Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Air Mata Mantan Pendeta di Jabal Nur


Topswara.com -- Abraham Richmond tidak kuasa membendung air matanya usai bersujud di Jabal Nur. Musim haji 2023 ini adalah momen pertama kalinya ia ke Tanah Suci. Richmond tidak pernah menyangka karena 3 bulan sebelumnya dia masih seorang pendeta berpengaruh di Afrika Selatan dengan lebih dari 100 ribu jemaat.

Richmond bertekad, sepulang haji ia akan berdakwah, menceritakan kepada masyarakatnya tentang keindahan Islam. Untuk itu, di samping mendoakan kebaikan untuk umat Islam di Arab Saudi dan negeri-negeri Muslim lain, ia juga mendoakan penduduk Afrika Selatan agar bisa masuk Islam.

Di Jabal Nur, pria yang kini bernama Ibrahim Richmond itu menginginkan naik ke puncak meski pemandu telah memperingatkan bahwa hal itu sulit. Di tengah cuaca panas, dengan tubuh yang merinding gemetar oleh sejuta rasa di hatinya, Richmond tidak merasa sulit mendaki. Ia yakin, selama ada iman di hati dan dengan menyebut nama Allah, Allah akan memberi kemudahan.

"Nabi Muhammad SAW., Beliau naik ke sini sendirian. Saya mengikuti jejak langkahnya. Dan saya yakin, dengan mengikuti jejak langkah Beliau, jutaan masyarakat saya di Afrika Selatan akan mengikuti jejak langkah ini untuk melihat cahaya Islam. Ini adalah gunung cahaya. Jabal Nur. Dari gunung ini cahaya Islam dimulai," ujar dikutip Topswara.com dari kanal YouTube Ayatuna, 3 Juli 2023.

Berawal dari Mimpi

Ibrahim Richmond pergi haji setelah mendapatkan undangan dari pemerintah Arab Saudi. Sebelumnya, viral video Ibrahim bersyahadat bersama ribuan jemaatnya di gereja. Kabar tersebut telah menarik perhatian kerajaan Arab Saudi, hingga secara resmi mengundang Richmond melakukan haji tahun ini.

Setelah 15 tahun menjadi pendeta Gereja Corinthian di Durban, Afrika Selatan, Richmond tidak pernah menyangka sebelumnya akan menjadi seorang muslim. Pemimpin jemaat gereja itu memeluk Islam bermula dari mimpi yang berulang kali ia alami.

Suatu tengah malam, ia sedang tidur di sebuah ruangan kecil di gereja. Dalam tidur Richmond mendengar suara berkata, “Sampaikan kepada orang-orangmu untuk mengenakan pakaian serba putih.” 
"Muslim? Pakaian Muslim?” jawab Richmond. 

Ketika terjaga, Richmond menepis, "Ah, itu hanya sebuah mimpi. Biarkanlah."

Namun, mimpi itu datang lagi dan lagi. Hingga pada kehadirannya yang terakhir, suara tersebut terdengar lebih keras.
“Sampaikan kepada orang-orangmu!”

Richmond menangis. Ia terbangun. Lalu pendeta itu membuka handphonenya seraya terus menangis. Ia dapati di handphone itu gambar Ka’bah dan ada seseorang yang menurutnya sedang bernyanyi merdu (mungkin yang ia maksud adalah azan).

“Asyhadu an la ilaha illa Allah ....”

Richmond merasa sesuatu terjadi pada dirinya. Akan tetapi, ia tidak tahu. Tidak bisa ia lukiskan dengan kata-kata. Ia merasa ada yang berubah. Pendeta itu makin tersedu-sedu. Tubuhnya gemetar, sampai ia menyadari dan berkata pada dirinya, “Ini adalah kebenaran! Saya harus pergi. Bersama atau tanpa jemaat saya, saya harus pergi! Saya akan mengikuti Islam.”

Kemudian, di suatu acara kebaktian, Richmond menyampaikan yang ia alami kepada jemaatnya. Ia berharap mereka percaya. Allahu Akbar. Allah memudahkan. Semua jemaahnya menerima semua ia sampaikan.

Saat kebaktian berikutnya, yaitu ketika perayaan Paskah, setiap jemaat pun memakai pakaian serba putih layaknya muslim. Kepada ribuan jemaatnya lantas Richmond mengatakan, "Yang diucapkan ini adalah syahadat. Ajaran ini menerima siapa pun kamu. Siapa pun kamu, Dia (Allah) menerimanya. Dia hanya melihat hati. Hal ini yang bisa membuat kita masuk surga. Saat kau menjadi Kristen, kau menjadi anaknya Tuhan. Tapi ... Dia (Allah) Raja (Tuhan). Dia hanya melihat hati kita. Ajaran ini (Islam) sangat berbeda dengan itu (Kristen)."

Semua jemaat menerimanya. Lalu, Richmond mengucapkan syahadat diikuti jemaat. Guruh syahadat membahana dalam gereja. Ribuan jemaat berpakaian serba putih itu mengikuti pendeta mereka, meninggalkan agama sebelumnya dengan mengikrarkan dua kalimat syahadat. Kini, gereja tersebut pun sudah diubah menjadi masjid. 

Siap Terima Risiko

Akhirnya, mimpi Richmond jadi kenyataan. Ia bersyukur menjadi muslim bersama ribuan pengikutnya. “Terima kasih (Ya Allah). Ini semua dari Engkau. Bukan dari saya. Saya hanya hamba. Saya bukan siapa-siapa. Dan saya sadar, dulu kami ada di jalan yang salah. Islam bukan tentang mengenakan simbol-simbol dan membaca Bible. Tidak demikian," ujarnya.

Richmond menyadari, sejak hari ketika dirinya bersyahadat, ia mulai berubah. Meski kelak yang dihadapi tidak mudah, ia mengaku siap menerima risiko dari keputusannya tersebut.

"Saya telah mempelajari kebenaran. Dan Islam adalah agama sebenarnya. Ia sebuah kebenaran. Anda tidak bisa mengabaikan kebenaran."

Richmond yakin, Islam adalah cahaya. Allah telah memberi cahaya pada hidupnya. Allah memberi cahaya pada dunia ini. Ia yakin dan berharap cahaya ini menerangi seluruh dunia. 

“Inilah dia! Tidak peduli apa pun yang terjadi. Bahkan jika saya harus mati, saya akan terima. Saya akan jadi Muslim. Tidak peduli siapa pun yang menentang saya," tutupnya.[] Saptaningtyas
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar