Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Janji Manis Demokrasi Hanya Ilusi


Topswara.com -- Saat ini penerapan praktek demokrasi disorot sedang mengalami kemunduran. Sebagaimana yang diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, ketika memberikan sambutan pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) ke-15 di Bali, Kamis 8/12/2022. Ia mengutip dari hasil survei data international IDEA menyampaikan demokrasi mengalami kemunduran dan stagnan. 

Bahkan survei Freedom House menunjukkan terjadi kemundurannya selama 16 tahun berturut-turut, dan ini tidak hanya di Indonesia tetapi semua negara berkembang. Di antaranya data dari V-Dem Institute menyebutkan kualitas demokrasi rata-rata turun ke level 30 tahun yang lalu. Sekjen PBB Antonio Guterres menyampaikan, semua negara termasuk negara yang sudah mapan pun harus ikut bertanggungjawab dan memperjuangkannya. (Kompas.com)

Sayangnya meskipun demokrasi sudah nampak kecacatannya, tetapi masih saja dianggap sistem pemerintahan terbaik yang mampu memberikan solusi. Padahal dari inkonsistensi teori dan realitanya tidak ada satu permasalahan pun tuntas diselesaikan dengan sistem ini. 

Sebab pelaksanaan Bali Democrasy forum sudah berjalan 15 tahun dengan tema yang berbeda, namun belum mampu mengurai permasalahan dunia, inilah mengapa dikatakan demokrasi hanya ilusi. 

Fakta kemunduran, seperti slogan-slogan yang sering digunakan demokrasi untuk membius rakyatnya. Pertama, kedaulatan di tangan rakyat, tetapi realitasnya aspirasi rakyat sering diabaikan. Sedangkan suara terbanyak yang sering dijadikan dalil demokrasi, sejatinya suara mayoritas anggota fraksi partai. Jika wakil rakyat diisi partai pendukung penguasa, bisa dipastikan mereka akan cendrung mengamini setiap kebijakan pemerintah yang berkuasa ketimbang rakyat. 

Kedua, demokrasi diklaim sebagai pemerintah dari, oleh, dan untuk rakyat, tapi itu hanya saat pemilu saja rakyat boleh bebas memilih, sementara hasilnya tetap tidak murni karena calon kepala daerah, atau legislatif yang berkompetisi sebenarnya pilihan parpol yang menjadikan kendaraan politiknya.

Ketiga, rakyat sebagai sumber kekuasaan, faktanya para oligarki kapitalis yang berkuasa. Jamak kita ketahui, biaya pemilu demokrasi sangat besar. Salah satu contohnya, saat kampanye capres-cawapres Prabowo-Sandi, Bloomberg menyebut Sandiaga Uno mengeluarkan sekitar USD100 juta atau Rp1,4 triliun (US1 = Rp14.280). Sandiaga Uno diketahui menjual saham-sahamnya di Saratoga untuk dana kampanye, ia juga mengaku hartanya berkurang sepertiga. (Liputan 6, 1/4/2019)

Dengan demikian bisa dipastikan, jika mencalonkan presiden dan wakil presiden tidak punya dana untuk menutupi, maka sisanya, akan didapat dari pendukung dan sejumlah hartawan.

Maka tidaklah mengherankan pasangan capres-cawapres kebanyakan berlatar belakang pengusaha. Ini membuktikan bahwa kaum kapitalis sangat berperan dan berkepentingan dalam memenangkan pasangan calon di pemilu.

Keempat, demokrasi menjunjung tinggi empat pilar kebebasan, yaitu beragama, berpendapat, kepemilikan, dan bertingkah laku. Realitasnya, empat pilar kebebasan ini memunculkan polemik lainnya. Kebebasan beragama melahirkan para penista agama, mengembuskan keraguan, dan meremehkan, dengan bergonta-ganti agama.

Kebebasan kepemilikan melahirkan kapitalisme yang menjadi sarana negara-negara Barat mengeksploitasi banyak bangsa di dunia. Akibat kapitalisme, kesenjangan antara orang kaya dan miskin makin menganga. Penerapan sistem ekonomi kapitalisme global memicu kemiskinan di berbagai negara. SDA terjarah, negara terjajah, pada akhirnya rakyat yang merana.

Selain itu demokrasi lahir dari sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan yang berimbas pada pemisahan agama dari negara, akibatnya sistem kehidupan berjalan sangat jauh dari aturan Islam. 

Generasi makin tidak kenal agama, moralnya rusak, seks bebas merajalela, bahkan perilaku menyimpang semisal elgebete kian mengkhawatirkan. Semuanya terjadi akibat penerapan kehidupan sekuler liberal yang begitu mendewakan kebebasan.

Itulah beberapa fakta ketika diberlakukannya sistem demokrasi. Lalu bagaimana mungkin bisa dijadikan sistem terbaik tatkala dalam penerapannya terbukti menimbulkan banyaknya masalah. 

Hal ini disebabkan karena demokrasi lahir dari pemikiran dan keterbatasan akal manusia. Dengan begitu bagaimana bisa menyelesaikan problematika secara tuntas? Sebab sifat manusia yang relatif, berubah-ubah dan cendrung berpihak, mana mungkin kesejahteraan bisa terwujud. 

Betapa lemahnya demokrasi. Pelaksanaannya selalu terjebak kepentingan politik transaksional. 
Dari sini jelas, jika sistem demokrasi kapitalisme ini tidak segera dicampakkan, maka tidak akan pernah terwujud kebahagiaan yang hakiki.
 
Berbeda dengan sistem Islam yang diturunkan oleh Sang Pemilik Aturan yaitu Allah SWT,  Islam juga bukan sekadar agama ritual dan mengatur aspek ibadah saja, tapi sistem kehidupan yang memiliki seperangkat aturan terperinci. 

Dalam sistem pemerintahan Islam, umat berhak memilih penguasa agar dapat menegakkan pelaksanaan perintah dan larangan Allah atas hamba-Nya. Penguasa hanyalah pelaksana syariat Islam. Oleh karenanya seorang muslim wajib terikat dengan aturan-Nya. Tidak ada kebebasan mutlak bagi manusia untuk mengatur kehidupan sesuka hatinya. 

Sudah saatnya kaum muslim berjuang menegakkan sistem Islam dengan mendakwahkan Islam sebagai solusi bagi problematika kehidupan.

Umat mesti memahami perubahan tidak akan terjadi dalam sistem demokrasi. Meskipun banyak model berganti sosok pemimpin nyatanya tidak membawa perubahan. Maka jika negara ingin bangkit dari keterpurukan dan melepaskan diri dari jeratan kapitalisme jalan satu-satunya mengganti sistem negeri ini dengan sebuah sistem yang mampu memberikan kebaikan, dan kesejahteraan hakiki yang tidak lain adalah Islam. Dengan sistem pemerintahan Islam hegemoni Barat bisa dilawan. Hingga akhirnya dunia akan terselamatkan dari kehancuran.
 
Umat Rasulullah SAW. sebagai Khalifah fii al-ardh, mampu dan terbukti telah memimpin dan mengatur urusan-urusan umat manusia. Dimana pun umat Islam yang beriman kepada Allah SWT. dan tunduk kepada aturan-aturan Allah SWT. hadir, mereka telah memberikan kebaikan pada negeri itu. Kuncinya satu beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. dengan menerapkan seluruh syariatnya.
Allah Swt. berfirman;

 "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.". (QS Al-Araf: 96). 

Wallahu a'lam bish-shawwab


Oleh: Oom Rohmawati 
Komunitas Penulis Mustanir
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar