Topswara.com -- Kesehatan anak-anak adalah tanggung jawab agung, bukan sekadar kewajiban administrasi. Namun baru-baru ini, negeri ini kembali dipertontonkan betapa amanah publik tidak dijaga, yakni dengan terjadinya ratusan pelajar di Garut mengalami keracunan setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
Dampaknya bukan hanya fisik, seperti mual, muntah, pusing saja, tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap janji negara sebagai pelindung umat.
Data awal menyebut sekitar 150 anak, tetapi kemudian jumlah korban melonjak menjadi ratusan, sekitar ± 600-657 siswa mengalami gejala keracunan, (detiknews.com, 18/9/25).
Pemerintah menutup dapur penyedia MBG sementara dan melakukan investigasi, uji laboratorium, pengambilan sampel makanan, dan tuntutan agar proses distribusi makanan diperbaiki, (antaranews.com, 22/9/25).
Semua ini menunjukkan bahwa ada kerusakan sistem yang jauh lebih dalam daripada sekadar kecelakaan atau kelalaian parsial.
Program MBG mestinya menjadi simbol kehadiran negara yang peduli dengan memastikan tidak ada anak yang kekurangan nutrisi. Tetapi ironinya, program yang dimaksudkan untuk memberi gizi kini menjadi pemicu bahaya. Mengapa bisa terjadi?
Pertama, standar higienitas dan keamanan pangan tampak lemah, sebagaimana dapur penyedia mungkin tidak memenuhi standar sanitasi, pengolahan bahan, penyimpanan, distribusi, jarak waktu antara persiapan dan konsumsi makanan (bisnis.com).
Kedua, pengawasan dan regulasi tidak efektif: meskipun pemerintah punya lembaga seperti Dinas Kesehatan, BPOM, dan Badan Gizi Nasional (BGN), kejadian ini menunjukkan bahwa pengawasan belum cukup ketat, dan konsekuensi atas kelalaian belum terasa serius.
Ketiga, kesadaran administratif sering tersandera birokrasi dan prioritas yang salah, yaitu orientasi lebih kepada “jumlah penerima manfaat” atau “performa program” daripada keamanan dan kualitas.
Dalam Islam, amanah bukan kata kosong. Pemimpin dipanggil menunaikan amanah dengan penuh rasa takut kepada Allah. Jabatan publik bukan milik pribadi untuk bermain amanah, melainkan tanggung jawab besar yang kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Rabb.
Rasulullah ï·º bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari & Muslim).
Kelalaian yang menimbulkan keracunan massal, khususnya pada anak-anak dimana mereka adalah amanah generasi berikutnya, merupakan sebuah dosa besar. Negara yang mengklaim peduli tetapi membiarkan kebocoran dalam sistem keamanan pangan harus segera diadili, bukan hanya oleh manusia, tetapi dalam konteks pengadilan syariah di akhirat.
Sistem sekularisme telah berkali-kali gagal menjaga amanah publik, khususnya terkait kebutuhan dasar rakyat seperti kesehatan, keselamatan, pendidikan. Maka solusi Islam di bawah Daulah Islam adalah satu-satunya solusi yang komprehensif, sebagaimana akan dijelaskan secara rinci dibawah ini bagaimana kehidupan dibawah naungan Islam:
Pertama, regulasi keamanan pangan berdasarkan syariah. Semua penyedia makanan publik wajib memiliki sertifikasi halal, higienis, dan layak sesuai standar Islam. Tidak cukup hanya standar teknis; harus meliputi niat, kebersihan hati, dan tanggung jawab moral.
Kedua, pengawasan mandiri dan akuntabilitas syariah. Dalam Daulah, ada lembaga pengaduan rakyat yang diawasi oleh syariah dan masyarakat, yang bisa menuntut pertanggungjawaban pejabat atau penyedia barang publik bila terjadi kerusakan atau kelalaian.
Ketiga, transparansi dan keterlibatan komunitas. Proses penyediaan makanan harus melibatkan rakyat: mulai dari pemilihan bahan, pengolahan, distribusi, dan penyajian. Rakyat mempunyai hak tahu dan hak kontrol.
Keempat, sanksi tegas untuk kelalaian amanah. Bila terjadi kelalaian terbukti, pihak penyedia atau pejabat terkait mendapatkan sanksi sesuai syariah, yakni di denda, penggantian kerugian, bahkan pencopotan jika memang membahayakan rakyat.
Kelima, pendidikan kepemimpinan dan amanah. Pendidikan Islam menanamkan sejak dini bahwa amanah itu mulia. Generasi muda harus dibentuk menjadi pemimpin yang takut kepada Allah, bukan takut pada audit semata.
Penutup
Kasus keracunan MBG di Garut bukan hanya sekadar insiden kesehatan. Ia adalah cermin atas betapa jauh negara telah gagal menjaga apa yang menjadi amanahnya. Anak-anak jadi korban karena sistem yang longgar, karena regulasi yang lemah, karena prioritas salah.
Islam tidak menawarkan solusi parsial. Daulah Islam mengajarkan bahwa setiap aspek kehidupan harus tunduk pada syariah dengan kepemimpinan, regulasi, keamanan, hingga distribusi program sosial. Bila Daulah Islam ditegakkan, amanah seperti MBG tidak akan jadi racun, tapi berkah yang dirasakan sepenuhnya oleh umat.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58).
Wallahu’alam bishwab.
Oleh: Yolanda Anjani, S.Kom
Aktivis Dakwah
0 Komentar