Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sukses Itu Bukan Mengikuti Orang, tetapi Menggali Diri

Topswara.com -- Begitu banyak capaian, kemajuan dan prestasi orang-orang di pekerjaan dan bidangnya masing-masing. Bolehkah bahkan haruskah kita tertarik dan ingin mengikutinya? 

Anda tidak akan berhasil! Mengapa? Karena Anda fokusnya pada keberhasilan orang lain bukan pada keberhasilan diri sendiri. Ingat, setiap orang itu punya keunikan sendiri-sendiri yang berbeda-beda yaitu potensi, fokus, cerita hidup, sejarah, proses masing-masing yang tidak sama.

Keberhasilan diri itu apa? Manifestasi maksimal dari gabungan antara potensi, fokus, langkah, keseriusan dan situasi masing-masing yang tidak sama. Maka, cerita dan bentuk keberhasilannya pun akan berbeda-beda alias tidak sama. Jadi, fokuslah pada potensi diri bukan pada keberhasilan orang lain.

Tidak bolehkah kita bercermin dan mengikuti keberhasilan orang lain? Tentu saja boleh tapi pada semangatnya, pada spiritnya, bukan pada cerita hidup dan prosesnya yang pasti berbeda-beda. Tidak ada keberhasilan yang sama di dunia ini, yang ada adalah sama-sama berhasil.

Misalnya, banyak sekali orang sukses finansial, atau banyak sekali uangnya. Apakah sama proses dan cerita hidupnya? Pasti berbeda. Atau begitu banyak pejabat tinggi. Apakah sama proses dan ceritanya? Pasti berbeda. Dan potensi keberhasilan dan kesuksesan itu ada pada setiap orang yang berbeda-beda itu. 

Contoh, pada orang lain, suksesnya itu bisa pada finansial dan jabatannya, Anda bukan disitu karena proses hidupnya berbeda. Anda suksesnya adalah keluarga yang bahagia, religius, komunikasi hangat di keluarga, dimana yang sukses uang dan jabatan belum tentu punya itu. 

Banyak orang sukses uang dan materi tapi sisi lain justru itulah sumber masalah hidupnya. Di keluarganya konflik tinggi, istrinya dominan, tak membahagiakannya, banyak ngatur, tak taat suami, bahkan selingkuh. Anak-anak pada bandel, susah diatur dan keluarga kacau. Apakah itu Sukes? Bukankah sukses itu menjadi relatif?

Maka, fokuslah pada potensi diri, proses diri dan cerita diri yang berbeda. Maka, Anda tak akan silau oleh keberhasilan semu orang lain dan disinilah keadilan Tuhan akan terasa. Anda pun akan fokus pada diri sendiri bukan tertarik dan hanya tertarik dengan kemajuan lahiriah orang lain. Yang disebut "gagal", kebanyakan, tanpa sadar, adalah "keinginan seperti orang lain," membandingkan dengan orang lain, tak seperti orang lain karena ukurannya adalah orang lain. Itu penilaian yang salah tentang kegagalan. 

Bila ukurannya adalah kesuksesan orang lain, maka banyak sekali kegagalan di dunia ini. Bila, ukurannya adalah dirinya masing-masing, maka setiap orang akan berhasil dalam dunia dan ukurannya masing-masing. Dan kesuksesan memang tidak harus sama.

Sisi lain. Bila kita tanya lebih jauh, apakah kemajuan, keberhasilan dan kesuksesan orang lain itu membahagiakan hidupnya dan berdampak positif pada kesehatan jiwa, sikap mental dan kesadarannya? 

Belum lagi ke kehidupan keluarganya. Ini pertanyaan lebih luas lagi yang akan menemukan jawaban bahwa semua capaian orang lain belum tentu berkorelasi positif dengan kebahagiaan, kesehatan jiwa, sikap mental dan kesadarannya. Kalau begitu, kenapa harus tertarik? Harus sama?

Sisi lain lagi. Standar diri setiap orang itu berbeda-beda baik dalam rizki, kekayaan, kapasitas, pengetahuan dll. Ini masalah lebih dalam lagi berbicara soal manusia. Standar diri itu ditentukan oleh potensi diri, fokus dan bidang perhatian, pengetahuan, sikap mental, kesadaran, pola hidup, cara berkomunikasi, cara menyikapi hidup dan orang lain, pandangan atas harta dan dunia. Adakah setiap orang sama? 

Sekali lagi, tidak bolehkah kita tertarik dan mengikuti kesuksesan orang lain? Boleh, silahkan. Tetapi, kalau ingin mengikuti kesuksesannya tidak akan bisa. Kita bisa sukses dalam bidang masing-masing, dalam dunia sendiri-sendiri.

Maka sekali lagi, tangkaplah semangatnya, ambillah ilmu majunya bukan kemajuannya. Disinilah, ruang belajarnya bukan ruang mengikuti apalagi menjiplak. Bagaimana pun kita meronta-ronta ingin sukses seperti orang lain yang misalnya potensi diri dan standarnya 80, tak akan pernah bisa diikuti oleh yang potensi dan standar dirinya hanya 30 - 40. 

Disinilah orang banyak keheranan ketika berusaha mengikuti kesuksesan orang lain, langkah yang sama susah dia lakukan, tetapi kok capaiannya berbeda? Keberhasilannya berbeda? Setiap orang hanya akan bisa menggapai sukses dalam standar diri masing-masing atau di bidang lain yang potensi, fokus, proses dan standar dirinya berbeda.

Jangan-jangan, cara berpikir seperti ini justru akan menghambat kemajuan dan keberhasilan. Iya, bila, sekali lagi, yang disebut kesuksesan itu adalah seperti orang lain. Wallahu a'lam.


Moeflich H.Hart
Sejarawan 

(Sumber ilham: Dari banyaknya orang pamer "keberhasilan," menjual "keberhasilan" dan banyaknya orang ingin mengikuti "keberhasilan" orang lain).
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar