Topswara.com --
Nasihat Sayid Abu Bakar Syatha dalam Kifayatul Atqiya’
Sayid Abu Bakar bin Muhammad Syatha ad-Dimyathi, seorang ulama besar penulis kitab Kifayatul Atqiya’, memberi nasehat mendalam: “tobat diwajibkan untukmu karena ia menjadi kunci segala ketaatan, pelancar urusan dunia dan akhirat, serta fondasi semua kebaikan.”
Kalimat singkat ini sesungguhnya adalah peta jalan ruhani seorang hamba. Tidak ada ibadah yang benar-benar diterima tanpa tobat. Tidak ada hati yang hidup tanpa kembali kepada Allah. Tidak ada keberkahan dunia dan akhirat kecuali dengan mensucikan diri dari dosa-dosa.
1. Tobat adalah Kewajiban
Tobat bukan pilihan, melainkan kewajiban syar’i. Allah ï·» berfirman:
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Rasulullah ï·º juga bersabda:
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.”
(HR. Muslim)
Jika Nabi yang ma’shum saja beristighfar setiap hari, maka bagaimana dengan kita yang penuh dosa?
2. Tobat sebagai Kunci Segala Ketaatan
Mengapa Sayid Abu Bakar Syatha menyebut taubat sebagai kunci segala ketaatan? Karena dosa adalah penghalang antara hati dan cahaya Allah. Jika hati kotor, ibadah akan terasa berat, doa sulit khusyuk, zikir tidak nikmat. Tobat membersihkan hati, sehingga ketaatan menjadi ringan dan penuh kelezatan.
Imam Ibnul Qayyim berkata:
“Tobat adalah permulaan perjalanan seorang hamba menuju Allah. Tanpa taubat, ia tidak akan bisa melangkah.”
3. Tobat Melapangkan Urusan Dunia dan Akhirat
Allah ï·» menjanjikan keberkahan dunia bagi hamba yang bertobat:
“Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat atasmu, memperbanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).
Inilah bukti bahwa tobat bukan hanya urusan akhirat, tetapi juga pembuka kelapangan hidup di dunia: rezeki yang halal, keluarga yang sakinah, dan hati yang tenang.
4. Tobat sebagai Fondasi Kebaikan
Sayid Abu Bakar Syatha menyebut taubat sebagai fondasi segala kebaikan.
Mengapa demikian?
Tanpa tobat, kebaikan akan rapuh karena masih bercampur dosa. Tobat ibarat pondasi dalam bangunan; amal shalih adalah dinding dan atapnya. Jika fondasi rapuh, maka rumah akan roboh. Jika taubat ditinggalkan, maka amal akan hampa.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa.” (HR. Ibnu Majah)
5. Taubat Menurut Ulama Tasawuf
Para ulama tasawuf menekankan bahwa taubat memiliki beberapa tingkatan:
Tobat dari dosa besar dan kecil kewajiban setiap muslim. Tobat dari kelalaian yaitu lalai dari mengingat Allah, meskipun bukan dosa. Tobat dari selain Allah tingkatan para wali, yang bertaubat karena hatinya sempat terikat pada makhluk selain Allah.
Imam Al-Junaid al-Baghdadi berkata:
“tobat adalah meninggalkan setiap perkara yang hina menuju setiap perkara yang mulia.”
6. Syarat-Syarat Tobat yang Benar
Para ulama fiqh menyebutkan tiga syarat utama taubat: Menyesali dosa (an-nadam). Meninggalkan dosa tersebut saat itu juga. Bertekad tidak mengulanginya kembali.
Jika dosa terkait hak manusia, maka ditambah syarat keempat: mengembalikan hak atau meminta maaf kepada yang dizalimi.
7. Buah dari Tobat
Siapa yang bertaubat dengan sungguh-sungguh, ia akan mendapatkan:
Ketenangan hati karena terbebas dari rasa bersalah. Kedekatan dengan Allah karena dosa yang menghalangi sudah dihapus. Keberkahan rezeki karena hidup bersih dari yang haram. Keselamatan di akhirat karena Allah menjanjikan ampunan.
Allah ï·» berfirman:
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal shalih, maka mereka itulah yang Allah ganti kejahatan-kejahatannya dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan: 70)
Penutup
Nasehat Sayid Abu Bakar Syatha bahwa tobat adalah kunci segala ketaatan, pelancar urusan dunia dan akhirat, serta fondasi semua kebaikan adalah mutiara yang patut kita resapi.
Setiap hari kita pasti melakukan kesalahan, namun jangan menunda tobat. Jangan biarkan hati keras karena tertutup dosa. Mari kita jadikan tobat sebagai budaya harian: istighfar, menyesali dosa, dan memperbaiki amal.
Dengan tobat, hidup kita akan lebih ringan, ibadah lebih nikmat, rezeki lebih berkah, dan akhirat lebih terjamin.
Renungan:
Jangan tunggu esok untuk bertobat, karena esok belum tentu milik kita. Kunci surga ada pada hati yang bersih, dan kunci hati yang bersih adalah tobat.
Oleh: Dr Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
0 Komentar