Topswara.com -- Marriage is scarry, atau istilah lain dari fenomena takut menikah, sebuah trend baru yang berkembang di kalangan remaja saat ini. Sebagaimana dilansir di media Kompas.id. (27 November 2025)
"Fenomena generasi muda lebih takut miskin dari pada takut tidak menikah"
Menurut M Faesal Fakih dan Budiawan Sidik A mengatakan bahwa generasi saat ini berbeda pemikiran dalam memandang sebuah pernikahan. Dahulu, anak muda menempatkan pernikahan sebagai tonggak kedewasaan yang harus dicapai, sebaliknya hari ini pernikahan dianggap sebuah beban.
Faktor Penyebab
Jika dilihat dari fakta yang beredar saat ini kita bisa menelaah berbagai penyebab yang menjadi maraknya fenomena meriage is scarry saat ini.
Pertama, adanya anggapan atau asumsi biaya menikah itu mahal, bahkan tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk membiaya perhelatan pesta pernikahan, sehingga menjadi alasan bagi pemuda khususnya laki-laki untuk menunda pernikahan sampai mempunyai modal yang cukup.
Kedua, gaya hidup hedon dan materialistis yang tumbuh dari pendidikan sekuler dan pengaruh media sosial, yang mendorong para orang tua dan pasangan calon pengantin menginginkan menggelar pesta yang mewah dan meriah sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tentunya biaya tersebut separuhnya akan dibebankan kepada calon pengantin laki-laki.
Ketiga, bergesernya tujuan utama dari pernikahan, yang seharusnya mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Pernikahan dipandang beban, bukan sebagai ladang kebaikan dan jalan melanjutkan keturunan.
Keempat, sistem kapitalisme yang menjadi Ideologi Negara saat ini, membuat masyarakat takut hidup dalam kemiskinan, akibat buah sistem kapitalisme yang membuat biaya hidup tinggi, pekerjaan sulit, dan upah rendah, sedangkan negara sebagai regulator cenderung lepas tangan dalam menjamin kesejahteraan rakyat sehingga beban hidup dipikul individu.
Islam Solusi Praktis
Dalam sistem Islam tentunya negara menjamin kebutuhan dasar rakyat dan membuka lapangan kerja yang luas melalui penerapan sistem ekonomi Islam. Begitupun dengan pengelolaan kepemilikan umum dilakukan oleh negara, bukan swasta/asing, sehingga hasilnya kembali untuk kesejahteraan masyarakat dan mampu menekan biaya hidup.
Pendidikan dalam Islam berbasis aqidah yang membentuk generasi berkarakter, tidak terjebak hedonisme dan materialisme. Mereka justru menjadi penyelamat umat. Yang tidak kalah penting adalah penguatan institusi keluarga, dengan mendorong pernikahan sebagai ibadah dan penjagaan keturunan.
Dan hanya dengan Islam lah semua itu bisa terwujud.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Menekankan sakinah, mawaddah, warahmah). (Q.S Ar-Rum, 21)
Wallahu'alam
Oleh: Haryani, S.Pd.I.
Pendidik di Kota Bogor

0 Komentar