bersifat sistemik. Berjuang sendirian tentu cepat lelah.

"Pun saat futur, tak ada yang menyemangati dan menasihati. Terus-menerus dalam kefuturan akan menyebabkan keterpurukan," paparnya.

 Faktor Eksternal

Pertama, mendapatkan stigma negatif seperti: radikal, teroris, fanatik, dan seterusnya. Strategi belah bambu yang dilancarkan musuh Islam dan pengikutnya sedikit banyak berpengaruh pada beberapa pendakwah. 

"Demi menghindari stempel negatif yang disematkan padanya, ia akan mengurangi “kualitas” dakwahnya, misal, dari sisi konten menghindari penyampaian Islam ideologis," ungkapnya.

Kedua, memperoleh tekanan baik psikis maupun fisik, dari ancaman hingga penangkapan. Ini merupakan tantangan terberat dalam perjuangan karena sudah bertaruh nyawa. 

"Bahkan tak hanya berhitung diri, namun juga keberlangsungan keluarga. Hal ini berpotensi memengaruhi dakwahnya turun ke level “biasa” atau bahkan mimimalis, demi menghindari keburukan menimpa padanya atau menjauhkan diri dari mengulang keburukan serupa," singgungnya.

Ketiga, iming-iming materi, jabatan, dan kekuasaan. Tawaran materi dan simbol kenikmatan lainnya bisa jadi membungkam idealisme perjuangan. Terlebih saat seseorang tengah mengalami kesempitan hidup, godaan jenis ini akan sangat menggiurkan, hingga memalingkan dirinya dari jalan dakwah.

"Bahkan bisa membuatnya memusuhi barisan pejuang Islam yang tak lagi sevisi dengannya," bebernya.

Keempat, "jebakan” aktivitas keduniawian. Rutinitas keseharian hingga berada pada zona nyaman, berpotensi membuat seseorang enggan mencurahkan kontribusi optimal bagi perjuangan. 

"Apalagi karakter perjuangan identik dengan ketidaknyamanan dan kesulitan," imbuhnya 

Ia menyimpulkan dari berbagai faktor di atas, jadilah pengemban dakwah yang setengah-setengah dalam berdakwah. Demikian beberapa kondisi yang memungkinkan seorang pengemban dakwah tidak optimal menjalankan kewajibannya. Sehingga lambat atau cepat akan menciptakan dinding pemisah tebal antara dirinya dengan dakwah Islam. 

"Jadilah ia pribadi yang tidak istiqamah dalam perjuangan kalimatullah. Mudah goyah. Lalu menyerah. Kalah. Bahkan banyak yang akhirnya berbalik arah. Dari seorang pejuang, menjadi pecundang. Hal seperti ini sangat mudah terjadi dalam realitas penerapan sistem sekularisme kapitalistik yang jauh dari aturan dan nilai Islam," tandasnya.[] Munamah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar