Topswara.com -- Dari Maimumah binti Sa’ad ra, dia berkata, “Wahai Rasulullah, berilah fatwa kepada kami tentang Baitul Maqdis. Nabi menjawab, “Ia adalah negeri mahsyar (perkumpulan) dan mansyar (penebaran). Datanglah dan salatlah kalian di sana, karena satu kali salat di sana sama dengan seribu kali salat di tempat lain”. Aku bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak mampu mendatanginya?” Beliau menjawab, “Kirimkan minyak untuk menerangi lampu-lampunya. Siapa yang melakukan hal itu maka ia seperti telah mendatanginya”. (HR Ibnu Majah, 1407).
Hadis diatas adalah salah satu dari sekian dalil yang menegaskan posisi Baitul Maqdis yang istimewa. Namun, hari ini jejak peradaban Islam tersebut berada diujung tanduk.
Dilansir dari detik.com, Israel terus melakukan penggalian bawah tanah di sekitar komplek Masjidilaqsa dan kota tua Yerusalem dengan dalih penelitian arkeologi. Namun, sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Anadolu Agency, pada 8 Agustus 2019, Profesor Arkeologi Jamal Amro melaporkan bahwa penggalian bawah tanah menyebabkan retakan di kapel wanita dan bangunan Departemen Awqaf serta tembok selatan dan barat kompleks Alaqsha.
Hal ini menguatkan pernyataan Marouf Al Rifa’i selaku penasihat Kegubernuran Yerusalem yang menyatakan bahwa penggalian tersebut adalah rencana politik sistematis Israel untuk mengubah kota tua Yerusalem secara historis dan geografis. Bahkan, penggalian ini melanggar hukum status quo. (detik.com, 22/10/2025)
Penggalian yang Israel lakukan adalah tindakan ilegal yang memicu kerusakan serius dan mengancam runtuhnya bangunan di area kompleks Alaqsha.
Namun sayang seribu sayang, ancaman runtuhnya Alaqsha tidak membuat penguasa-penguasa Arab dan negeri muslim lainnya bergerak untuk melawan kekejaman dan kezaliman Israel.
Mereka tetap diam walaupun Israel sudah melakukan genosida, pendudukan tanah kaum muslim, pelaparan sistemis, perusakan ilegal situs peradaban di area Baitul Maqdis, dan segudang kejahatan lainnya yang tidak terhitung.
Sesungguhnya kecaman tanpa tindakan sama dengan pembiaran. Diam ditengah kuasa untuk melawan sama dengan pengkhianatan. Berbagai konferensi, mediasi untuk perjanjian damai tidak bisa menghentikan kejahatan Israel sampai detik ini.
Semua penguasa negeri muslim hanya melakukan atraksi perundingan dan pidato-pidato kecaman yang membosankan tanpa aksi nyata. Bahkan gencatan senjata yang sedang berlangsung pun dilabrak dengan mudahnya oleh Netanyahu dan pasukannya.
Perundingan solusi dua negara yang diharapkan akan menghentikan peperangan, justru membahayakan nasib rakyat Palestina kedepan. Karena sesungguhnya, Israel tidak berdiri sendiri.
Kejahatannya dibantu oleh kawannya Amerika dan para pengkhianat dari penguasa negeri muslim yang menggadaikan ikatan akidah kepada saudara muslimnya dengan kepentingan ekonomi semata.
Terlalu picik rasanya jika kaum muslim masih percaya dengan solusi perundingan dua negara yang dirancang oleh para penjahatnya sendiri dan berharap bisa membebaskan Palestina secara utuh.
Eksistensi Israel yang lahir secara ilegal dan cacat hukum mencaplok wilayah lain, mendeklarasikan dirinya sebagai negara, kemudian diakui oleh negara lain termasuk penguasa negeri muslim adalah bentuk pengkhianatan sejati terhadap Allah, RasulNya, dan kaum muslim, khususnya Palestina.
Akibat dari diamnya penguasa negeri muslim, umat yang bergelora memperjuangkan saudaranya di Palestina terbatas dengan aturan main negaranya sendiri. Pasukan tentara muslim yang mestinya mengabdi kepada Allah dan RasulNya, dipaksa tunduk pada kebijakan yang malah menyakiti dan mengkhianati umat.
Tanpa rasa malu, mereka berkoalisi dengan musuh Allah, dan dengan sengaja membiarkan saudaranya menderita. Butuh solusi utuh untuk menyelamatkan Alaqsha dan Palestina dari cengkraman Israel dan koalisi busuknya.
Sesungguhnya, Allah dan RasulNya tidak membutuhkan umat yang berpaling dan berkhianat pada wasiat yang digariskan dalam risalahNya. Baitul Maqdis memiliki kedudukan tinggi yang harus dijaga sepanjang masa.
Jika umat saat ini tidak mampu menjaganya, maka Allah akan mengganti dengan umat yang lain, sebagaimana firman Allah SWT dalam potongan surat Muhammad ayat 38 yang berbunyi “jika kamu berpaling, Dia akan menggantikanmu dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan (durhaka) sepertimu”.
Ayat tersebut menjadi peringatan apakah kita berada di barisan durhaka yang Allah akan gantikan karena melalaikan Alaqsha dan saudara kita di Palestina, ataukah kita berada dibarisan yang Allah siapkan sebagai pengganti dari kaum sebelumnya.
Sesungguhnya, tidak ada pilihan lain bagi kita selain siap menjadi pengganti yang berjuang menegakkan Islam kaffah dalam bingkai khilafah sebagai solusi utuh dan sistemis untuk menyatukan umat, institusi kesatuan politik yang akan melawan entitas Yahudi Israel, serta menggerakkan pasukan tentara muslim untuk menyelamatkan Alaqsha dan bumi Palestina.
Oleh: Sheila Nurazizah
Aktivis Muslimah

0 Komentar