Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Generasi Takut Menikah Dampak Tekanan Ekonomi Kapitalisme


Topswara.com -- Setiap manusia yang diciptakan Allah SWT disertai dengan naluri melestarikan keturunan, atau naluri berkasih sayang. Dengan adanya naluri tersebut tentu Allah SWT mempunyai tujuan luar biasa yaitu melestarikan keturunan dengan syarat dan ketentuan sesuai dengan syariat, dimana anak-anak muda disiapkan untuk menjadi penerus perjuangan keluarganya. 

Namun akhir-akhir ini kita di kejutkan dengan fenomena anak muda tidak mau menikah karena masalah ekonomi, ketakutan tidak bisa menghidupi atau menafkahi keluarganya. Bahkan menilai bahwa kestabilan ekonomi jauh lebih penting dibanding dengan menikah. 

Berbeda generasi, berbeda pula tantangannya, tantangan yang berbeda ini kemudian melahirkan cara pandang yang lain pula. Salah satunya dalam hal memandang sebuah pernikahan. 

Dahulu, anak muda menempatkan pernikahan sebagai tonggak kedewasaan yang harus dicapai, bahkan mereka yang sudah berumur 30tahunan, tetapi tidak kunjung menikah kerap dikaitkan dengan kata "terlambat" Melepas masa lajang. Apalagi perempuan, anggapan "perawan tua" Sering melekat pada mereka yang tidak kunjung menemukan jodohnya. 

Namun, di era saat ini tampaknya pandangan tersebut mengalami pergeseran, salah satunya bisa dilihat dari sebuah fenomena yang belakangan di media sosial, yaitu mengenai generasi muda yang lebih takut miskin daripada takut tidak menikah. 27/11/2025 (kompas.id) 

Dari fenomena anak muda yang tidak mau menikah menggambarkan bagaimana kondisi sistem hidup saat ini, perekonomian sulit, lonjakan harga kebutuhan, dari mulai beras, daging, telur, ikan dan kebutuhan lainnya kian meroket.

Selain itu biaya hunian pun tidak kalah sulit walaupun itu hanya rumah sewaan, sedangkan ketatnya persaingan kerja selalu menjadi alasan. 

Anak muda saat ini juga tergerus pemikiran narasi "marriage is scary" (pernikahan itu menakutkan) yang akhirnya kebanyakan anak muda mereka lebih asik hidup melajang, menyibukkan diri dengan karir, atau bahkan lebih baik berkumpul bersama teman-temannya, dan lebih berbahaya lagi mereka hidup bersama pasangan tanpa ikatan pernikahan. 

Gaya hidup anak muda saat ini juga tidak sesuai dengan isi kantong, materialis dan hedonis menjadi sebuah tren yang lahir dari pendidikan sekular (memisahkan agama dari kehidupan) mereka tumbuh dalam balutan individual yang jauh dari nilai agama, agama hanya di jadikan sebagai pengisi identitas semata. 

Mereka lebih berkiblat pada media barat liberal yang bebas sebebas-bebasnya.
Pernikahan dipandang menjadi beban, bukan sebagai ladang kebaikan dan jalan melanjutkan keturunan. 

Berbeda konsep dengan Islam, di dalam Islam anak muda diberikan edukasi untuk menikah. Dalam islam, pernikahan merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan. Ada banyak ayat Al-Quran dan dalil yang menjadi landasan hukum pernikahan dalam Islam, salah satunya dalam Surat An-Nur ayat 32 yang berbunyi:

“Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahaya, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Negara dalam Islam menjamin kebutuhan dasar rakyat dan membuka lapangan pekerjaan yang luas melalui penerapan sistem ekonomi Islam, sehingga laki-laki berperan sebagai pemimpin mempunyai kewajiban menafkahi tidak kesulitan dalam menjalankan kewajibannya. 

Juga pengelolaan pemilikan umum (milkiyyah 'ammah) oleh negara bukan swasta atau asing, sehingga hasinya kembali untuk kesejahteraan masyarakat dan mampu menekan biaya hidup.

Pendidikan berbasis akidah Islam membentuk generasi berkarakter, tidak terjebak pada hedonisme dan materialisme. Sehingga generasi muda menjadi generasi penyelamat umat. 

Penguatan institusi keluarga mendorong pernikahan sebagai ibadah dan melestarikan keturunan. Sehingga tidak ada anak muda yang takut untuk menikah. 

Semua itu bisa terwujud, jika sistem Islam (khilafah) diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Baik individu dan masyarakat. 

Wallahu'alam bishawab.


Oleh: Ade Siti Rohmah 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar