Topswara.com -- Ulama K.H. Hafidz Abdurahman, M.A. mengamati sekaligus mempelajari hati manusia, “Uniknya Manusia itu Satu Hati Banyak Cinta: Allah Menetapkan Pemenangnya,” tuturnya pada ruang belajar Online MSH Bahasa Arab—ibu-ibu, berjudul Tiga Cinta dalam Hati Manusia, Kamis, 20/11/2025.
“Memang unik, satu hati bisa menampung banyak cinta. Uniknya lagi, cinta dari tiga naluri yang berbeda. Tidak percaya? Silakan baca firman Allah ï·» Q.S. At-Taubah: 24,” sebutnya dalam dalil qot’i.
Selanjutnya K.H. Hafidz menjelaskan ketika Allah ï·» menegaskan, dalam diri setiap manusia terdapat tiga jenis cinta yang bersumber dari tiga naluri berbeda. Namun ketika ketiganya saling berebut ruang dalam hati, Allah-lah yang menentukan mana yang harus menang.
“Mencintai bapak, anak, saudara, istri, dan keluarga adalah cinta yang lahir dari naluri seksual, (gharizatu an-nau). Adapun cinta kepada harta, perniagaan, dan rumah mewah adalah lahir dari naluri survive (gharizatu al-baqa). Begitu juga cinta kepada selainnya. Sementara cinta tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah ï·º, dan berjihad, ini yang tumbuh dari gharizatu at-tadayyun, naluri beragama,” terangnya.
Kemudian ia katakan, cinta itu sendiri sebenarnya adalah buah dari khashiyat yang Allah ciptakan pada setiap naluri. Khashiyat ini muncul karena ada stimulus dari luar, baik berupa fakta, maupun pemikiran.
“Cinta itu bisa datang dan pergi, tergantung pada stimulus ini, ketika cinta selain kepada Allah dan Rasul-Nya tiada, cinta itu tinggal kenangan dan pupus, ini cinta yang dibangkitkan karena fakta begitulah naluri manusia,” ungkapnya.
Namun katanya, tiga cinta ini bisa saling mengalahkan. Karena itu, Allah memperingatkan agar cinta kepada keluarga dan harta tidak mengalahkan cinta kepada Allah dan Rasul. Sebaliknya, cinta tertinggi inilah yang harus menjadi standar mengelola cinta lainnya.
“Lihat, bagaimana cintanya Muhayyishah bin Mas’ud mengalahkan cinta kepada saudaranya demi cintanya kepada Nabi ï·º; bagaimana Handhalah rela meninggalkan malam pertama demi seruan jihad; serta bagaimana Shuhaib ar-Rumi dan Abdurrahman bin ‘Auf meninggalkan seluruh hartanya di Makkah demi hijrah kepada Rasulullah ï·º. Semua ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dan Rasul mampu memenangkan seluruh cinta lainnya,” serunya.
“Bagaimana mereka mengelola ketiga cinta yang ada dalam satu hati itu?” tanyanya. Kuncinya adalah ketulusan [kejujuran] cinta mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketulusan cinta yang meniscayakan mereka harus menaati apa saja yang diminta oleh yang dincintai.
Seperti kata Imam Syafii:
Ù„َÙˆْ Ùƒَانَ ØُبُّÙƒَ صَادِقاً لأَØ·َعْـتَÙ‡ُ إنَّ المُØِبَّ لمَÙ†ْ ÙŠُØِبُّ Ù…ُØ·ِÙŠْعُ
“Andai saja cintamu benar [tulus], pasti kamu akan mentaatinya
Karena orang yang mencintai itu pasti akan menaati siapa yang dia cintai.”
Meski demikian lanjutnya, tiga cinta ini tidak selalu berjalan harmonis. Dalam banyak keadaan, salah satunya bisa menyingkirkan yang lain. Karena itu, lanjutnya, Allah memerintahkan secara tegas agar cinta kepada keluarga dan harta tidak boleh menang melawan cinta kepada-Nya. “Cinta tertinggi inilah yang harus menjadi kompas dan pengatur seluruh cinta lainnya,” tegasnya.
“Karena itu, ketika tiga cinta harus memilih siapa yang memimpin, Allah telah menetapkan pemenangnya. Secara jelas, ini cinta tertinggi yang mengarahkan semua cinta lain kepada ketaatan,” tutupnya.[] Titin Hanggasari

0 Komentar