Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Euforia Menyambut Pergantian Tahun, Bolehkah dalam Ajaran Islam?


Topswara.com -- Tahun 2022 tinggal beberapa hari lagi akan berakhir dan berganti menjadi tahun baru 2023.  Biasanya, saat momen ini akan dimeriahkan dengan berbagai euforia masyarakat diseluruh penjuru dunia dan mirisnya termasuk umat Islam.

Inspektur Jenderal Mohammad Fadil Imran memperkirakan perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) kali ini akan lebih ramai dibandingkan tahun lalu. Polda Metro Jaya pun mengantisipasi euforia masyarakat Ibu Kota menghadapi libur akhir tahun ini.

Masyarakat tentu akan lebih antusias menghadapi Nataru. Mulai dari mengunjungi sanak keluarga, sampai dengan perayaan Misa Natal dan kunjungan ke beberapa objek wisata di Jakarta," kata Fadil Imran saat memberi sambutan di Polda Metro Jaya, Senin, 19 Desember 2022.

Pada malam pergantian tahun atau malam Tahun Baru, biasanya akan ada banyak kemeriahan, seperti pesta kembang api, petasan, meniup terompet, banyak konser musik dan artis terkenal berpesta semalam suntuk, laki-laki dan perempuan berbaur dan terkadang diisi dengan pesta minuman keras bahkan seks bebas.

Parahnya banyak umat Islam yang ikut euforia merayakan tahun baru ini. Padahal bergantinya tahun maka usia kita bertambah menandakan kita semakin tua dan jatah kita di dunia semakin berkurang. 

Semua ini adalah misi dari orang-orang kafir agar umat Islam menjauh dari akidahnya dan bergeser sedikit demi sedikit ke paham pluralisme, sekularisme, dan turunannya dengan dalih kerukunan beragama dan toleransi.

Euforia tahun baru ini dimanfaatkan oleh oligarki atau pemilik modal untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari berbagai industri yang mereka kelola untuk memfasilitasi perayaan tahun baru ini. Industri kembang api, petasan, terompet, topi kerucut, minuman keras, hiburan, hotel dan lain sebagainya. 

Negara bahkan ikut mendukung perayaan tahun baru ini, dengan mengizinkan dan memfasilitasi semua terselenggaranya kemeriahan menyambut pergantian tahun baik dari sisi media maupun secara langsung. 

Inilah akibat hukum-hukum Allah dicampakkan. Umat semakin jauh dari akidahnya. Sebagaimana hadits Rosulullah SAW : 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia adalah termasuk dari mereka.” (HR. Abu Dawud)

عن أبي سعيد الخدري قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ

“Kalian [nanti] pasti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Bahkan, seandainya mereka masuk ke liang biawak sekalipun, kalian juga akan mengikuti mereka.” Sabda Nabi memperingatkan sahabatnya.

Dari hadis di atas sudah jelas bahwa umat Islam melarang ikut merayakan tahun baru karena itu bukan hari raya umat Islam, tetapi hari raya orang Romawi kuno. Dimana nantinya kita bisa digiring agar mengikuti akidah mereka.

Dibutuhkan peran negara untuk menyelamatkan akidah rakyatnya. Dengan sistem sekarang negara malah menyokong adanya hiburan ini.  

Hanya sistem Islam saja yang dapat menyelamatkan akidah masyarakat.  Dimana negara akan terus membina dan memelihara kemurnian akidah umat Islam.  

Negara akan memberikan pendidikan gratis untuk seluruh warga negara, dengan kurikulum pendidikan yang sesuai akidah Islam, sehingga terbentuk kepribadian Islam.

Negara juga melarang dan tidak memfasilitasi perayaan pergantian baru ditempat-tempat umum secara langsung maupun di media online. Semua sarana untuk menjauhkan akidah akan ditutup oleh negara sehingga tercipta masyarakat yang semakin taat dan bertakwa kepada Allah SWT.

Wallahu 'alam bishawab.



Oleh: Yesi Wahyu I.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar