Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tingginya Kebutuhan Hidup, Membuat Nyawa Tak Berharga

Topswara.com -- Lagi, akibat tuntutan hidup dan sulitnya ekonomi seorang ibu tega menghabisi nyawa anak yang baru saja dilahirkannya. Tingginya beban hidup telah mematikan fitrah keibuannya.

Rohwana alias Wana (38 tahun), seorang ibu di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung. Ibu yang bekerja sebagai seorang buruh itu ditangkap polisi karena telah melakukan aksi membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkan ke ember yang berisi air setelah baru saja dilahirkannya. Bayi itu kemudian dibuang ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar. (kumparanNEWS 24/01/2024)

Diketahui ibu Rohwana mengaku kepada polisi ia tega membunuh bayinya karena tidak mempunyai biaya untuk menghidupinya. Miris, ibu yang sosoknya adalah pelindung dan kebahagiaan bagi setiap anak malah tega meregang nyawa anaknya akibat ekonomi.

Tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi. Lemahnya ketahanan iman, tidak berfungsinya keluarga sehingga ibu juga terbebani pemenuhan ekonomi, lemahnya kepedulian masyarakat, dan tidak adanya jaminan kesejahteraan negara untuk rakyat individu per individu. Semua berkaitan erat dengan sistem negara.

Kapitalisme telah membawa kesengsaraan dan bahaya bagi umat di negeri ini. Paradigma ekonomi dan politik demokrasi telah memunculkan kebijakan-kebijakan yang merampas ruang hidup masyarakat. Realita perampasan ruang hidup akan langsung berpengaruh bagi terwujudnya tugas keibuan dan sebagai istri tentunya.

Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, baik jalur nafkah, dukungan masyarakat dan santunan negara. Dalam Islam para pengusaha sangat menyadari tanggung jawab mereka selaku kepala negara terhadap perekonomian, terutama terhadap pemenuhan kebutuhan dasar seluruh warga negara. Seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para khalifah pada masa kejayaan Islam.

Khalifah kedua yakni Umar, beliau sangat menyadari tanggung jawabnya sebagai kepala negara, sehingga ia mengumumkan, “jika seekor Unta mati tanpa perawatan di tepi Sungai Eufrat, saya takut Allah akan meminta pertanggung jawaban saya terhadap hal itu di akhirat". 

Pernyataan ini mengandung makna yang dalam, betapa seorang penguasa memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap rakyatnya. Jangankan manusia yang tidak bisa makan karena sakit, misalnya. 

Seekor hewan saja yang mati karena kelalaian penguasa, akan menjadi tanggung jawab penguasa dihadapan Allah kelak. Dengan demikian, negara mampu menjamin kesejahteraan masyarakat individu per individu.

Sebagai agama yang rahmatan lil alamin, Islam bukan saja mengatur kehidupan individu tapi juga kehidupan bersosial. Hal ini khususnya adalah dalam bertetangga, karena bagian masyarakat terdekat dalam lingkungan kita adalah tetangga. Sebagaimana Allah telah menyeru hambanya agar selalu berbuat baik dalam kehidupan sosial.

Allah SWT. berfirman :
“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.”(QS An-Nisa ayat 36).

Dengan begitu rakyat akan merasakan kesejahteraan. Karena terjaminnya kehidupan dan perekonomian masyarakat. Sebab Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yg mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu, yang meniscayakan ketersediaan dan mewujudkannya.  Maka rakyak akan merasakan kenyamana hingga ke pelosok negara. 

Wallahua’lambishawab.


Oleh: Nur Ayu Kadina
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar