Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gaul Bebas Marak, HIV Melonjak

Topswara.com -- Pergaulan bebas di kalangan remaja kini makin tak terkendali. Tidak hanya menunjukkan rusaknya moral, pergaulan bebas ini juga menyebabkan banyak remaja terjangkit penyakit berbahaya. Masa depan generasi muda ini pun terancam.

Remaja dan dewasa muda rentan terkena HIV/AIDS akibat pergaulan bebas. Inilah yang disampaikan oleh Pengelola Program dan Keuangan Komisi Penanggulan HIV/AIDS (KPAD), Lenny Dwi Ambarsari terkait meningkatnya lonjakan kasus HIV/AIDS di Madiun dalam lima bulan terakhir. 

Data KPAD menunjukkan bahwa terdapat 1.435 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Madiun yang mana 762 di antaranya masih menjalani pengobatan dan 673 lainnya telah meninggal dunia. Sementara itu, kasus HIV/AIDS yang terjadi pada usia 16-30 tahun sebanyak 324 atau 22,6 persen dari keseluruhan. (radarmadiun.jawapos.com, 30-5-2025)

Makin Bebas

Tak dimungkiri bila pergaulan remaja pada masa kini makin bebas. Muda-mudi bergaul dengan bebas seolah tanpa batas. Remaja pacaran merupakan hal yang amat lumrah. Gaya berpacaran pun tak lagi sebatas gandengan tangan, tetapi lebih dari itu. Statusnya berpacaran, tetapi yang dilakukan sudah selayaknya pasangan suami istri. 

Makin bebasnya pergaulan juga ditandai dengan seks menyimpang di kalangan remaja. Aktivitas pacaran hingga melakukan hubungan seks di luar nikah tersebut juga dilakukan dengan sesama sejenis. 

Maraknya seks bebas tersebut menyebabkan peningkatan kasus HIV/AIDS. Penyakit berbahaya ini salah satu penularannya adalah lewat hubungan seksual, baik dengan yang sejenis maupun lawan jenis. 

Sekularisme Suburkan Gaul Bebas

Gaul bebas yang merebak di tengah masyarakat sejatinya merupakan konsekuensi penerapan sistem kehidupan yang memisahkan agama dari kehidupan atau sekularisme. Sistem ini membuat remaja jauh dari aturan agama sehingga gampang terjerat dalam gaya hidup hedonis dan liberal. 

Hedonisme membentuk remaja yang tahunya hanya mengejar kesenangan dan materi dengan segala cara, termasuk memuaskan syahwatnya dengan pacaran hingga perzinaan.

Sekularisme juga melahirkan pandangan liberal yang membuat remaja berbuat sesukanya. Mereka tidak paham standar halal dan haram dalam kehidupan. Remaja bergaul dengan bebasnya seolah tanpa aturan. Mereka bahkan enteng saja dalam menabrak norma yang ada. Sampai pada satu titik, kebebasan tersebut terhentikan oleh penyakit mematikan yang perlahan menggerogoti raga.

Selamatkan Remaja dengan Islam

Menghentikan gaul bebas dan merebaknya kasus HIV/AIDS, Islam memberikan kebijakan yang komprehensif. Solusi untuk permasalahan ini bersifat mendasar sehingga mencakup segala aspek, bukan solusi parsial atau tambal sulam. Tidak hanya penyakitnya yang diobati, tetapi juga dilakukan upaya pencegahan agar tidak terjadi lagi.

Hal ini dilakukan oleh negara sebagai penanggung jawab urusan rakyat. Negara dapat melakukan tindakan kuratif untuk menyembuhkan atau menangani penderita HIV/AIDS yang tertular bukan karena penyimpangan seksual. 

Mereka berhak mendapatkan layanan perawatan dan pengobatan terbaik. Para penderita ini juga akan mendapat edukasi dan pendampingan agar dapat terus bersemangat dalam menjalani hidup dengan baik meski terkena HIV/AIDS.

Bagi mereka yang terkena HIV/AIDS akibat terjerumus seks bebas, maka negara akan memberikan nasihat untuk bertobat dengan sungguh-sungguh atas perbuatannya. 

Tindakan ini juga disertai dengan pemberian sanksi rajam bagi pelaku yang sudah menikah atau cambuk 100 kali bagi pelaku yang belum menikah sebagaimana ketetapan syariat dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 2: “Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (melaksanakan) agama (hukum) Allah jika kamu beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Hendaklah (pelaksanaan) hukuman atas mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang mukmin.” 

Selain itu, negara juga melakukan kebijakan promotif dengan mengedukasi masyarakat dan menanamkan pemahaman tentang Islam kaffah. Melalui sistem pendidikan Islam, negara membina generasi agar memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami sehingga menjadi pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT.

Pendidikan ini tidak hanya dilakukan di sekolah tetapi juga yang utama dalam keluarga serta bersinergi dengan masyarakat. Keluarga sebagai sekolah pertama dan utama senantiasa menanamkan dan menerapkan nilai-nilai Islam kepada anak-anak. 

Lingkungan masyarakat juga mendukung dengan suasana ketakwaan yang senantiasa meliputi. Ketika ini berjalan, maka ketaatan pada aturan akan terus terjaga karena dilandasi kesadaran dan didukung dengan spirit amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat.

Peran negara sangatlah penting dalam menerapkan syariat Islam secara kaffah sehingga mampu melindungi setiap jiwa dari berbagai bahaya dan kerusakan. Dengan penerapan Islam kaffah ini, bukan hanya menjamin keselamatan hidup di dunia, tetapi juga hingga di akhirat. 

Wallahu a’lam bishshawab.


Oleh: Nurcahyani 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar