Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bukan Solusi Dua Negara, tetapi Persatuan Umat


Topswara.com -- Belakangan ini sering mendengar solusi dua negara untuk Palestina dan Israel. Bahkan Prabowo juga beberapa kali menyampaikan hal itu di forum internasional, katanya itu jalan damai yang paling masuk akal (Tribunnews, 2 Oktober 2025). 

Tetapi kalau dilihat kondisi di lapangan, rasanya aneh saja. Gaza sekarang semakin parah, serangan Zionis terus meningkat, rumah warga hancur, banyak korban, dan semua seperti dibiarkan begitu saja.

Tidak ada satu pun negara yang benar-benar berdiri di sisi Gaza. Semuanya seperti main aman, terutama negara-negara Muslim yang malah ikut-ikutan menyuarakan solusi dua negara juga.

Padahal sebenarnya, solusi dua negara itu cuma akal-akalan saja. Amerika mengusulkan itu bukan karena peduli, tetapi karena mereka sudah kepepet dengan keteguhan rakyat Gaza dan para pejuang di sana. 

Setelah gagal menaklukkan perlawanan, mereka memberikan tawaran "negara Palestina" supaya kelihatan damai, padahal intinya ingin melegalkan penjajahan Zionis. Wilayah Palestina sudah 70–80 persen dikuasai, sisanya hanya diberikan sedikit dan itu pun dianggap sebagai kemerdekaan. 

Banyak negara sudah mengakui Palestina, tetapi apa yang berubah? Gaza tetap dibombardir, pemukiman ilegal terus berjalan, penderitaan rakyatnya tidak berhenti.

Kalau jujur, solusi dua negara ini seperti mimpi palsu. Tidak akan menyelesaikan masalah, malah membuat umat Islam semakin jauh dari solusi yang sebenarnya. Dunia internasional selama ini hanya berbicara, membuat pertemuan, tetapi tidak pernah benar-benar menghentikan penjajahan Israel. 

Sementara itu, rakyat Gaza terus berjuang dalam kondisi serba terbatas. Mereka kehilangan keluarga, tempat tinggal, listrik, air, dan makanan, tetapi semangat mereka tidak padam. Justru Zionis yang semakin kalap karena tidak bisa menundukkan perlawanan rakyat kecil yang tegar itu.

Umat Islam sebenarnya punya kekuatan besar. Kalau negara-negara Muslim benar-benar bersatu dan mengerahkan pasukan untuk membela Palestina, Zionis tidak akan bisa bertahan lama. Secara jumlah, sumber daya, dan kekuatan militer, umat Islam jauh lebih unggul. 

Tetapi masalahnya, semua negara Muslim sekarang berjalan sendiri-sendiri. Sibuk mengurus kepentingan masing-masing. Ada yang takut terhadap tekanan negara Barat, ada juga yang memang sengaja diam karena nyaman dengan posisi sekarang. Jadi akhirnya Gaza dibiarkan berjuang sendirian.

Padahal sejarah sudah membuktikan, saat umat Islam bersatu di bawah satu kepemimpinan, wilayah Palestina bisa dibebaskan. Dulu, saat ada Khilafah Islamiyah, umat Islam punya satu suara dan satu komando. Kalau ada yang mengganggu negeri Muslim, pasukan langsung bergerak tanpa perlu ribet diplomasi. 

Sekarang sistem itu sudah tidak ada, jadinya umat Islam lemah secara politik. Suaranya banyak, tetapi tidak ada kekuatan nyata yang bergerak. Sementara Zionis dan sekutunya solid dan terorganisir.

Oleh karena itu, Gaza sebenarnya tidak butuh solusi dua negara. Solusi tersebut hanya permainan politik yang membuat umat Islam terlena. Gaza butuh pertolongan nyata, butuh pasukan Muslim, butuh keberanian, dan butuh pemimpin yang benar-benar peduli terhadap nasib kaum Muslim, bukan hanya memberikan pernyataan. 

Selama umat Islam masih berharap kepada PBB, Amerika, atau negara-negara Barat, kondisi Gaza tidak akan berubah. 

Tetapi kalau umat Islam bersatu lagi seperti dulu, yakinlah situasinya bisa berbalik. Bukan hanya Gaza yang terbebas, tetapi seluruh Palestina.


Oleh: Nilam Astriati 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar