Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kekerasan Membudaya, Ada Apa dengan Sistem Kehidupan?


Topswara.com -- Semakin hari kondisi generasi kian memprihatinkan. Moral generasi pun kian dipertanyakan. Pasalnya, tindak kekerasan yang dilakoni oleh generasi kian membudaya. Sebagaimana dilansir dalam beberapa portal berita. 

Dilansir dari jurnalporli.com, (22/02/2023). Lima orang pemuda yang melakukan percobaan pencurian dengan kekerasan dan atau penganiayaan diamankan oleh Polsek Pasawahan, Polres Purwakarta. Diketahui, para pemuda tersebut masih berstatus sebagai pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Purwakarta. 

Kabar terbaru kekerasan juga dilakukan oleh  Mario Dandy Satriyo, anak salah satu pejabat di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terhadap anak pengurus GP Ansor Jonathan Latumahina, David.

Mario ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh polisi akibat aksi penganiyaan yang dilakukannya secara brutal, bahkan diduga masih ada tersangka lain yang menjadi pelaku kekerasan tersebut (CNNIndonesia.25/02/2023). Dan masih banyak lagi deretan tindak kekerasan yang dilakukan oleh para generasi, baik kekerasan fisik maupun seksual. 

Masalah yang Komprehensif 

Banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh generasi saat ini menggambarkan bahwa kondisi generasi sedang tidak baik-baik saja. Ada yang salah dengan sistem kehidupan saat ini hingga berdampak pada moral generasi. 

Patut disadari jika masalah generasi saat ini adalah masalah yang komprehensif, mulai dari lemahnya peran keluarga dalam mendampingi tumbuh kembang generasi dan mengajari mereka perilaku terpuji, kegagalan sistem pendidikan untuk mencetak insan bertakwa, hingga rusaknya pergaulan di tengah masyarakat akibat tingkah laku yang serba bebas. 

Dalam keluarga, saat ini tak sedikit orang tua, terkhusus ibu yang melalaikan peran utamanya sebagai sekolah pertama bagi anak-anak mereka, salah satunya pendampingan tumbuh kembang buah hati dalam mencari jati diri, mengetahui perilaku terpuji dan tercela, kewajiban dirinya sebagai manusia dan bagaimana harus bersikap. 

Hal ini banyak faktor yang mempengaruhi, misalkan masalah ekonomi. Orang tua tanpa terkecuali seorang ibu terkadang harus ikut andil dalam membantu perekonomian keluarga akibat beban hidup yang kian berat, sehingga mereka terpaksa meninggalkan buah hati mereka dan melalaikan amanahnya. 

Selain itu, akibat ide feminisme yang telah menyusupi sebagian kaum muslimah, sehingga mereka beranggapan bahwa  seorang perempuan tidak layak untuk berada di rumah, terkekang oleh seorang suami. Alhasil banyak wanita yang rela bekerja di luar rumah dan meninggal buah hati mereka serta melalaikan tanggung jawabnya sebagai ummu wa ro'batulbait. 

Dalam sistem pendidikan. Kekerasan yang telah membudaya di tengah-tengah generasi juga tidak luput dari kegagalan sistem pendidikan sekuler. Dalam pendidikan sekuler ini, tidak menanamkan kepada setiap masyarakat untuk senantiasa menyandarkan ketakwaan kepada Allah sebagai pondasi dalam bersikap. 

Sebab, sistem ini telah memisahkan agama dari kehidupan. Bahkan, sistem pendidikan sekuler hanya mencetak generasi-generasi yang berprofit pada dunia industri kapitalis semata. Secara tidak langsung, menanamkan kepada diri generasi bahwa kita bisa mendapatkan kesenangan dan kebahagian sesuai apa yang kita inginkan.  

Dalam masyarakat pun demikian. Masyarakat sekuler hanya sibuk mencari kesenangan yang fana akibat konsep hedonisme yang ditanamkan oleh sistem kapitalisme. Kontrol sosial dalam masyarakat pun mulai pudar, sikap individualisme mulai mendominasi. 

Akibatnya amar makruf nahi mungkar pun tidak terlaksana. Bahkan, sebagian besar masyarakat pun mulai rusak pemikirannya akibat sistem kapitalisme sekuler yang diadopsi oleh negeri ini.

Generasi the Best di Tangan Islam 

Sistem kapitalisme telah memporak porandakan seluruh tatanan kehidupan manusia, mulai tatanan keluarga hingga negara, sehingga membuat generasi pemegang tongkat estafet masa depan kian krisis moral. 

Lain halnya di dalam sistem Islam. Islam sangat memperhatikan tumbuh kembang generasi. Sebab, Islam menyadari bahwa generasi adalah agen of change. Di pundak mereka arah suatu peradaban akan ditetapkan. Sehingga jika generasinya baik, maka peradaban akan berjalan dengan gemilang, namun juga sebaliknya. 

Oleh karena itu, Islam menuntun para pemimpin untuk senantiasa menjaga generasi-generasi masa depan. Dimana negara menjadikan asas akidah Islam sebagai dasar pondasi mereka dalam bertingkah laku. Ada beberapa poin yang dilakukan Islam untuk mencetak generasi-generasi yang tangguh dan jauh dari kekerasan dan bobrok. 

Pertama, negara memahamkan kepada masyarakat fungsi kedua orang tua dalam mendidik anak-anak dan pentingnya pendampingan dalam tumbuh kembang anak-anak tersebut. Orang tua adalah sekolah pertama bagi para generasi. 

Orang tua terkhusus ibu akan dibekali dengan tsaqafah Islam dan syahsiyah Islam, sehingga mereka nantinya mampu mengajarkan kepada anak-anak mereka perilaku terpuji dan membekali menanamkan kepada mereka apa tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu fastabiqul khairat. 

Kedua, Islam dengan sistem pendidikan yang berasas pada akidah Islam akan mencetak generasi yang bersyaksiyah Islami, yakni memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. 

Dimana mendidik generasi untuk memiliki ketakwaan terhadap Allah secara kuat dan menjadikan hukum syarak sebagai tolak ukur dalam berbuat, serta menanamkan kepada diri mereka, bahwa kehidupan dunia adalah fana, kehidupan akhirat kekal selamanya. Sehingga, hal tersebut akan menjadi benteng mereka dalam bertindak  dan selalu menjaga perbuatan mereka sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. 

Ketiga, Islam akan menciptakan masyarakat yang Islami untuk mendukung terbentuknya generasi-generasi gemilang. Islam juga menjadikan masyarakat sebagai kontrol sosial yang unggul. Saling mengingatkan jika terjadi sebuah kemaksiatan dan kesalahan di tengah-tengah masyarakat. Hal ini juga akan menjaga generasi dari perilaku buruk dan kemaksiatan. 

Keempat, Islam mewajibkan negara untuk memantau setiap media, memfilter berbagai pemikiran yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat, terkhusus generasi. Tidak diberikan celah sedikitpun untuk ide-ide yang dapat merusak generasi masuk dalam wilayah daulah. 

Bahkan, media juga dijadikan sebagai ladang dakwah, yakni mendorong individu masyarakat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, melalui berbagai kebesarannya, serta membentuk masyarakat Islam yang kokoh. 

Kelima, negara menjadi pilar utama penjaga generasi. Dengan sistem ekonominya negara menjamin semua terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Sehingga seorang ibu bisa fokus untuk mendidik anak-anak. Kemudian menyediakan gaji yang cukup bagi para guru sehingga mereka pun fokus mencetak generasi menjadi generasi yang cerdas dan unggul. 

Selain itu juga, negara menerapkan sistem sanksi yang tegas dan menjerakan. Dengan sistem sanksi ini maka kan menjadi benteng terakhir dalam menjaga masyarakat dari perilaku yang tidak terpuji dan kemaksiatan. 

Generasi nyatanya hanya bisa dijaga oleh sistem Islam dan dialah yang bisa mencetak generasi-generasi yang unggul, bersyaksiyah Islam dan mampu menjadi ganda terdepan dalam membela Islam. 

Hal tersebut telah terbukti pada masa kejayaannya silam selama kurang lebih hampir 14 abad. Sebagai contoh, Muhammad Al-fatih di umur 21 tahun mampu menaklukkan kota Konstantinopel (sekarang Istambul Turki), kota adidaya pada masanya. Keberhasilan thalabun nushrah juga tak lepas dari tangan para  pemuda yaitu Mush'ab bin Umair dan Sa'ad Bin Muadz. Dan banyak lagi contoh-contoh pemuda yang berhasil dibentuk oleh Islam menjadi generasi yang unggul. Wallahu A'alam Bissawab.


Oleh: Siti Komariah 
Freelance Writer
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar