Topswara.com -- Aksi Global Sumud Flotilla (GSF) yang berlayar menuju Gaza bukan sekadar misi kemanusiaan, melainkan sebuah simbol ketabahan, keberanian, dan perlawanan terhadap ketidakadilan yang telah berlangsung puluhan tahun.
“Sumud” dalam bahasa Arab berarti keteguhan dan ketabahan. Spirit itulah yang kini diwujudkan dalam bentuk armada kapal internasional yang mencoba menembus blokade laut Israel untuk membawa bantuan bagi warga Gaza yang terkepung.
Namun, kabar memilukan menggempar dunia, Armada sipil GSF dicegat oleh zionis. Israel mencegat seluruh kapal dan menahan relawan dan aktivis yang tergabung dalam misi GSF ini.
Terdapat 42 kapal dan lebih dari 500 relawan dari berbagai negara yang ikut serta. Saat ini terdapat 461 relawan termasuk aktivis yang diculik oleh Israel yang terancam dipenjara. (cnnindonesia.com, 4/10/2025)
Tamparan Keras bagi Pemimpin Muslim Dunia
Ironisnya, keberanian para relawan sipil justru menelanjangi kelemahan sebagian besar pemimpin muslim dunia. Negara-negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia hanya mampu melontarkan pernyataan kecaman atau seruan diplomatis yang hambar.
Sementara Gaza porak-poranda, ribuan nyawa tak berdosa melayang, dan blokade terus menjerat kehidupan, banyak pemimpin muslim masih sibuk menjaga hubungan politik dan ekonomi dengan negara-negara Barat.
Global Sumud Flotilla adalah tamparan keras bagi mereka. Bagaimana mungkin aktivis non-Muslim dari Eropa atau Amerika bisa lebih peduli pada penderitaan saudara-saudara kita di Palestina, sementara negara-negara muslim dengan segala sumber daya dan kekuatan hanya berani bersuara di atas mimbar?
Solidaritas rakyat dunia telah menunjukkan bahwa keberpihakan pada Gaza bukan sekadar isu agama, melainkan isu kemanusiaan universal. Namun justru itulah yang semakin mempermalukan diamnya penguasa muslim.
Sebelum aksi GSF ini, seruan #FreePalestine telah menggema di seluruh penjuru dunia. Berbagai upaya diplomasi dilakukan dan kecaman terhadap genosida terus mengalir dari banyak penduduk dunia yang bermoral.
Upaya menghentikan kebrutalan Zionis ini pun telah masuk pembahasan PBB dan tidak sedikit perwakilan negara memilih membela Palestina. Semua upaya ini tidak membuahkan jawaban untuk kebebasan warga Palestina atas Zionis.
Kafir Zionis, pendukung dan penyokongnya adalah pemegang kekuasaan di ranah internasional. Hak veto Amerika yang dengan mudahnya mematahkan dukungan mayoritas negeri menjadi buktinya. Hukum Internasional yang selalu dilanggar oleh Israel membuktikan betapa pemimpin dunia dan PBB melanggengkan penjajahan brutal ini.
Gentingnya Jihad fi Sabilillah
Pemimpin negara khususnya negeri muslim memiliki kekuatan yang mumpuni untuk bertindak menumpas penjaajah di muka bumi. Namun, segala ketidak adilan, kekejaman dan pengabaian seluruh hak asasi manusia tetap terjadi di Palestina. Aksi nyata GSF ini bukti kekecewaan warga dunia pada pemimpin-pemimpin yang lunglai dalam berdiri di atas kebenaran.
Menimbang berbagai upaya telah dilakukan tidak juga memberi solusi bagi penjajahan zionis ini, maka hal yang paling genting adalah adanya aksi jihad fi sabilillah. Jihad dengan kekuatan perang, yang meniscayakan lepasnya kongkongan Zionis kafir atas Palestina.
Namun, belenggu mabda kafir membuat jihad hanya menjadi mimpi yang tak kunjung nyata. Kini kaum muslim dikotak-kotakkan di bawah warna bendera. Kaum muslim saat ini tidak dapat berbuat apa-apa karena hanya tunduk pada penguasa dan sistem kafir.
Oleh karenanya, adanya sistem yang dapat mempersatukan kaum muslimin adalah keharusan. Satu-satunya sistem yang mewujudkan hal itu adalah dengan menerapkan Islam kaffah di bawah naungan Negara Khilafah. Khilafah menembus batas nasionalisme dan geografis. Khilafah dipimpin pemimpin (khalifah) yang takut hanya kepada Allah.
Dalam Islam, negara menjamin terjaganya nyawa dan kehormatan seluruh manusia. Syarak menjelaskan bagaimana Allah memerintahkan untuk memerangi musuh-musuh dengan serangan yang setara. Allah SWT. berfirman "Siapa saja yang menyerang kalian, maka seranglah dia seimbang dengan serangannya terhadap kalian" (TQS al-Baqarah: 194).
Jihad fi Sabilillah adalah keniscayaan bagi daulah Islam. Khalifah yang penuh amanah akan melindungi seluruh wilayah kaum muslim dan umat manusia dalam naungannya.
Khalifah tak gentar mengirim bala bantuan kekuatan militer untuk menumpas kafir harbi yang menindas kaum muslim dan menduduki tanah muslimin. Hal ini semata-mata didasarkan pada keimanan kepada Allah dengan kepemimpinan yang bertanggung jawab atas amanah yang diemban.
Wallahu 'alam bish shawab.
Oleh: Nurindasari S.T.
Aktivis Muslimah
0 Komentar