Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mindset Islam Dapat Mencegah Depresi


Topswara.com -- Mengkhawatirkan, Indonesia memang sedang darurat kesehatan mental. Setelah sebelumnya kita mendapati banyak kasus bunuh diri, kali ini kasus serupa terjadi lagi. Korban adalah DFR (18) asal Ngoro Mojokerto Jawa Timur. Pelajar kelas 3 SMA tersebut ditemukan sendiri oleh ibu kandungnya telah tewas gantung diri di dapur rumahnya.

Hasil pemeriksaan Tim gabungan Unit Reskrim Polsek Ngoro dan Identifikasi Satreskrim Polres Mojokerto menyatakan bahwa tidak ada bekas kekerasan pada tubuh korban. Sehingga bisa dipastikan korban meninggal karena gantung diri. Menurut keterangan keluarga dan tetangga, korban memang sering terlihat jarang bergaul, selalu menyendiri sehingga pihak kepolisian menduga bahwa korban mengalami depresi (detik.com, 30/10/2022).

Ya Allah, astaghfirullah. Berbicara soal depresi, mungkin sangat sering kita mendengarnya. Menurut aldodokter.com 

Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah dua minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.

Depresi yang dibiarkan terus berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja, gangguan hubungan sosial, hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri.

Perasaan sedih tersebut bisa muncul karena ujian kehidupan. Itu artinya semua orang punya potensi depresi termasuk juga penulis. Mengapa? Karena hidup di dunia memang untuk diuji. Jangankan kita manusia biasa, Nabi dan Rasul saja juga diuji oleh Allah SWT. 

Ingat kisah Nabi Ibrahim yang diuji dengan bapaknya, Nabi Nuh diuji dengan kedurhakaan anaknya, Nabi Luth dengan pengkhianatan istri dan kaumnya bahkan Nabi Muhammad SAW diuji dengan pamannya.

Semua orang memang mempunyai potensi depresi, tetapi mindset seseorang akan menentukan apakah dia akan mudah depresi atau tidak dengan berbagai ujian hidup yang menimpanya. Jika mindset nya kapitalis, maka wajar kalau mudah depresi. Karena orang kapitalis memandang bahwa hidup di dunia untuk bersenang-senang dan mendapatkan keuntungan materi yang sebanyak-banyaknya.

Akibatnya ketika kesenangan itu gagal diraih, maka orang yang kapitalis akan menjadi hopeless alias berputus asa dan hal tersebut akan membuatnya sedih sampai berlarut-larut bahkan puncaknya bisa membuat dia tidak mempunyai alasan lagi untuk melanjutkan hidupnya, akhirnya ya ngapain lagi kan kalau tidak memilih bunuh diri, na'udzubillah.

Begitulah, mindset kapitalis ini memang lagi mewabah di tengah-tengah masyarakat. Hal tersebut membuat generasi muda yang gampang tersulut emosinya jadi tersuasana kan dengan mindset yang salah.

Kita pasti bisa merasakan bahwa masyarakat kapitalis menilai seseorang dari materinya saja. Misalnya kalau di kalangan anak muda OOTDnya seseorang akan menjadi dasar penilaian seseorang kepada orang yang lain. Kalau mahal pasti dipandang "Wow". Kalau murahan akan dipandang remeh.

Contoh lainnya dalam hal kekayaan, kalau dianggap kaya pasti bakalan banyak yang mau deket-deket. Kalau dianggap miskin ya tau sendirilah, bakal gak ada yang mau berteman dengannya. Istilahnya "Ada gula ada semut".

Kondisi yang seperti itu justru membuat orang yang katanya kurang beruntung menjadi jauh lebih tertekan. Apalagi jika orang tersebut suka membandingkan nasib hidupnya dengan orang lain, lengkap sudah penderitaan.

Namun melihat kondisi masyarakat yang seperti itu negara tidak segera mengambil langkah tegas untuk meluruskan mindset masyarakatnya. Bahkan negara justru melakukan sebaliknya, generasi itu terus dicekoki dengan paham kapitalisme melalui kurikulum pendidikan yang sekuler yang justru menjauhkan mereka dari agamanya. Sehingga susah untuk bisa menemukan jati dirinya.

Pentingnya Mindset Islam

Untuk membentengi generasi dari bahaya depresi, maka tidak ada cara lain selain menyadarkan mereka akan mindset yang benar apalagi kalau bukan mindset Islam (the way of life).

Dalam Al-Qur'an surah Adz-Dzariyat ayat 56 Allah SWT sudah menjelaskan bahwa tujuan manusia diciptakan hanya satu, yaitu beribadah kepadanya. 

Artinya tugas manusia di dunia ini hanyalah menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Jika seseorang memahami ini, maka dia tidak akan berputus asa saat sesuatu yang tidak menyenangkan menimpanya.

Ujian hidup akan membuatnya tetap sabar, ridha dan bersyukur. Karena dia paham bahwa Allah SWT memberikan ujian dalam rangka menguji keimanannya sebagaimana firman Allah Ta'ala

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? (QS. Al-Ankabut: 2)

"Tidaklah ada dari manusia melainkan, diuji dengan keselamatan agar diketahui bagaimana syukurnya atau diuji dengan sebuah bencana agat diketahui bagaimana sabarnya." (Ibnu Qayyim)

Jadi ia akan dengan mudah menjadi Mukmin sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan, kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan ketenangan dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya." (HR. Muslim)

Lebih tenang kan jika paham Islam? Pemahaman tersebut tidak muncul tiba-tiba lho, tapi bisa didapatkan dengan cara mengkaji Islam secara kaffah. Mengkajinya harus dalam pembinaan yang dilakukan oleh kelompok dakwah Islam ideologis agar terbentuk kepribadian Islam dalam diri kita. Dengan begitu kita akan punya semangat yang menyala-nyala untuk menjalankan ketaatan.


Oleh: Nabila Zidane
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar