Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dari Haji untuk Persatuan Hakiki

Topswara.com -- Berkumpulnya jutaan manusia di satu tempat dalam ibadah haji merupakan gambaran persatuan umat Islam. Semua perbedaan seolah melebur saat seluruh jemaah haji melaksanakan rukun ibadah yang sama dengan pakaian yang sama pula. 

Segala titel, gelar, posisi, dan jabatan yang disandang bukan menjadikan seseorang lebih istimewa dibanding yang lainnya. Tak ada yang lebih tinggi. Semua sama di hadapan-Nya.

Namun, sayang persatuan dalam momen ibadah haji tersebut hanya sekejap mata. Persatuan tersebut berakhir seiring usainya pelaksanaan haji dan jemaah kembali ke negaranya masing-masing. Mereka pun sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Haji dan Iduladha sebenarnya menjadi momentum yang baik untuk merekatkan ukhuah. Pada momen inilah seluruh umat harusnya mengutamakan persatuan dan kebersamaan. Untuk kita yang ada di Indonesia, patut disyukuri bahwa tahun ini dapat merayakannya bersama-sama mengingat berulang kali terjadi perbedaan. 

Menyedihkan rasanya ketika hari raya yang sama justru dirayakan tidak serentak akibat perbedaan negara dan kebijakannya. Sungguh aneh bila hari raya berbeda, padahal kita hidup di bumi yang satu dan sama-sama memiliki waktu 24 jam dalam sehari. 

Makin sedih tatkala melihat saudara-saudara kita di belahan bumi lain tak dapat merayakan hari raya dengan kondisi yang lapang. Saat sebagian bersuka cita pada hari raya dan memakan daging kurban, sebagian umat yang lain dibekap kelaparan. 

Kebahagiaan hari raya ini menjadi sebuah momen yang mengiris hati. Bagaimana bisa kita duduk-duduk menikmati hidangan, sementara saudara-saudara kita di Palestina, Uighur, ataupun Rohingya masih tertindas oleh kezaliman?

Semua itu bermula dari hilangnya perisai umat, yakni Khilafah Islamiah. Sejak runtuhnya Khilafah pada 1924, umat Islam tidak lagi memiliki pelindung dan hidup dalam sekat-sekat nation state yang dipaksakan oleh bangsa kafir. Umat tercerai-berai, bahkan saling bermusuhan satu sama lain.

Ketiadaan perisai ini juga menempatkan umat menjadi sasaran empuk penjajah kafir. Umat Islam ditindas oleh kekuasaan zalim. Negeri-negeri muslim dikuasai dan dikeruk sumber daya alamnya sehingga umat hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Ironisnya, ini difasilitasi oleh pemimpin umat sendiri yang dengan sukarela tunduk kepada penjajah kafir.

Umat juga dipaksa hidup dalam sistem sekularisme yang bertentangan dengan akidah Islam. Umat hidup dalam keterpurukan dan makin jauh dari agamanya. Kemaksiatan merajalela. Berbagai permasalahan membelit umat dari segala sisi. Kerusakan terjadi di seluruh lini kehidupan. 

Kemalangan multidimensi menimpa umat Islam seolah tak ada hentinya. Penderitaan seakan enggan pergi dari sisi umat. Kondisi buruk ini menjadi konsekuensi tak terelakkan ketika sistem sekularisme terus dilanggengkan. Sekularisme bertentangan dengan Islam sehingga mau sampai kapan pun tak akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik bagi umat.

Satu-satunya solusi untuk menghentikan kondisi buruk tersebut adalah kembali pada Islam. Dengan Islam sebagai satu-satunya sistem kehidupan, umat akan hidup dalam kebaikan dan terhindar dari kezaliman. Umat memiliki pelindung sehingga terjaga keselamatannya secara lahir dan batin.

Di bawah naungan sistem Islam yang ditegakkan oleh negara, umat akan bersatu meskipun memiliki perbedaan latar belakang. Persatuan umat yang hakiki akan terwujud sehingga ketika ada saudara muslim yang tertimpa masalah, maka saudara yang lain akan bersegera menolong. 

Demikian pula dengan persatuan tersebut, umat tidak akan mudah diserang oleh musuh, baik secara fisik maupun pemikiran. Satu sama lain akan saling menguatkan dan menjaga sebagaimana sabda Rasulullah Saw.: “Sungguh, mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti sebuah bangunan. Sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” (HR Al-Bukhari)

Khilafah sebagai junnah yang menyatukan seluruh umat Islam dengan segenap kekuatannya. Kepemimpinan Islam ini akan menyudahi kekuasaan kufur yang menindas umat selama seabad lebih ini. 

Sudah cukup segala penderitaan yang dialami umat akibat penerapan sistem sekularisme yang rusak dari akarnya. Sistem ini tak hanya gagal membawa umat pada kehidupan yang baik, tetapi juga menjadikan umat Islam terpecah belah dan sengsara.

Karena itu, Iduladha dan haji yang masih dapat kita rasakan ini hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk kembali pada fitrah. Inilah saatnya ini merajut kembali persatuan umat Islam yang terkoyak. Sungguh indah bila persatuan saat haji dan Iduladha juga dapat terwujud dalam setiap momen dan seluruh aspek kehidupan umat. 

Mari gelorakan terus semangat perjuangan dalam menegakkan kembali sistem Islam yang diberkahi oleh Allah SWT. Teruslah istikamah dalam perjuangan hingga kehidupan Islam dapat benar-benar kembali berlanjut di tengah-tengah umat yang bersatu dalam naungan yang satu.  

Wallahu a’lam bishshawwab


Oleh: Nurcahyani 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar