Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Anak Menjadi Kriminal, Benarkah Salah Ibu?

Topswara.com -- Kriminal adalah sebuah kejahatan yang melanggar hukum serta norma-norma yang berlaku. Kriminal juga biasa di sebut sebagai aktivitas yang dilakukan manusia untuk merugikan orang lain di sekitarnya. 

Pelaku kriminal biasanya dilakukan oleh orang dewa, entah itu mereka membunuh, merampok, melakukan pemerkosaan, korupsi atau kejahatan kriminal lainnya. Namun, mirisnya zaman yang semakin modern ini, ternya juga telah mampu melahirkan generasi atau bibit-bibit kriminal. 

Bagaimana tidak baru-baru ini kita telah dipertontonkan dengan berita terkait pembunuhan yang dilakukan anak di bawah umur.

Sebagaimana yang dilansir dari Sukabumiku.id (02/05/2024) bahwa seorang anak laki-laki berusia 14 tahun duduk di bangku SMP telah berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) karena telah melakukan pembunuhan serta pelecehan seksual terhadap seorang bocah laki-laki juga yang masih duduk di bangku SD dan berumur 6 tahun, korban tersebut berinisial MA berasal dari daerah Sukabumi. 

Fakta di atas menggambarkan kepada kita betapa kacau dan buruknya perlindungan anak masa sekarang. Jika zaman dahulu, kita dapati para kriminal seperti pembunuhan dan pelecehan seksual hanya sering dilakukan oleh orang dewasa, justru berbeda dengan sekarang yang bahkan anak berumur belasan tahun pun mampu dan sadis dalam melakukan kejahatan. Bahkan kejahatan yang mereka lakukan pun tak main-main.

Sungguh, miris rasanya menyaksikan tangan-tangan mungil yang harusnya jemarinya sibuk menggenggam pulpennya untuk menjadi cerdas justru dialih fungsikan menjadi pembunuh. 

Miris rasanya menyaksikan generasi mudah, yang otaknya harusnya digunakan berpikir untuk menjadi generasi penerus bangsa justru malah ia jadikan alat untuk menyusun strategi demi melampiaskan hawa nafsu bejatnya terhadap anak-anak lainnya.

Lalu benarkah kejahatan anak karena kesalahan ibu?

Benar bahwa Ibu adalah seorang guru pertama bagi anak-anaknya. Sebagaimana yang sering kita dengar bahwa seorang Ibu itu adalah “Al Ummu Madrasatul Ula, Iza a’dadataha a’dadata sya’ban thayyibal a’raq, yang artinya bawah Ibu adalah sekolah pertama untuk anak-anaknya. Maka, jika di persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya sedang mempersiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.”

Nah dari sini kita bisa pahami bahwa pemeran pertama dalam mendidik generasi itu adalah seorang ibu. Maka dari itu, seorang ibu haruslah memiliki pendidikan yang mampu untuk mengarahkan anak-anak kepada ilmu yang shohih sesuai dengan syariat Islam. 

Sebab memang benar, jika karakter anak rusak maka yang disalahkan adalah Ibu yang telah mendidiknya. Begitulah pandangan dalam sistem kapitalisme, hanyalah sang Ibu atau orang tua yang akan dipojokkan ketika anak-anak mereka melakukan kesalahan atau kriminalisasi.

Namun, fakta menunjukkan bahwa dalam kapitalisme memang banyak para ibu minim akan ilmu dalam mendidik anak, sebab mereka hanya sibuk mencari materi yang kemudian materi itu mereka suguhkan pula pada anak-anaknya, seolah anak generasi hanya butuh materi bukan ilmu. 

Alhasil, terbentuklah karakter anak-anak remaja kriminal yang brutal dan sadis terhadap anak-anak remaja lainnya. Semua tidak lain disebabkan karena sang ibu tidak memberinya asupan ilmu yang shohih dan di ridhai Allah.

Tetapi dalam hal ini, kesalahan tidak bisa sepenuhnya dijatuhkan pada sang ibu. Sebab, untuk masalah mendidik dan mencerdaskan generasi bangsa juga adalah tanggung jawab negara. 

Oleh karena itu, negara berkewajiban untuk memberikan pelatihan para calon ibu bagaimana mendidik anak keturunan mereka agar menjadi bibit-bibit unggul yang mustanir dan menghasilkan kepribadian yang islami, serta negara haruslah memastikan setiap anak-anak yang didik jauh dari lingkungan yang buruk yang nantinya mempengaruhi dirinya dalam hal keburukan. 

Sebab lingkungan juga adalah salah satu pemicu besar dalam keberhasilan mendidik generasi muda saat ini. Jika lingkungannya baik maka anak-anak yang didik dengan baik akan tetap terjaga ilmu yang kita beri dan karakter yang telah kita bentuk dalam diri generasi muda. 

Oleh karena itu, pemimpin harus turun tangan untuk memperbaiki generasi mudah yang telah rusak dan belum rusak untuk di cegah menjadi rusak, sebab tanggung jawab pemimpin adalah memastikan tidak ada yang ia sia-siakan dalam kepemimpinannya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda; 

إِنَّ اللهَ سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ أَحَفِظَ ذَلِكَ أَمْ ضَيَّعَ؟ حَتَّى يَسْأَلَ الرَّجُلَ عَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ

“Sesungguhnya Allâh SWT akan bertanya kepada setiap pemimpin terkait apa yang dipimpinnya. Apakah ia pelihara ataukah ia sia-siakan, hingga seseorang ditanya tentang keluarganya” (Hadis shahih yang diriwayatkan oleh an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa’ (no. 292).

Namun sayangnya sistem kapitalisme saat ini telah terbukti gagal membuat generasi mudah memiliki pemikiran yang cerdas dan perilaku yang beradab, yang ada hanyalah sebaliknya menciptakan generasi yang kejam, bengis, dan brutal. 

Sebab itulah kita perlu sebuah institusi yang bisa membuat akhlak pada anak menjadi terjaga. Dan institusi tersebut adalah sebuah negara Islam yang di pimpin oleh sang pemimpi atau khalifah yang bertakwa dan taat pada Allah. Sebab hanya sistem Islam yang sungguh-sungguh bisa melindungi pada generasi mudah. 

Wallahu alam bissawab.


Oleh: Rismawati Aisyacheng
Pegiat Literasi 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar