Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jabatan dalam Islam Dianggap Ujian dan Musibah


Topswara.com -- Siapa yang tidak kenal dengan Umar bin Abdul Aziz? Sosok pemimpin yang shalih, bijaksana, dan dekat dengan rakyatnya. Sosoknya sangat melegenda sehingga beliau dijuluki Khulafaur Rasyidin kelima.

Ketika sepeninggal Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, amanah jabatan khalifah jatuh ke tangan Umar bin Abdul Aziz. Mengetahui hal tersebut kegembiraan meluap di kalangan kaum Muslimin. 

Sebab sebelumnya Umar bin Abdul Aziz dikenal sangat dekat dengan rakyat. Sebaliknya Umar bin Abdul Aziz terkejut seperti memanggul gunung, ia pun terkulai lemas. Bukan pujian syukur yang diucapkan akan tetapi ucapan bela sungkawa, "innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun."

Baginya jabatan adalah musibah dan ujian yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT. Badan Umar bin Abdul Aziz menggigil karena membayangkan betapa beratnya memegang tanggung jawab menjadi seorang khalifah.

Suatu ketika setelah menjabat Umar bin Abdul Aziz diketahui sedang menangis di dekat istrinya, Fatimah. Ketika ditanya mengapa menangis dia menjawab,

"Ya Fatimah, saya telah dijadikan penguasa atas kaum Muslimin dan orang asing dan saya memikirkan nasib kaum miskin yang sedang kelaparan, kaum telanjang dan sengsara, kaum tertindas yang sedang mengalami cobaan berat, kaum tak dikenal dalam penjara, orang-orang tua renta yang patut diberi hormat, orang yang punya keluarga besar tetapi penghasilannya sedikit, serta orang-orang dalam keadaan serupa di negara-negara di dunia dan provinsi-provinsi yang jauh. Saya merasa bahwa Tuhanku akan bertanya tentang mereka pada hari kebangkitan dan saya takut bahwa pembelaan diri yang bagaimanapun tidak akan berguna bagi saya lalu saya menangis!"

Alhasil keadilan benar-benar dirasakan setiap makhluk. Dikabarkan di masa kepemimpinan beliau tidak ada kambing dan domba diterkam serigala. Tidak ada binatang buas membunuh hewan peliharaan. Artinya keadilan dan kesejahteraan tidak hanya dirasakan oleh manusia, tetapi juga pada hewan.

Umar sangat menyadari bahwa jabatan bukanlah tempat empuk untuk meraup ketenaran, kekuasaan, harta apalagi wanita. Sebab dalam Islam kepemimpinan adalah amanah. 

Siapa saja yang memegang amanah kepemimpinan pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah subhanahu wa ta'ala di akhirat kelak sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

"Seorang imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Namun karakter pemimpin amanah ketika sedang menyandang jabatan dalam sistem kapitalis sekuler sekarang nyaris tidak ada. Sistem rusak seperti ini hanya melahirkan pemimpin-pemimpin yang oportunis, pengkhianat, zalim, ingkar janji, minus empati, mendekati rakyat karena butuh suaranya saja dan hanya mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya dibanding kepentingan rakyat.

Karena kekuasaan dalam sistem kapitalisme berikut sistem politiknya memang sangat bertumpu pada kekuatan modal. Sistem yang buruk tidak akan pernah melahirkan pemimpin yang baik, tapi hanya mampu melahirkan manusia-manusia serigala yang siap untuk memangsa manusia lainnya. lalu masihkah kita percaya pada sistem kapitalisme?


Oleh: Nabila Zidane
(Analis Mutiara Umat Institute)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar