Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mendidik Anak Tidak Hidup Mewah


Topswara.com -- Hidup mewah, glamour, dan sejuta kesenangan materi dunia memang sudah dijajakan sejak lama oleh peradaban Barat kepada kita di negeri ini, di negeri yang mayoritas Muslim. 

Maka tidaklah salah sekiranya anak-anak kita terlahir, hidup, tumbuh, dan berkembang di tengah-tengah tawaran-tawaran untuk memuaskan kehidupan dengan bergelimang harta dan menganggapnya hartalah yang bisa membahagiakan. Sedikit banyak cara pandang tentang hartalah yang menjadi standar kebahagiaan merasuk pelan-pelan dan menyasar ke dalam jiwa orang tua dan anak-anak kita.

Keinginan-keinginan anak yang selalu dirangsang oleh media, dan lingkungan sekitar dengan budaya hedonis dan konsumtif disertai kekalahan intelektual sekaligus kekalahan iman ayah bunda menjadi klop mengantarkan anak-anak lebih cintai dunia dengan bertaburan harta ketimbang akhirat dengan mengejar pahala dan surga. Hidup bersahaja dan sederhana serasa tak sukses namanya. 

Jika orang tua berkelimpahan harta mewujudkan impian ananda untuk bermegah-megah dan dalam kemewahan tentu lebih mudah didapatkan. Namun jika tidak maka berbagai cara orang tua akan mencoba menaklukan harta dengan berbagai cara walau tak halal pun disikat saja. 

Tidak lagi mempertimbangkan mana harta yang halal dan mana harta haram yang penting serasa bergengsi di mata anak isteri dan di mata relasi-relasi. 

Katakanlah seorang anak mampu memiliki sepatu seharga puluhan juta dan bisa beli kue lapis seharga satu juta padahal rasanya tidak jauh berbeda. Juga ada anak dibelikan mobil seharga milyaran atau motor yang mewah. Juga ketika ananda memasuki sebuah pernikahan bisa menghabiskan harta sebanyak puluhan milyar dalam satu pekan. 

Mungkin kita sangat jauh dari mereka-mereka yang memiliki harta, namun kita sedang dipertontonkan sebuah kehidupan bahwa semakin orang-orang berharta maka akan bisa merasakan kehidupan bahagia. 

Anak-anak kita sedang diajarkan tentang sebuah pola berpikir bahwa anak yang sukses itu adalah anak yang kaya raya, maka ke arah sanalah dia akan mengejar kesuksesannya walau harus melalaikan ketaatannya kepada Allah SWT. 

Bisa jadi juga harta kita tidak sebanyak yang dimiliki konglomerat dan para artis punya, namun akan jadi bahaya bila kita mengarahkan makna kebahagiaan ananda adalah harta. Sehingga bisa jadi harta kita yang pas-pasan ketika harus memenuhi keinginan anak, beli motor misalkan atau ingin resepsi pernikahan yang rada kesannya mewah misalkan, padahal kemampuan orang tua bisa diukur seberapa besar harta yang mereka punya, tetap saja memaksakan untuk memenuhi kemewahan yang anak inginkan. 

Allah SWT berfirman :

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ . حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ . كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ . ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ . كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ . لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ . ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ . ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa berlomba-lomba dalam kemegahan hanya akan melalaikan kita dari mengingat Allah SWT sehingga ancaman neraka jahim siap menunggu bagi orang-orang yang lebih menyibukkan diri dengan harta daripada mengingat Allah SWT. Apalagi jika harta yang dikejar itu adalah harta yang tak jelas halal haramnya dan semua kelak akan ditanya oleh Allah SWT.

Maka perlu bagi kita sebagai orang tua mendidik anak melupakan kemewahan dan mengajaknya hidup sederhana sesuai kebutuhannya baik kebutuhan jasmaninya maupun kebutuhan nalurinya sesuai dengan tuntunan syariah Islam. 

Agar ananda tidak tertarik dengan kemewahan dan jika pun dia memiliki harta yang banyak namun tetap hidup sederhana dia akan gunakan untuk ilmu dan dakwah maka kita perlu mendidik mereka tentang beberapa hal berikut : 

Pertama, mendidiknya dengan iman bahwa kehidupan akhirat lebih membahagiakan, dunia hanya sesaat maka jangan berpuas-puas di kehidupan yang sementara, tetapi  carilah bekal-bekal untuk hidup bahagia di surganya Allah SWT. 

Kedua, ajarkan ananada tentang syariah Islam, tsaqafah-tsaqafah Islam yang bisa digunakan ananda untuk menilai halal haramnya harta dan perbuatan sehingga ananda hanya terikat dengan hukum-hukum Allah daman mencari keberkahan harta. 

Ketiga, tanamkan kepada ananda bahwa makna kebahagiaan seorang Muslim adalah ridwanullah, dan itu puncak dari pencarian yang paling tinggi dan tidak ada lagi yang lebih tinggi dari itu. 

Keempat, ajarkan pula ananda mengorbankan hartanya di jalan Allah SAW, berinfak shadaqah jauh lebih banyak dari pada untuk belanja-belanja kepuasan pribadi. Wallaahu a’lam bishshawab.


Oleh: Ustazah Yanti Tanjung
Pakar Parenting
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar