Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pembangunan Tol dan Kereta Gantung, untuk Atasi Kemacetan atau Mengejar Pariwisata?


Topswara.com -- Transportasi merupakan kebutuhan, apalagi di era sekarang ini, dimana bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula kebutuhan akan transportasi, baik di ibukota ataupun Kabupaten.

Seperti di Kabupaten Bandung, angka kemacetan di jalan utama penghubung Kota dan Kabupaten cenderung macet di waktu-waktu tertentu, seperti pagi hari dan sore hari saat pergi dan pulang kerja, juga saat hari libur. Apakah dibutuhkan kereta gantung dan jalan tol baru? Apakah akan menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan? 

Tingginya jumlah wisatawan ke Kabupaten Bandung memunculkan wacana pembangunan infrastruktur transportasi baru, untuk mengatasi kemacetan yang sangat parah Bupati kabupaten Bandung Dadang Supriatna berencana membangun jalan tol yang menghubungkan Soreang ke Ciwidey, pangalengan, juga membangun kereta gantung. 

Kedua proyek ini diharapkan tidak hanya mengurai kemacetan, tetapi juga menjadi daya tarik wisata pendorong ekonomi baru, rencana pembangunan tol Soreang -ciwidey-pangalengan diharapkan dapat memperlancar arus kendaraan, dan kereta gantung akan menjadi moda tansfortasi alternatif yang ramah lingkungan. Tribunnews.com rabu 17/09/2025

Wacananya sudah di gaungkan secara resmi sejak 18 April 2022 dengan perkiraan biaya sekitar enam triliun. Ini jumlah yang sangat besar, dari mana Pemkab Bandung memperoleh dananya?
Apakah yakin akan menjadi solusi? 

Seperti diketahui dana APBD Kabupaten Bandung tahun 2025 saja hanya Rp 7,567 T, dimana besaran alokasi anggarannya untuk infrastruktur Rp sebanya 805 M. 

Sebagai langkah untuk mewujudkan Bupati Bandung berharap agar rencana pembangunan jalan tol tersebut masuk kedalam Proyek strategis nasional ( PSN). Biaya yang sangat besar ini biasanya mengandalkan dukungan segelintir konglomerat, perusak besar, BUMN, atau konsorsium swasta baik lokal maupun asing / oligarki dengan skema utang tentunya. 

Jika itu terjadi, maka apakah moda transportasi itu untuk rakyat?
Tidak ada makan siang gratis, keterlibatan pihak-pihak ini bisa dipastikan motifnya apa selain laba dan kepentingan politik? 

Sudah menjadi rahasia umum, jika keberpihakan pemodal dari swasta bukan hanya menginginkan keuntungan namun juga kepemilikan, dan itulah kenyataan mengapa banyak jalan tol di Indonesia yang kepemilikannya swasta, karena proyek pembangunannya disokong dana dari swasta. Inilah yang dinamakan liberalisasi terhadap kepemilikan sarana umum (status jalan tol) yang akan terjadi. 

Mengapa pilihannya adalah tiga daerah, yaitu Soreang, Pangalengan, dan Ciwidey? Karena ketiga daerah tersebut adalah daerah pariwisata, sehingga pembangunan tol untuk dapat mengurangi kemacetan di daerah wisata dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui sektor pariwisata juga akan membuat liberalisasi kepemilikan umum makin melenggang.

Belum lagi resiko terjadi pergeseran nilai-nilai moral akibat maraknya kemaksiatan sebagai dampak dari dibangunnya tempat wisata. 

Selain itu mengandalkan sektor pariwisata sebagai pertambahan pertumbuhan ekonomi akan membuat ketahanan ekonomi sangat lemah. Rencana pembangunan tol di wilayah ini juga akan menghadapi konsekuensi kerusakan lingkungan.

Karena akan adanya alih fungsi lahan dan juga penebangan pohon yang berfungsi sebagai paru-paru dunia. Padahal Pangalengan dan Ciwidey adalah sentra pertanian Kabupaten Bandung. 

Semestinya pembangunan yang ideal bersifat multisektoral dan berkelanjutan, tidak hanya bergantung pada industri musiman seperti pariwisata. Pembangunan sebuah daerah mestinya memperhatikan. 

Petama, pendidikan : membantu sumber daya manusia (SDM) yang unggul melalui pendidikan yang berkualitas, ini adalah poin penting. SDM yang cerdas dan terampil akan menjadi modal untuk mengembangkan sektor lain. Sebaiknya dana yang ada dialokasikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Kedua, mendirikan industri berat berbasis militer dan menciptakan lapangan kerja yang luas. Jadi jaminan kesejahteraan jangka panjang masyarakat akan jelas, dan ekonomi daerah akan kuat. 

Ketiga, pembangunan infrastruktur haruslah terintegrasi baik. Bukan semata-mata untuk pariwisata, tetapi untuk kelancaran akses pendidikan, industri, dan fasilitas-fasilitas umum. Ekonomi yang bergantung sangat rentan terhadap krisis, seperti pandemi atau isu keamanan. 

Karena itu, sektor pariwisata bisa terpuruk. Dalam sekejap karena dua kondisi ini. 
Memang, membangun pendidikan yang handal, menciptakan industri lapangan kerja yang kuat butuh waktu modal dan komitmen jangka panjang. 

Namun hasil akhirnya adalah kemandirian, ketahanan ekonomi dan kesejahteraan yang lebih stabil bagi seluruh masyarakat tidak hanya bagi segelintir orang. 

Wallahu'alam Bishawab.


Oleh: Ade Siti Rohmah 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar