Topswara.com -- Kondisi Gaza kian memburuk. Sejak dimulainya kembali konfrontasi besar-besaran pada Oktober 2023, kondisi di Jalur Gaza telah mengalami kehancuran yang meluas dan penderitaan kemanusiaan yang akut.
Hari-hari penuh kesulitan telah dilewati warga Gaza-Palestina selama dua tahun ini. Tercatat 66 ribu warga sipil syahid, mayoritas berupa perempuan, anak-anak, dan lansia. Ratusan ribu rumah hancur, serta tingkat kelaparan dan kekurangan layanan kesehatan yang sangat buruk akibat pembatasan akses bantuan.
Kondisi ini mendorong seruan internasional agar negara-negara pihak konvensi genosida mengambil langkah pencegahan dan penegakan hukum guna menghentikan etnic cleansing yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina.
Setiap satu langkah yang lakukan individu maupun organisasi masyarakat global terus menghadirkan harapan demi harapan. Namun harapan itu pun kembali menunjukkan rasa sakit karena belum berhasil membebaskan Palestina dari Israel.
Bahkan misi kemanusian yang bertujuan membantu urusan logistik saja tidak berhasil masuk dengan bebas ke wilayah Gaza. Masyarakat dunia marah dan geram terhadap sikap para pemimpinnya yang hanya diam dan hanya berani mengambil posisi aman.
Para pemimpin negara bahkan pemimpin negara yang mayoritas penduduknya muslim memilih untuk berada disisi negara angkuh, Amerika Serikat. Mereka memilih mengambil opsi yang dicetuskan oleh AS yaitu solusi dua negara.
Padahal asal muasal tegaknya Negara Israel adalah kerja dari AS yang mengakui kedaulatan negara ini sebagai negara yang sah dan berdiri di tanah Palestina. Lebih jauh lagi ada peran Inggris pada deklarasi Balfour yang mengizinkan orang-orang zionis yahudi untuk menduduki tanah Palestina.
Sungguh ini adalah sebuah pengkhianatan dan solusi ilusi buatan AS dan sekutunya. Keberpihakan mereka pada Palestina bukan murni karena mereka menginginkan kemerdekaan Palestina secara hakiki, namun karena ada maksud lain dan mengarah pada keuntungan yang sifatnya jasadiah/materi semata.
Jika kita perhatikan kembali solusi yang ditawarkan oleh AS adalah bentuk keputusasaan AS dan Israel atas keteguhan rakyat Gaza dan para Mujahidin yang mempertahankan tanah Palestina.
Tujuan etnic cleansing tidak juga terwujud sudah 2 tahun berlalu. Padahal jika diukur dengan ukuran manusia normal ketahanan dan ketabahan mereka tidak akan bertahan lama. AS dan sekutunya seperti sedang merancang strategi baru yaitu dengan memberikan kemerdekaan semu pada Palestina namun tetap mempertahankan Israel menjadi duri dalam daging di wilayah Timur Tengah.
Dengan two state solution ini artinya ada juga pengakuan terhadap entitas Yahudi sebagai negara yang sah atas hasil pencaplokannya terhadap tanah kaum muslim.
Two state solution ini tidak akan pernah adil, dari segi wilayah Israel mengambil alih 78 persen wilayah kaum muslim Palestina. Solusi penuh ilusi ini ikut disuarakan pemimpin negeri-negeri muslim termasuk Indonesia.
Dalam pidatonya di forum PBB Presiden Indonesia mengungkapkan hal serupa, beliau tidak menyebutkan bahwa pelaku genosida adalah Israel. Dan yang lebih menyakitkan beliau menyatakan bahwa Indonesia siap menjamin keamanan Israel.
Kita harus menjamin kenegaraan Palestina, tetapi Indonesia juga menyatakan bahwa setelah Israel mengakui kemerdekaan negara Palestina, Indonesia akan segera mengakui Negara Israel dan kita akan mendukung semua jaminan keamanan Israel. (Tribunnews.com/23-9-2025).
Solusi dua negara adalah gagasan bathil dan wajib ditolak oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Pengakuan terhadap entitas penjajah Yahudi bukan hanya bertentangan dengan akal kita dan kemanusiaan, namun juga jelas bertentangan dengan syariat Islam.
Umat Islam harus paham bahwa solusi tuntas untuk masalah Gaza dan Palestina tidak akan hadir dari solusi yang ditawarkan oleh kaum kafir, Yahudi dan Nasrani. Solusi tuntas hanya ada dalam syariat yaitu pengerahan pasukan kaum muslim untuk jihad fisabilillah.
Zionis yahudi hanya bisa dihentikan dengan kekuatan militer. Kaum muslimin sangat mampu melawan zionis, bahkan akan memenangkan perang hanya dalam waktu singkat. Ini sangat dimungkinkan karena faktanya yahudi dan militernya sangatlah rapuh. Mereka terlihat kuat karena disokong oleh AS dan negeri-negeri tetangga.
Bahkan pasukan militer Israel banyak yang mengalami gangguan mental. Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel telah menerima 80 ribu tentara yang harus direhabilitasi serta 26 ribu lainnya alami sakit mental per Agustus 2025. (prohaba.tribunnews.com/7-8-2025)
Untuk itu kaum muslim harus tetap fokus menuntut tegaknya institusi penjaga Gaza dan kaum muslimin dengan Khilafah Islamiah. Penjagaan yang akan dilakukan Khilafah adalah dengan penerapan syariat-syariat Islam dan jihad fii sabilillah untuk menjaga negeri-negeri kaum muslim dari para perampok dan penjajah.
Wallahua’lam.
Oleh: Nugraha F. Andani
Aktivis Muslimah
0 Komentar