Topswara.com -- Badan pusat statistik (BPS) mengklaim bahwa angka kemiskinan menurun, Angka kemiskinan yang nampak terlihat baik di pedesaan ataupun di perkotaan nyatanya sangat tinggi, secara pengangguran dimana-mana, daya beli masyarakat turun, bahkan tidak sedikit UMKM yang akhirnya bangkrut gara-gara tidak bisa menghasilkan produk.
Apa penyebab kemiskinan di perkotaan meningkat ?
Menurut deputi bidang statistik sosial BPS Ateng Hartono mengungkap kenaikan itu dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah pengangguran dan kenaikan harga pangan. Angka pengangguran selama periode Agustus 2024 sampai Februari 2025 naik sekitar 460.000 orang.
BBC.com (25/07/2025)
Salah satu penyebab dari angka kemiskinan kian meningkat adalah banyaknya PHK yang mengakibatkan pengangguran, tercatat perusahaan-perusahaan akhirnya tutup karena sulitnya biaya operasional dan lain sebagainya, sulit juga mendapatkan pekerjaan baru, sementara kebutuhan hidup terus meningkat, harga bahan pokok naik, biaya sekolah, kesehatan, dan biaya tidak terduga lainnya.
Sementara itu, pemerintah masih sibuk dengan pencitraan, dengan dalih program makan bergizi gratis (MBG) yang ujung-ujungnya menuai masalah baru karena tidak merata dan tidak layak, bansos yang tidak tepat sasaran, atau janji-janji semu tentang kesejahteraan rakyat.
Karena dalam sistem ekonomi kapitalisme lebih peduli dengan citra ekonomi bukan menangani kemiskinan. Mereka mengotak atik angka kemiskinan, padahal menurut Bank dunia angka kemiskinan Indonesia per September 2024 sebesar 8,57 persen atau sekitar 24,06 juta jiwa.
Rakyat hanya dijadikan sebagai obyek dari bebagai kebijakan populis. Alih-alih memberikan solusi kepada rakyat yang ada adalah berbisnis dengan rakyat sendiri. Ini makin menunjukkan kerusakan dari sistem kapitalisme sekularisme dimana mereka justru mencari keuntungan dan manfaat dari rakyatnya.
Akar kemiskinan ekstrem bukan pada definisinya, tetapi pada sistem ekonomi kapitalisme menciptakan jurang antara kaya dan miskin, kekayaan menumpuk pada segelintir elite, yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin mungkin itulah kata yang paling tepat yang menggambarkan kondisi rakyat dalam sistem rusak ini.
Pemerintah seharusnya mengurusi rakyatnya, bukan menyusahkan rakyatnya, memberikan kesejahteraan tanpa syarat, namun inilah pemerintah dalam sistem kapitalisme sekularisme hanya berperan sebagai pengelola angka dan fasilitator pasar bebas.
Dimana segala sesuatu hanya ditunjukkan oleh angka bukan dengan realita, dan solusi yang ditawarkan pun tidak pernah menyentuh akar masalah, dan sistem ekonominya pun cacat dan menindas, keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan modal sekecil-kecilnya itulah rusaknya sistem ekonomi kapitalisme.
Berbeda halnya dengan sistem Islam yaitu khilafah, negara bertanggungjawab penuh atas kebutuhan dasar rakyatnya, dari mulai sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan tanpa syarat pasar.
Masyarakat terjamin kesejahteraan, lapangan pekerjaan memadai melalui pengelolaan sumberdaya alam oleh negara untuk kemaslahatan umat, bukan dikomersialkan.
Angka kemiskinan tidak diukur oleh angka PPP (purchasing power parity) seperti buatan lembaga internasional, melainkan dari apakah kebutuhan pokok setiap individu terpenuhi secara layak atau tidak.
Khilafah juga memastikan setiap laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang wajib mencari nafkah dan menafkahi dapat bekerja dengan baik, sehingga terpenuhinya kebutuhan individu per individu.
Jika ada kepala rumah tangga yang tidak mampu menafkahi maka akan dikembalikan kepada negara, dan diberikan jaminan kesejahteraannya. Untuk itu kemiskinan yang terjadi saat ini hanya bisa diselesaikan oleh negara khilafah.
Wallahualam bishawab.
Oleh: Ade Siti Rohmah
Aktivis Muslimah
0 Komentar