Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

PHK, Kado Pahit Akhir Tahun 2022


Topswara.com -- Ekonomi bakal suram diprediksi baru akan terjadi tahun depan. Namun kenyataannya berbeda, karena salah satu akibat suramnya ekonomi, yaitu pemutusan hubungan kerja (PHK) masif terjadi. Di akhir tahun 2022, cukup banyak perusahaan yang memangkas jumlah karyawannya. Hal tersebut bahkan menimpa karyawan start-up besar.

Selama 6 bulan terakhir, Shopee dilaporkan kembali melakukan PHK untuk ketiga kalinya pada tahun ini, sehingga total karyawan yang dirumahkan sepanjang 2022 sebanyak 7.000 orang atau 10 persen dari total pegawainya di seluruh dunia. 

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (Goto) juga memutuskan merumahkan 1.300 orang atau 12 persen dari total karyawannya. CEO Andre Soelistyo menjelaskan keputusan itu dilakukan manajemen karena adanya tantangan makro ekonomi global. Di bidang layanan edukasi digital, Ruangguru juga menempuh keputusan serupa dengan melepas ratusan pegawainya dengan alasan sama, akibat kondisi pasar global. 

Beramai-ramai perusahaan/industri menyalahkan kondisi global, seolah memaklumi bahwa sejak perang Rusia-Ukraina meletus pada 24 Februari lalu perekonomian negara-negara di dunia ikut terancam sehingga berpotensi menyebabkan resesi ekonomi. 

Terkait ini, dalam konteks keindonesiaan, pandangan IMF berbeda dengan presiden Indonesia yang pesimis Indonesia bisa lolos dari resesi karena ekonomi pada tahun depan, masih akan tumbuh sebesar 5 persen. 

Seperti laporan pertumbuhan ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (7/11/2022) bahwa selama kuartal III-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia menembus 5,72 persen (year on year/yoy). Pertumbuhan ekonomi itu adalah yang tertinggi sejak kuartal II-2021 (7,07 persen) atau dalam lima kuartal terakhir. Di tengah berhasilnya Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonominya, kenapa 'Badai PHK' kini sudah terjadi di mana-mana?

Bila diselami, fenomena badai PHK yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia disebabkan beberapa faktor.

Pertama, kalah pamor dengan produk keluaran terbaru. Perusahaan, apapun itu ketika memasuki dunia persaingan usaha harus siap menghadapi risiko. Produknya harus bisa bersaing dengan produk lain, karena jika tidak atau kalah saing, akan ditinggalkan customer. Bayang-bayang kebangkrutan pun mendatangi jika tidak segera refresh diri.

Kedua, efisiensi biaya produksi.
Memang, cara paling ampuh untuk mengurangi pengeluaran perusahaan adalah dengan memangkas karyawan. Gaji karyawan merupakan salah satu beban pembiayaan perusahaan terbesar. Maka, untuk menekan biaya produksi, perusahaan memilah dan memilih karyawan-karyawan yang paling dibutuhkan lebih sedikit, lebih bagus dan merumahkan karyawan lainnya. 

Ketiga, efek domino 4.0 manusia digantikan mesin. Digitalisasi dalam berbagai aspek memang berefek pada bertumpunya manusia pada teknologi. Jasa manusia yang dahulu dibutuhkan, di era Revolusi industri 4.0 ini disulap bisa digantikan oleh mesin/robot. 

Sebagai contoh, sejak bisnis e-commerce menggejala di dunia, belanja online menjadi pola baru dalam kehidupan masyarakat. Karena itu, minat untuk belanja dengan mendatangi langsung tokonya menjadi berkurang. Korban dalam hal ini misalnya Giant dan Hero.

Keempat, kapitalisasi dan liberalisasi industri. Pasar bebas adalah satu di antara penerapan liberalisasi ekonomi di berbagai bidang. Akibat penerapan kapitalis liberal, perusahaan nasional di Indonesia kalah pamor. 

Banyak perusahaan BUMN terancam gulung tikar akibat gempuran produk impor asal Cina. Tak ada penjagaan negara dalam hal ini. Sebab, Indonesia terikat dengan aturan global ekonomi kapitalis. Mau tidak mau harus ikhlas menerima konsep pasar bebas ala kapitalis liberal.

Sekelumit fakta itu membuktikan bahwa sistem kapitalisme tak sesuper yang dinarasikan. Sistem ini justru memustahilkan kesejahteraan dan keadilan. Kekayaan hanya berputar pada segelintir orang. Distribusi kekayaan tidak merata. 

Dalam kapitalisme, kekayaan alam dan aset apapun bisa diperjualbelikan. Alih-alih menjadikannya negara kaya, kapitalisme hanya membuat kaya bagi pemodal dan para investor. Selebihnya rakyat hanya diberi sisa-sisa.

Kapitalisme justru menciptakan powerless state. Negara tak memiliki kekuatan di hadapan negara besar. Hal ini banyak dialami negara berkembang. Lebih ironisnya, posisi negara berkembang mayoritas dihuni negeri-negeri Muslim.
Lantas, bagaimana pandangan Islam?

Islam tak hanya berbicara ibadah ritual. Islam memiliki seperangkat aturan yang komprehensif. Dari aturan personal hingga komunal. Terkait periayahan ekonomi, Islam sudah memiliki formula jitu. 

Negara khilafah, sebagai penanggungjawab umat akan menciptakan iklim usaha yang kondusif dan stabilitas ekonomi juga dijaga, diantaranya dengan menerapkan UU larangan praktik ribawi, penerapan moneter emas dan perak, dan kebijakan fiskal berbasis syariah. Dengan stabilnya iklim usaha, maka produksi berjalan baik. Dampak lanjutannya, serapan tenaga kerja berjalan massif.

Terkait serapan tenaga kerja, sudah semestinya negara punya formula komprehensif dalam menyerap tenaga kerja. Dalam Islam, bahkan laki-laki diharamkan menganggur apalagi bermalas-malasan. Karena itulah Negara khilafah Islam menjalankan strategi jitu turun tangan langsung untuk memastikan hal ini. 

Negara khilafah memiliki proyek-proyek pengelolaan kepemilikan umum antara lain sumber daya alam yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, dan menjalankan strategi terkoordinasi antara sistem pendidikan dengan potensi ekonomi di berbagai area.

Mekanisme yang demikianlah yang membuat serapan lulusan pendidikan akan sejalan dengan kebutuhan masyarakat, bukan kebutuhan korporasi. Strategi ini lebih jitu dalam menyerap tenaga kerja. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pun dahulu mencontohkan hal itu. 

Sementara, terkait akses modal, Negara khilafah melalui sistem keuangan baitulmalnya akan turun tangan langsung memberi bantuan modal tanpa riba atau bahkan hibah kepada individu usia produktif. Sehingga individu tersebut memiliki akses ke pergerakan ekonomi.

Dengan keterlibatan negara secara penuh, maka kemaslahatan dan keberkahan hidup akan diperoleh semua warganegara. InsyaAllah. Amiin


Oleh: Errita Septi Hartiti
Guru Generasi 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar