Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Janji Manis Perubahan di Sistem Penuh Tipuan


Topswara.com -- Tahun 2022 telah berlalu dan kini kita sudah menapaki tahun yang baru. Harapan perubahan ke arah yang jauh lebih baik pun terlukis dalam setiap benak individu. Tak hanya itu, negeri ini pun mendamba perubahan, mengingat sederet persoalan tercatat sepanjang tahun 2022 lalu. 

Sebagai ucapan Tahun Baru, Presiden Joko Widodo dalam akun Twitter resminya mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menyongsong harapan dan peluang yang baru di 2023 untuk menuju Indonesia yang maju. (Mediaindonesia.com/01-01-2023) 

Jika kembali menilik ke belakang, berbagai persoalan multidimensi memang membelit negeri ini. Tentu saja hal tersebut menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah untuk menuntaskannya. Alih-alih mewujudkan perubahan, jika salah penanganan, malah memperparah persoalan. 

Meneropong 2022

Salah satu persoalan yang muncul di sepanjang tahun 2022 kemarin adalah kasus narkoba. Sebagaimana dilansir oleh Republika Online (01-01-2023), bahwa sepanjang tahun 2022  jumlah kejahatan tindak pidana narkoba adalah sebanyak 39.709 perkara. Sedangkan total barang bukti yang berhasil diamankan mencapai Rp11 triliun. 

Kepala Badan Narkotika Nasional, Komisaris Jenderal Polisi Petrus Reinhard Golose, mengungkapkan, mereka telah menyita 1,902 ton sabu-sabu, 1,06 ton ganja, 262.789 butir ekstasi, dan 16,5 kg ekstasi berbentuk serbuk sepanjang 2022. 

Tak hanya kasus narkoba, tingkat kejahatan lainnya pun marak di tahun 2022 lalu. Sebagaimana diungkapkan oleh Kapolri Jenderal Polisi, Listyo Sigit Prabowo, bahwa angka kejahatan atau tindak pidana selama kurun waktu 2022 mengalami kenaikan sekitar 7,3 persen dibanding pada tahun 2021 lalu. Pada tahun 2021 lalu ada 257.743 tindakan kejahatan sedangkan tahun 2022 sebanyak 276.507. (Republika.co.id/01-01-2023) 

Tak hanya itu, sepanjang tahun 2022 juga kasus korupsi masih menjadi primadona di negeri ini. Kejaksaan Agung (Kejakgung) mengeklaim penanganan perkara tindak pidana korupsi sepanjang 2022, memecahkan rekor angka kerugian negara dan kerugian perekonomian negara mencapai Rp 142 triliun. Luar biasa! Sungguh korupsi telah menjadi budaya di negeri ini. 

Tak hanya itu, sepanjang 2022 pun kasus investasi ilegal marak terjadi. Polri menegaskan bahwa terdapat 28 kasus investasi ilegal yang berhasil terungkap sepanjang tahun 2022 dengan jumlah kerugian mencapai Rp31,4 triliun. 

Butuh Perubahan Sistemis

Perubahan hanya akan menjadi janji manis takkan pernah bisa terealisasi manakala sistem kapitalisme sekuler masih bercokol di negeri ini. Betapa tidak, persoalan-persoalan terjadi justru disebabkan oleh penerapan sistem tersebut. 

Kapitalisme sebagai sistem yang menjadikan materi sebagai orientasi, membuat pejabat gila rupiah. Wajar, jika korupsi paling digemari. Setidaknya memanfaatkan kursi demi mengembalikan modal kampanye, bahkan memperkaya diri. 

Kapitalisme juga meniscayakan tumbuh suburnya bisnis-bisnis haram yang merugikan masyarakat. Atas nama cuan, segala cara dilakukan, tak perlu timbangan halal-haram. Wajar pula jika bisnis narkoba tetap ada, karena ada mafia yang bermain di belakangnya. 

Tak hanya itu, sekularisme yang menjadi akidah bagi sistem kapitalisme juga memberi andil bagi berkembangbiaknya kerusakan yang ada. Betapa tidak, akidah yang memisahkan agama dari urusan kehidupan dan negara ini menjadikan siapa pun bebas berbuat apa pun sesuai keinginannya. Hak asasi menjadi dalihnya. 

Sekularisme lah yang menjadikan setiap orang bebas berbuat tanpa tuntunan agama. Agama dianggap candu, penghambat atas kemajuan. Akhirnya yang lebih dituhankan adalah hawa nafsu. Maka, dalam sistem saat ini menjadi sah-sah saja seseorang melarikan diri dari permasalahan hidup dengan mengonsumsi narkoba. Akhirnya, bisnis narkoba pun masih menggiurkan. Sebab kasih tingginya permintaan. 

Karena sekularisme jugalah, para pemangku jabatan tak segan memakan uang rakyat. Demi kepentingan pribadi dan kelompoknya, nasib rakyat dipertaruhkan. 

Demikianlah, perubahan hanya akan selamanya menjadi mimpi jika negeri ini masih mempertahankan sistem penuh tipuan. Seolah-olah menawarkan kesejahteraan dan keadilan, namun nyatanya merusak. 

Sistem Islam Solusi Perubahan

Andai saja kita mau membuka mata hati bahwa sejatinya hanya sistem Islam yang mampu menghadirkan kebaikan bagi semesta. Sebagaimana dahulu Islam pernah berjaya dalam sebuah peradaban gemilang 1400 tahun lamanya. Di bawah naungan sistem Islam sejak zaman Rasulullah saw sebagai kepala negara Daulah Islam Madinah, hingga khalifah terakhir pada masa Kehilafahan Utsmaniyah, umat Islam hidup damai dan sejahtera.

Sistem Islam adalah seperangkat aturan yang bersumber dari Sang Pemilik Kehidupan, Allah SWT. Maka, sudah pasti akan mampu mewujudkan kehidupan yang berkah dan penuh kesejahteraan. 

Allah SWT berfirman:
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS al-Mukminun [23]: 71)

Maka, tidak ada pilihan lain bagi kita selain memperjuangkan kembali tegaknya khilafah, yakni institusi yang akan  menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Jadi, bukan sekadar menaruh harapan pada pergantian pemimpin, sebab pergantian orang takkan berarti apa-apa jika hanya meneruskan sistem yang sudah ada. 

Sungguh Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya bahwa apabila kita berpaling dari peringatan Allah, maka Allah akan memberikan kepada kita kehidupan yang sempit, dan di akhirat pula akan dibangkitkan dalam kondisi hina. 

"Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS Taha: 124).


Oleh: Hanya Annisa Afriliani, S.S.
Aktivis Dakwah dan Penulis Buku
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar