Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Keutamaan Zuhud dan Utamakan Akhirat


Topswara.com -- Sobat, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir." dalam riwayat lainnya beliau bersabda, "Dunia beserta isinya terlaknat, kecuali yang dijadikan untuk ( meraih keridaan) Allah darinya." (HR. Muslim).

Hadis yang disebutkan adalah salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadis ini, Rasulullah Muhammad SAW menyampaikan dua pernyataan yang penting tentang dunia.

Pertama, "Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir." Ini menggambarkan perspektif bahwa dunia, meskipun dihuni oleh orang-orang yang mukmin, bukanlah tempat utama bagi kebahagiaan mereka. Sebaliknya, dunia ini memiliki banyak cobaan dan kesulitan yang dapat menghalangi orang-orang mukmin dari fokus pada tujuan akhir mereka, yaitu keridaan Allah dan akhirat.

Kedua, "Dunia beserta isinya terlaknat, kecuali yang dijadikan untuk (meraih keridaan) Allah darinya." Ini menekankan bahwa dalam konteks umum, dunia ini dipandang sebagai sesuatu yang tidak disukai oleh Allah. Namun, jika digunakan dengan cara yang benar, yaitu untuk mencari keridaan Allah dan melakukan amal shaleh, maka dunia dan segala isinya bisa menjadi sarana untuk mendapatkan kebaikan dan akhirat yang lebih baik.

Dengan demikian, hadis ini menegaskan bahwa penting bagi orang-orang mukmin untuk menjauhi godaan dunia dan fokus pada perbuatan baik yang mendekatkan mereka kepada Allah SWT.

Saydina Ali bin Abi Thalib berkata, "Aku hanya mengkhawatirkan dua hal yaitu panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Panjang angan-angan membuat lupa akherat dan mengikuti hawa nafsu menghalangi kebenaran.".

Pernyataan yang  disebutkan adalah perkataan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, salah satu dari empat khulafaur rasyidin (pemimpin yang benar) dan juga menantu Rasulullah Muhammad SAW. Pernyataan tersebut mengandung hikmah tentang dua hal yang perlu diwaspadai oleh setiap individu.

Pertama, Ali bin Abi Thalib menyebutkan bahwa ia hanya mengkhawatirkan dua hal: panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu.

Pertama, panjang angan-angan dapat membuat seseorang lupa akan kepentingan akhirat. Angan-angan yang terlalu jauh atau berlebihan dapat menyebabkan seseorang terlalu terpaku pada keinginan duniawi, sehingga melupakan tujuan akhir hidupnya, yaitu mendapatkan keridaan Allah dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian.

Kedua, mengikuti hawa nafsu dapat menghalangi seseorang dari menemukan dan mengikuti kebenaran. Hawa nafsu sering kali membutakan seseorang dari memahami kebenaran dan melaksanakannya. Seseorang yang terlalu memanjakan hawa nafsunya cenderung mengabaikan nilai-nilai moral dan agama, sehingga mengalami kesulitan dalam menempuh jalan yang benar.

Dengan demikian, pernyataan Ali bin Abi Thalib ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga diri dari panjang angan-angan yang melupakan akhirat dan mengikuti hawa nafsu yang menghalangi kebenaran. Sebaliknya, kita harus berusaha untuk memusatkan perhatian pada kebaikan dunia dan akhirat serta memperjuangkan kebenaran meskipun terkadang melawan hawa nafsu.

Rasulullah bersabda, "Barangsiapa memasuki waktu pagi dalam keadaan dunia menjadi keinginannya yang paling besar, maka di sisi Allah dia tidak berarti apa-apa. Dan Allah akan mengikat hatinya dengan empat hal yaitu dengan kesusahan yang tidak putus selamanya, kesibukan yang tidak pernah selesai selamanya, kemiskinan yang tidak akan mencapai kekayaan selamanya, dan angan-angan yang tidak ada kesudahannya. " (Al-Fawaíd al-Majmuáh (236)).

Hadis yang  disebutkan adalah salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya "Al-Fawa'id al-Majmu'ah". Dalam hadis ini, Rasulullah Muhammad SAW memberikan peringatan yang sangat penting tentang bahaya terlalu terikat pada dunia dan mengejar keinginan duniawi dengan melupakan tujuan akhirat.

Rasulullah SAW menyatakan bahwa jika seseorang memasuki waktu pagi dengan dunia menjadi keinginannya yang paling besar, maka di sisi Allah SWT, individu tersebut tidak memiliki nilai yang berarti. Hal ini menegaskan bahwa kecenderungan manusia untuk terlalu memprioritaskan dunia dan keinginan duniawi dapat menyebabkan mereka kehilangan nilai sejati di sisi Allah.

Selanjutnya, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Allah SWT akan mengikat hati orang tersebut dengan empat hal yang merugikan:

1. Kesusahan yang tidak putus selamanya, menunjukkan bahwa mereka akan terus-menerus merasa tertekan dan tidak merasa puas dengan apa yang mereka miliki.

2. Kesibukan yang tidak pernah selesai selamanya, menggambarkan bahwa mereka akan terjebak dalam kesibukan duniawi yang tidak pernah berakhir, sehingga sulit untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting.

3. Kemiskinan yang tidak akan mencapai kekayaan selamanya, menandakan bahwa meskipun mereka terus berusaha untuk memperoleh kekayaan materi, mereka tidak akan pernah merasa cukup atau meraih kekayaan yang sejati.

4. Angan-angan yang tidak ada kesudahannya, menunjukkan bahwa mereka akan terus-menerus bermimpi dan menginginkan hal-hal yang tidak realistis atau tidak mungkin tercapai.

Dengan demikian, hadis ini mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan persiapan untuk kehidupan akhirat. Kita harus memprioritaskan apa yang lebih penting di sisi Allah dan berusaha untuk tidak terlalu terikat pada dunia serta mengendalikan keinginan duniawi agar tidak melupakan tujuan utama kehidupan kita, yaitu mencari keridaan Allah SWT.

Sobat, Mu'adz bin Jabal berkata, "Engkau pasti membutuhkan dunia, tetapi engkau lebih membutuhkan akhirat. Jika ada dua hal, salah satunya adalah karena Allah dan yang lain adalah karena dunia, maka ambillah yang karena Allah, niscaya kebutuhan duniamu akan mendatangimu. Lalu, dia merapikannya seperti boneka, kemudan dia hilang bersamamu, ketika engkau masih ada."

Pernyataan dari Mu'adz bin Jabal mengandung hikmah yang mendalam tentang pentingnya memprioritaskan akhirat daripada dunia. Berikut adalah analisis dari pernyataan tersebut:

1. Memahami Prioritas: Mu'adz bin Jabal mengingatkan kita bahwa meskipun dunia memiliki kebutuhan yang penting, kebutuhan akan akhirat jauh lebih utama. Ini menyoroti pentingnya fokus pada persiapan untuk kehidupan setelah kematian daripada terlalu terikat pada hal-hal duniawi yang sementara.

2. Pilihan Berdasarkan Karena Allah: Ketika dihadapkan pada dua pilihan, Mu'adz menyarankan untuk memilih yang karena Allah SWT. Ini menegaskan prinsip bahwa tindakan atau keputusan kita seharusnya dipandu oleh keinginan untuk mencari keridaan Allah dan memenuhi ketentuan-Nya, bukan semata-mata untuk kepentingan duniawi yang sementara.

3. Kepercayaan pada Rizki: Mu'adz juga menyatakan keyakinan bahwa dengan memilih yang karena Allah, rizki atau kebutuhan dunia akan datang dengan sendirinya. Hal ini menegaskan keyakinan dalam ajaran Islam bahwa Allah SWT adalah pemilik segala rizki dan akan menyediakan apa yang kita butuhkan jika kita memprioritaskan-Nya.

4. Kiasan tentang Kehidupan: Perumpamaan Mu'adz tentang merapikan dunia seperti boneka yang akan hilang bersama kita ketika kita meninggal adalah pengingat tentang sifat sementara dan fana dari dunia ini. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada dunia dan harta benda duniawi karena pada akhirnya semua itu akan ditinggalkan ketika kita menghadap Allah.

Dengan demikian, pernyataan Mu'adz bin Jabal menyampaikan pesan yang sangat penting tentang pentingnya memprioritaskan akhirat, memilih karena Allah, dan memiliki keyakinan bahwa rizki dunia akan datang jika kita memperhatikan ketentuan-Nya.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Dr. Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Psikologi Dakwah Pascasarjana UIT Lirboyo
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar