Topswara.com -- Ramadhan bulan mulia yang selalu ditunggu kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Pasalnya di bulan ini, Allah menjanjikan pengampunan dan akan melipatgandakan seluruh amalan yang dikerjakan daripada bulan-bulan biasanya.
Namun, kondisi ini tidak serta merta membuat seluruh umat muslim berbondong-bondong menjalankan amal soleh. Bahkan, di bulan Ramadan yang mulia ini kejahatan yang terjadi di tengah masyarakat makin marak.
Seperti diberitakan oleh jawapos.com (22/3/2024), Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Erdi Adrimulan Chaniago menjabarkan dalam keterangan resminya pada 18 Maret 2024 lalu bahwa terjadi kenaikan kasus sebanyak 1.145 kasus atau 112,14 persen. Kasus pencurian dengan pemberatan (curat) menjadi kasus kejahatan tertinggi.
Sungguh miris memang melihat kenyataan ini. Bulan yang seharusnya disucikan, nyatanya dinodai dengan perbuatan tercela yang dilarang Allah.
Kemiskinan dan Lemahnya Iman
Tidak dapat dimungkiri bila kejahatan pencurian di bulan Ramadhan ini terjadi karena tuntutan kebutuhan yang makin meningkat, tetapi tak diimbangi dengan pemasukan yang memadai. Kemiskinan yang telah mendera masyarakat ditambah kondisi iman yang sangat lemah menyebabkan mereka berbuat nekat untuk melakukan hal apa pun.
Tidak ada lagi rasa takut dalam diri mereka kepada Allah sebagai hamba yang selalu diawasi olehNya. Kehidupan yang selalu dimaknai dengan materi seperti saat ini telah membutakan hati nurani manusia, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kebahagiaan semu sesaat.
Akibat Kapitalis sekuler
Kemiskinan yang makin parah dirasakan masyarakat Indonesia di tengah kekayaan SDA yang melimpah tentulah ini sangat menggelitik. Ke mana larinya SDA kita? Siapakah sejatinya yang menikmati semuanya?
Kalau kita mengamati kehidupan saat ini, gap antara orang kaya dan miskin semakin lebar. Ada kalangan tertentu yang jumlahnya hanya sedikit sekali memiliki kekayaan luar biasa banyaknya. Di sisi lain, mayoritas penduduk merasakan kesusahan hidup hanya untuk sekadar memenuhi kebutuhan makan dan minum.
Hal ini ini tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh kesalahan pengelolaan kekayaan alam yang dimiliki negeri ini. Sistem kapitalis liberal yang diterapkan selama ini memandang bahwa swasta atau individu, baik lokal maupun asing, boleh dan sah-sah saja menguasai serta mengelola bumi, air dan kekayaan yang ada di dalam negeri untuk kepentingan pribadi.
Akibatnya, mereka menjadi kalangan genset dengan kekayaan berkali-kali lipat. Sementara masyarakat kecil makin terpinggirkan tanpa ada cawe-cawe yang mumpuni dari pemerintah.
Keadaan makin mengenaskan ketika lapangan kerja sulit didapatkan, sementara penguasa membolehkan tenaga kerja asing membanjiri proyek - proyek dalam negeri. Ditambah lagi pungutan pajak yang makin mencekik leher karena jumlah dan jenisnya yang makin meningkat. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sudahlah rakyat tak mendapat hak dasarnya secara layak, tetapi masih harus membayar berbagai pungutan yang membebani.
Selain menyebabkan kemiskinan yang sistemis, sistem kapitalis sekuler juga berhasil memporak-porandakan kondisi akidah dan iman umat. Sistem yang memisahkan kehidupan agama dari kehidupa ini telah menghalalkan segala cara untuk mendapat tujuannya.
Manusia dialihkan dengan menjadikan materi sebagai sumber kebahagiaan. Tidak ada lagi aturan agama yang mengikat mereka. Segala tingkah laku yang terjadi hanya didasarkan pada untung rugi dari kacamata materi.
Sejahtera dalam Daulah Islam
Berbeda dengan sistem kapitalisme sekuler yang memberikan kebebasan kepada individu menguasai hajat hidup orang banyak, sistem Islam memiliki aturan yang khas dan tepat. Islam mewajibkan pengelolaan atas air, hutan dan sumber energi dilakukan oleh negara dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat.
Islam menjadikan negara sebagai ra'in atau pelayan umat sehingga negara wajib memberikan kesejahteraan kepada rakyat dengan memenuhi kebutuhan dasar dan jaminan keamanan.
Rakyat benar-benar difasilitasi untuk mendapatkan kesejahteraan bukan dibiarkan berjuang sendiri bahkan diperas untuk melayani kepentingan penguasa seperti yang terjadi dalam sistem saat ini.
Inilah sistem terbaik yang akan memberikan kesejahteraan penuh kepada rakyat. Penerapannya tentu saja membutuhkan keberadaan Daulah Khilafah Islamiah, sebuah institusi politik yang menerapkan aturan Islam secara sempurna. Islam Rahmatan lil alamin tak akan bisa dirasakan keberkahannya apabila diterapkan secara sepotong -potong tidak menyeluruh.
Daulah Islam akan membangun kehidupan yang aman, tenteram, dan sejahtera dengan menerapkan kekuatan tiga pilar, yaitu ketakwaan individu, kontrol masyarakat serta negara yang menerapkan aturan Islam dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, pendidikan.
Begitu pula dengan penerapan sistem sanksi tegas yang akan mampu membuat efek jera bagi pelaku maupun mencegah orang lain melakukan perbuatan yang buruk.
Sudah saatnya di bulan Ramadhan yang suci ini kita jadikan sebagai momen tepat untuk berupaya seoptimal mungkin memperjuangkan hukum-hukum Allah untuk menggantikan hukum manusia yang penuh kezaliman.
Sambutlah bisyarah Rasulullah dengan hadirnya kembali Khilafah ala min hajji nubuwwah sebagaimana Muhammad al-Fatih mempersiapkan diri dan memperjuangkan dengan segenap upaya dan doa untuk menjadikan diri beliau sebagai sosok yang layak menjadi pemimpin Konstantinopel.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Oleh: Esti Dwi
Aktivis Muslimah
0 Komentar