Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kisah Sang Cowboy Mualaf dari Texas


Topswara.com -- Seorang Cowboy Mualaf dari Texas menuturkan, sebelum memeluk Islam, ia merasa seperti ada sesuatu yang berkata agar ia menjadi pengikut Nabi Muhammad selama sisa hidupnya. Ia juga sebenarnya yakin tanpa ragu bahwa Tuhan itu satu, dan harus mencari tahu tentang kebenaran itu. 

“Aku tidak bisa menjelaskannya kecuali tidak ada keraguan dalam pikiranku bahwa Tuhan itu satu. Dan sesuatu seperti mengatakan padaku agar mengikuti nabi Muhammad selama sisa hidupku. Maka aku berkata kepada diriku sendiri jika ini nyata aku harus mencari tahu tentang itu,” ujarnya dalam video singkat: Pendeta Ini Mau Permalukan Muslim, Eh Jamaatnya Malah Masuk Islam, di kanal YouTube Osman Lion, Sabtu (12/11/2022).

Ia mengatakan jika sebenarnya, ada Al-Qur’an dalam rak bukunya yang terletak di perpustakaan pribadinya. Tetapi sama sekali tidak pernah dibaca dan kemudian muncul dorongan rasa ingin membacanya. 

“Dan setelah aku membuka kitab itu (Al-Qur’an), di halaman pertama yang aku baca, aku tidak bisa berhenti menangis. Aku membaca Al-Fatihah dan beralih ke halaman lain. Dan setiap kata yang aku baca meskipun itu adalah terjemahan Bahasa Inggris, itu mengena bagiku. Dan aku tidak bisa berhenti membaca. Seperti rasa lapar tak terpuaskan. Jadi aku terus membaca dan membaca,” bebernya.

Si Cowboy yang memiliki nama Brandon Estes itu mengakui, bahwa ia juga belajar melalui online seperti menonton video-video di YouTube. Karena ia belum pernah bertemu dengan seorang Muslim pun sebelum hari di mana ia mengucap dua kalimat syahadat. 

Saat Brandon berusia 26 tahun, pendeta membawa seorang Muslim tidak dikenal pada suatu hari. Lalu pendeta tersebut mengatakan padanya agar tidak meniru perbuatan seorang Muslim dengan mempermalukan diri karena meletakkan wajah di atas tanah (bersujud).

“Pendeta itu berkata kalau kita orang Kristen, berlutut dan meminta pada Tuhan. Tidak meletakkan wajah kita di lantai. Dan itu beberapa minggu sebelumnya. Hari itu aku sempat merasa ingin menyerah dan aku berdoa dan mengatakan pada Tuhan, aku tidak tahu di mana itu kebenaran. Aku telah mencari di kitab suci Hindu, Kristen, di semua sekte, dan lainnya dan aku tidak dapat menemukannya,” tutur Brandon.

Namun, kata Brandon, saat ia membuka Bible dan mengetahui bahwa ternyata Yesus bersujud, ia mengatakan dalam hatinya betapa beraninya si pendeta yang kemarin mengatakan sujud sebagai perbuatan yang mempermalukan diri.  

Seharusnya, pendeta tersebut tidak mengucapkan kalimat mempermalukan diri, tetapi merendahkan hati. Sebab itulah Bandon mengaku kesal dengan ucapan pendeta itu. Sampai ia pun berjanji pada dirinya sendiri akan mengikuti dan melakukan seperti yang Yesus lakukan, yaitu bersujud. Serta memohon kepada Tuhan agar membimbingnya. 

Brandon mengatakan bahwa ia sudah lama tidak pergi ke gereja. Tetapi, ia kembali memutuskan untuk mendatangi gereja. Tetapi, gereja yang berikutnya ia datangi adalah gereja Cowboy. Disebut demikian sebab di gereja itu semua memakai topi Cowboy. Ia mendatangi gereja tersebut karena menemukan sesuatu dalam Bible bahwa Yesus ternyata bersujud seperti yang dilakukan oleh kaum Muslim. Usianya ketika dalam tahapan pencarian itu sudah beranjak 26 tahun. 

Menurut Brandon, sejak lulus SMA sudah mulai mengikuti suatu perkumpulan yang disebut dengan gerakan kebenaran. Saat itu, ia juga sudah menanyakan banyak hal yang ia inginkan kebenarannya terutama tentang peristiwa 11 September. Serta hal-hal lainnya. Dan aku mulai menanyakan narasi utama dari segala hal, bukan hanya soal itu tetapi juga hal-hal yang berbeda dalam hidup. 

Ia mencoba menemukan jawabannya dengan membaca Bible berulang-ulang. Banyak hal katanya yang didapati di sana tetapi tidak masuk akal begitu pemikiran kritisnya berjalan. Ia mengalaminya bukan hanya setahun melainkan bertahun-tahun. 

Brandon juga mengakui bahwa ia adalah mantan alkoholik sejak usia 18 tahun. Sampai-sampai orang tuanya mengingatkan dengan ucapan yang membuat jiwanya merasa sakit.

"Aku mendapatkan masalah beberapa kali dan memiliki masalah dengan minuman keras. Aku ingat waktu itu ayah datang ke sekolah, ini terjadi tahun 2013. Ia mengatakan jika mereka mencintaiku. Aku orang yang hebat dan berada di sekelilingku. Tetapi ayahku mengatakan saat aku mabuk, jadilah aku orang yang menyedihkan dan sangat berbeda. Da ucapan itu seperti menyakiti jiwaku, “ bebernya. 

Lalu ia pun menyadari jika terus mengkonsumsi alkohol, akan bisa merusak hubungan dengan orang-orang penting sekitarnya.

Sampai pada suatu titik katanya saat bersama dengan seorang temannya. Mereka keluar dan berbicara tentang hal yang akan mereka lakukan ketika nanti berusia 40 tahun. Ia mengatakan bahwa akan menabung hingga memiliki kapal pesiar yang besar untuk keliling dunia. Hingga mereka memulai bisnis bersama. Tetapi ternyata, Brandon merasa masih sangat buruk dengan dirinya sendiri. 

“Kami akan memulai bisnis bersama. Dan aku pun berdiri dan bilang kepadanya, kawan, kita melakukan hal yang sama setiap minggu. Kita pergi bekerja, kita menunggu akhir pekan, dan aku datang kesini untuk bertemu dengan kalian. Dan aku berkendara ke sini bersama kalian lalu kita pergi minum-minum selama dua malam. Aku merasa buruk tentang diriku. Tidak ada tujuan dari semua ini,” imbuhnya.  

Hari demi hari Brandon merasa tidak terpuaskan. Ia merasa benar-benar hampa dengan kehidupan ini. Tetapi ia masih yakin bahwa ada cara lain dan harus dicari tahu apa pun itu. Ia berjanji pada dirinya sendiri sampai pada hari ia meninggal kelak, akan menjadi seorang yang mencari kebenaran. 

Ia katakan tidak peduli jika nantinya kebenaran yang ditemukan justru mengubah pandangan orang kepadanya atau semua orang menentangnya. Ia terus berupaya mencari kebenaran yang ia inginkan.

"Aku akan mencari kebenaran apa pun masalahnya. Jadi aku berjanji kepada diriku sendiri dan kepada Tuhan, bahwa kau akan mencari-Nya dalam agama apa pun yang Dia sertai,” tuturnya.  

Perjalanan menemukan Islam itu dimulai sejak Brandon membaca Al-Qur’an versi Inggris dan mempertanyakan tentang sosok Nabi Muhammad SAW. 

“Lalu Nabi Muhammad ini siapa? Aku bertanya begitu ke temanku asal Palestina tetapi juga seorang mualaf. Lalu ia begitu saja mengatakan padaku agar aku bersyahadat sebagai bentuk kesaksian,” katanya. 

Dan Brandon merasa percaya begitu saja dengan semua yang disampaikan oleh temannya asal Palestina itu. Kemudian ia berkendara ke Houston untuk menemui kakak ipar dari temannya. Sesampai di Houston, kakak ipar temannya juga mengatakan hal yang sama untuk segera bersyahadat. Tepatnya harus di hari Jum’at. Lalu ia pun kembali di hari yang dianjurkan ke masjid yang dituju dengan jarak tempuh satu jam 15 menit dari tempat tinggal Brandon. 
 
“Jadi setelah khutbah selesai, seperti khutbah di gereja tetapi itu benar-benar berbeda bagiku. Semua orang duduk di lantai. Aku bertanya di mana bangku-bangkunya, tetapi itu terlihat nyaman. Ada karpet yang bagus dan baunya sangat enak. Aku belum pernah mencium bau seperti ini sebelumnya. Dan semua orang terlihat sangat senang melihatku,” ucap Brandon.  

Setelah shalat, ia pun dipanggil dengan pasrah apa pun yang akan terjadi. Syaikh Kemal, Imam Mesjid tersebut mengajaknya ke depan dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat itu. 

“Tidak ada yang mempersiapkanku untuk bersyahadat. Aku bahkan tidak tahu Bahasa Inggrisnya. Aku hanya tahu bahwa aku percaya pada Tuhan, aku percaya Muhammad adalah utusan-Nya. Tuhan adalah Esa dan Yesus bukanlah Tuhan,” imbuhnya. 

Kemudian setelah berada di depan, Syaikh Kemal mengatakan akan membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. 

“Segera setelah kata-kata syahadat keluar dari mulutku, aku tidak tahu bagaimana menggambarkannya,. Tetapi semuanya seperti menjadi putih. Seperti aku dikelilingi dengan cahaya dan itu seperti membersihkanku dari dalam ke luar. Nabi Muhammad pernah bersabda tentang setiap kali seseorang masuk Islam, maka semua dosa mereka sebelumnya sepenuhnya diampuni,” pungkasnya. [] Atikah Nur dan M. Siregar
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar