Topswara.com -- Olahraga tiap pagi, jogging keliling komplek, senam di taman sambil pamer minuman kemasan slim and fit fiber. disertai caption “My body is my temple”, padahal pikirannya udah kayak pasar malam, ramai, bising, enggak jelas arahnya.
Capek? Iya. Sehat? Belum tentu. Waras? Nggak juga.
Kata siapa yang kuat jalan kaki itu sehat? Orang gila juga kuat jalan kaki bahkan tanpa alas kaki. Tetapi tujuannya enggak gak jelas, pikirannya kacau. Jadi bukan soal gerak tubuh, tetapi arah hidup.
Hari ini orang berlomba-lomba olahraga, dari yoga di rooftop sampai jogging keliling taman perumahan sambil selfie dari sepuluh angle bakal dipilih angle termuda dari wajah yang sudah mulai expired untuk di-upload.
Mereka bilang, "Aku healing, aku detoks pikiran..."
Tetapi begitu pulang ke rumah, buka HP, scroll medsos eh, stres lagi! Lihat orang romantis sama suaminya, iri. Lihat orang makan sama suaminya, sedih.
Padahal baru pulang dari "healing", tetapi hatinya rusak lagi. Kenapa? Karena yang rusak bukan tubuh, tetapi mindset hidup. Orang bisa terlihat sehat fisik, tetapi tetap gelisah karena hatinya kosong dari makna hidup yang hakiki.
Dalam Islam, tujuan hidup kita jelas, yaitu mencari ridha Allah. Kalau hidup cuma buat pamer body, pencitraan selfie, atau adu gaya, ya wajar gampang stres.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Ar-Ra'd ayat 28, “Ketahuilah, dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.”
Kalau orang cuma hidup untuk dunia, ya habis tenaga buat mengejar gaya hidup, tetapi miskin makna. Ujungnya sering berbuat salah bahkan hina.
Jadi bukan soal siapa paling banyak olahraga, bukan siapa paling sering healing ke gunung atau pantai. Apalagi siapa paling banyak upload senyum palsu di medsos, tetapi siapa yang hidupnya lurus, tujuannya jelas, dan pikirannya sehat dengan Islam kaffah.
Makanya yuk, ngaji Islam kaffah. Biar olahraga bukan sekadar gaya hidup tetapi bagian dari ketaatan. Biar healing bukan lari dari masalah, tetapi kembali pada Allah Ta'ala. Dan biar kita nggak lagi nyalahin “cuaca” sebagai penyebab stres, padahal yang rusak bukan langit, tetapi life-goals kita.
Kalau tujuan hidupnya cari ridha Allah, nggak perlu banyak gaya. Cukup istiqamah dan husnuzan. Gak perlu filter glowing, karena yang penting hatinya yang terang, bukan wajahnya yang berkabut kebanyakan filter pencerah.
Pahami, bukan badan kamu yang perlu detoks, tetapi mindset-nya. Selama cara pandang hidup masih pakai kacamata kapitalis, ya stres nggak bakal hilang. Mau healing ke Bali, Thailand, atau naik gunung Himalaya, tetap aja begitu pulang buka medsos lihat orang lain hidupnya “lebih dari kita” langsung overthinking.
Masalah utama bukan di kaki, tetapi di otak. Bukan kurang olahraga, tapi kurang ngaji. Nggak percaya? Lihat saja, sekarang orang makin rajin olahraga tetapi makin gampang panik, makin sering healing tetapi makin sering nangis di kamar mandi. Karena mereka lari dari masalah, bukan mencari solusi. Ujungnya? Burnout, anxious, insecure, lost bahkan yang ibadahnya sudah bagus pun tetap goyah karena tidak paham arah hidupnya.
Padahal Allah SAW sudah berfirman dalam Al-Qur'an surah Thaha ayat 124, "Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit…”
Nah loh, jelas bukan karena kurang jogging, tetapi kurang ngaji. Bukan kurang protein, tetapi kurang tauhid.
Jadi, olahraga boleh, diet silakan, tapi jangan lupakan olahraga hati, seperti zikir, tadabbur, dan yang paling penting ngaji Islam secara kaffah.
Imam Al-Ghazali rahimahullah juga berkata, “Ilmu yang tidak mengarahkan pada akhirat, maka itu bukanlah ilmu yang bermanfaat."
Nah loh! Ilmu workout, ilmu diet keto, ilmu skincare itu bonus. Tetapi ilmu yang membimbing kita berpikir benar, menghadapi hidup dengan sabar, kuat, dan lurus di jalan Allah? Itulah yang bikin kita tetap tenang meski hidup sedang porak-poranda.
Jadi, percuma olahraga kalau pikiran masih rusak. Percuma ikut seminar self love kalau belum cinta pada Islam. Percuma kuat lari 10 km kalau gampang tumbang gara-gara didatangi masalah yang tak pernah diundang.
Islam ajarkan keseimbangan, jaga fisik? Iya.Tetapi jaga hati dan akal lebih utama. Nabi SAW bersabda, "Ketahuilah, dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika baik ia, maka baik seluruh tubuh. Jika rusak, rusak pula seluruh tubuh. Itulah hati"
(HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi kalau mindset-nya sekuler, liberal, dan konsumtif, mau olahraga tiap hari juga tetap stres. Healing kemana pun, tetap overthinking.
Sementara Muslimah sejati cukup duduk di rumah, nulis dakwah, urus anak, urus suami, ngaji rutin, hatinya adem, pikirannya waras. Meskipun katanya "Kurang pergaulan", tetapi hatinya lurus, hidupnya jelas, dan urat malu masih berfungsi.
Syaikh Musthafa al-Adawi mengatakan,
“Wanita yang mengurus rumah dan mendidik anak dalam ketaatan kepada Allah, itu lebih mulia daripada wanita yang berlari-lari ke sana kemari mengejar dunia.”
Oleh karena itu, kesehatan yang hakiki itu dimulai dari akidah yang lurus. Orang yang sehat secara tauhid gak gampang baper lihat hidup orang lain. Dia tahu hidup itu ujian, bukan lomba pamer. Dia gak insecure karena tahu bahwa rezeki, jodoh, dan mati semua udah Allah atur, tugas manusia tinggal taat total.
Islam kaffah itu bukan cuma urusan masjid. Tapi juga cara berpikir, cara makan, cara bisnis, bahkan cara healing. Islam ngasih solusi biar manusia enggak gampang stres dengan rajin berzikir, ngaji kaffah tentang qadha dan qadar biar gak gampang iri dengan rezeki orang dan penerapan sistem khilafah yang bakal mendidik akal manusia sesuai fitrahnya.
Dalam Islam, kesehatan itu bukan cuma fisik. Yang lebih penting adalah kesehatan spiritual dan intelektual. Karena kalau mindset-nya kacau, tujuan hidupnya kabur, ya maaf-maaf aja sekuat apapun dia jogging, tetap aja hidupnya lari dari kenyataan. Karena yang sering bikin orang gampang gila itu bukan karena gak jogging, tetapi karena hidup tanpa tujuan akhirat. []
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
0 Komentar