Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Puasa dalam Tinjauan Syariat dan Medis


Topswara.com -- Marhaba ya Ramadhan. Marhaban ya sahru shiam, sahru mubarok. Tahun ini, Allah kembali mempertemukan umat Islam dengan bulan mulia, bulan penuh ampunan dan bulan bertabur pahala. Bulan ketika pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka seluas-luasnya. 

Dalam bulan Ramadhan, ada satu amalan fardu yang diperintahkan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan hari akhir, yaitu puasa. Perintah tersebut disampaikan oleh Allah langsung dalam firman-Nya surat Al-Baqoroh ayat 183 yang tentunya menjadi salah satu ayat yang mashur di kalangan kaum Muslim. 

ÙŠٰٓاَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ ÙƒَÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِÙŠْÙ†َ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُÙˆْÙ†َۙ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (TQS Al-Baqoroh: 183)

Perintah puasa bukanlah perintah yang pertama diturunkan untuk manusia setelah Islam datang. Melainkan umat para Nabi sebelumnya juga telah diperintahkan untuk melakukan ibadah puasa. Hanya saja, syariat atau aturannya berbeda. 

Dalam Al-Qur’an pada surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa Dia menciptakan Al-Qur'an sebelum menciptakan manusia. Karena Allah SWT mengetahui kondisi sesungguhnya manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.  Allah SWT menciptakan manusia dengan seperangkat pentunjuk hidup yang disebut Al-Qur’an sebagai sumber hukum (syariat). 

Tujuannya tentu saja agar manusia selamat hidup di dunia dan akhirat. Itulah salah satu tujuan diwajibaknnya berpuasa pada bulan Ramadhan, yaitu menempa ketaatan/ketakwaan kepada syariat-Nya. Allah SWT sebagai Sang Khalik pastinya  maha tahu dengan kondisi fisik dan psikologis manusia. Sehingga kewajiban puasa bukanlah sesuatu yang berat dan sulit untuk diamalkan saat bulan Ramadan. 

Oleh karena itu, maka tinjauan puasa dalam perpektif syariah adalah bukti keimanan dan menempa ketaatan/ketakwaan kepada Allah SWT. Hal tersebut merupakan tujuan yang secara langsung termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 183, la’allakum tatakuun. 

Kemudian, tinjuan kedua yaitu perpektif medis atau Kesehatan. Seperti apakah peran puasa dalam jasadiyah manusia? 

Jasad atau tubuh manusia sangat memerlukan yang namanya istirahat, detoksifikasi, relaksasi dan regenerasi sel. Ternyata, secara ilmiah atau dalam pandangan dunia medis, puasa memiliki peranan yang sangat penting untuk kelangsungan proses terjadinya istilah-istilah tersebut dalam tubuh manusia. 

Ketika seseorang berpuasa, secara otomatis sistem pencernaan akan istirahat sekitar 12 jam untuk wilayah Indonesia. Tetapi faktanya tidak sama untuk semua wilayah di dunia ini. Untuk negara-negara diluar negeri mungkin bisa ditemui hanya puasa selama 6,5, atau 4 jam. Dan bahkan ada juga yang mencapai 20 jam waktu berpuasanya. 

Selama berpuasa, sistem pencernaan seseorang akan melakukan perbaikan dan regenerasi sel sehingga setelah berpuasa penuh 1 bulan, tubuh mengalami peningkatan kesehatan dan terasa bugar. Lalu, bagaimana dengan ketersediaan energi  sewaktu puasa? Jangan khawatir. Karena dalam tubuh manusia ada namanya glikogen, yang disimpan di otot perut dan paha. 

Hormon insulin yang juga terdapat dalam tubuh manusia akan merubah glikogen menjadi glukosa lalu dibakar dengan oksigen, maka hasilnya adalah energi tambah uap air. Dan proses itu terjadi bila kadar glukosa dalam darah telah kurang dari 120 mg. Selanjutnya, otak secara otomatis akan memerintahkan sistem tubuh untuk bekerja. Pada saat berpuasa, sudah pasti  tidak makan.

Selanjutnya saat bulan Ramadhan tiba, sudah selayaknya memperbanyak amalan sunnah. Karena bulan Ramadhan adalah bulan magfiroh, bulan ampunan dari Allah SWT. 

Ketika tubuh sedang melakukan detoksifikasi terutama di saat tidur, ada hadis yang menyatakan bahwa tidurnya orang berpuasa adalah ibadah. Namun jangan salah dimaknai sehingga bulan Ramadhan malah lebih banyak tidur. Karena sebenarnya, hadis itu adalah motivasi.

Jika dengan tidur saja bagi yang berpuasa dinilai pahala di sisi Allah saat bulan Ramadhan, artinya amalan wajib dan sunnah lainnya tentu jauh lebih besar lagi ganjarannya. Padahal tidur hanyalah amalan mubah, namun diberikan nilai pahala oleh Allah saat Ramadhan bagi yang berpuasa. 

Maka aktivitas lainnya seperti dakwah, membaca, bekerja, merancang, meneliti, berpikir dan sebagainya haruslah lebih banyak dikerjakan karena pahalanya berlipat-lipat. 

Harapannya pasca Ramadan, aktivitas-aktivitas baik bulan saat dikerjakan bulan Ramadhan tetap terbawa dan sudah menjadi kebutuhan. Allahu a’alam bissawab.


Oleh: drg. Alisyah Putra
Praktisi Kesehatan
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar