Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ironi Bersuka Cita di Tengah Gempa Cianjur


Topswara.com -- Indonesia, negara dengan julukan zamrud khatulistiwa ini memiliki posisi geografis yang sangat strategis. Terdiri dari untaian pulau-pulau indah yang membentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki garis pantai terpanjang ke-2 di dunia menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Namun disisi lain posisi ini menjadikan Indonesia rawan bencana.

Secara geografis Indonesia terletak pada pertemuan lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia, benua Australia, lempeng samudera Hindia dan samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara-Sulawesi yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. 

Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia lebih dari 10 kali tingkat kegempaan di Amerika Serikat.

Kita semua tentu masih sangat berduka. Pasalnya, sudah lebih dari sepekan sebagian warga Cianjur dan sekitarnya terdampak gempa. Gempa pertama, yang bermagnitudo 5.6, terjadi pada Senin, 21 November 2022 lalu. Gempa susulan sampai saat ini pun masih terus terjadi.

Sampai hari ini, sudah lebih dari 350 warga meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan bangunan. Ribuan bangunan, khususnya rumah tinggal, hancur. Banyak warga terpaksa tinggal/tidur di tenda-tenda pengungsian hingga saat ini. Berbagai fasilitas publik juga banyak yang rusak.

Banyaknya korban akibat bangunan tidak tahan gempa ini, dinilai ahli kegempaan Prof. Ir. H. Sarwidi MSCE. Ph.D. IP-U. perlu antisipasi bangunan yang tahan gempa. Sebagaimana yang pernah terjadi di NTB, ia mengatakan agar konstruksi bangunan, termasuk bangunan baru harus memenuhi standar tahan gempa.

Namun yang tak kalah menjadi pusat perhatian media, yaitu di saat Cianjur berduka akibat gempa, di sisi lain  Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri acara yang digelar oleh ratusan ribu relawannya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta.

Dalam acara bertajuk 'Nusantara Bersatu' itu Presiden Jokowi turut memberikan doa atas banyaknya korban meninggal dunia dan luka-luka akibat bencana alam gempa bumi di Cianjur. Momen pembacaan doa itu dilakukan Jokowi sebelum memberikan sambutan di hadapan relawannya yang berjumlah sekitar 150 ribu orang.

Sungguh sangat di sayangkan, ditengah berdukanya korban gempa Cianjur, pemerintah malah mengadakan pertemuan relawan. Padahal masyarakat korban bencana gempa Cianjur hingga saat ini masih sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan. Mereka malah mengadakan pertemuan besar yang tentunya acara tersebut menghabiskan biaya yang sangat besar pula. 

Apalagi di tengah suasana politik menjelang pemilu 2024, pertemuan yang rawan dengan relawan hanya mementingkan kepentingan pribadi dalam hal jabatan dan kekuasaan. Bahkan banyak penipuan kegiatan yang mengatasnamakan pribadi demi mendapatkan pendukung makin menguatkan dugaan tersebut. Persaingan politik kekuasaan telah membutakan para politikus di negeri ini. Hingga penggalangan dukungan suarapun tak luput di cari ditengah derita rakyat.

Ironis, penguasa negeri ini seakan kehilangan empati penderitaan rakyat. Rakyat hanya di jadikan sebagai alat  penggalangan suara menyambut pesta Demokrasi mendatang. Lambatnya proses dan penanggulangan korban gempa mengidentifikasikan bahwa penguasa negeri ini tidak benar-benar serius dalam mengri'ayah rakyat.,

Penanggulangan bencana dalam Islam ditegakkan di atas akidah Islam dan dijalankan pengaturannya berdasarkan syariat Islam serta ditujukan untuk kemaslahatan ummat. Penanggulangan bencana ini termasuk dalam pengaturan urusan ummat yang merupakan kewajiban negara. Karena Kepala Negara (Imam) adalah penanggung jawab sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya; ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya ” (HR.Al Bukhari dan Muslim). 

Negara dalam hal ini khalifah akan merumuskan kebijakan penanggulangan bencana gempa yang  meliputi tiga aspek yakni sebelum, saat terjadi dan  pasca gempa.

Selanjutnya melakukan pemulihan tempat tinggal mereka dan bangunan infrastruktur yang rusak akibat gempa. Jika dipandang perlu maka negara akan relokasi penduduk ke tempat lain yang lebih aman dan kondusif. Negara juga akan melakukan inovasi sains dan teknologi untuk mendukung keoptimalan penanganan bencana gempa baik pra, ketika dan pasca bencana gempa sebagai konsekuensi dari kewajiban melakukan pengurusan ummat. 

Demikianlah cara Islam menanggulangi bencana gempa. Sudah saatnya kita mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dan merenungkan firman-Nya dalam surat Al-A’raf ayat 96 yang artinya ” Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Wallahu a'lam Bishshawab


Oleh: Wakini 
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar