Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Penobatan Duta Anti Tawuran, Dapatkah Jadi Solusi?


Topswara.com -- Kota Bekasi semakin tidak aman, ungkapan ini mungkin tepat untuk menggambarkan kondisi keamanan kota Bekasi yang akhir-akhir ini marak terjadinya tindak kejahatan seperti begal dan tawuran. Ironisnya pelaku kejahatan tersebut adalah para remaja. Perilaku remaja sekarang kian hari memang begitu mengkhawatirkan bahkan diluar nalar, usia yang terbilang masih belia namun tindakan mereka melebihi orang dewasa, terutama dalam hal kriminalitas.

Seperti video yang sempat viral yaitu rombongan pelajar di bawah umur membawa senjata tajam di Jalan Raya Cikunir, Kota Bekasi. Enam orang pelakunya berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian. 

Namun ada yang menarik dari peristiwa ini. Kombes Pol Hengki menjadikan keenam pelajar pelaku tawuran sebagai duta anti tawuran. Menurutnya kenapa mereka dijadikan duta karena mereka telah mengalami sendiri, sudah merasakan dan atas kemauan sendiri. Alasan mereka tawuran juga ingin eksis dan ingin diakui sebagai orang yang kuat, padahal ini keliru.

Selain kasus tersebut Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombes Pol Hengki juga mengungkapkan di Bekasi ada sekitar 35 geng motor, tetapi mayoritas lebih suka melakukan tawuran dan perbuatan negatif lainnya. Bahkan Kapolres menambahkan ada 37 titik rawan di daerah Bekasi. Untuk mengawasi daerah rawan kejahatan, dipasang 50 CCTV dan patroli petugas kepolisian.

Semakin bertambahnya aksi kejahatan yang dilakukan pelajar di Bekasi tentu membuat hati miris. Hilangnya rasa aman warga Bekasi apalagi bagi para pekerja yang pulang malam tentu tidak bisa dianggap remeh. 

Namun apakah menjadikan para pelaku tawuran sebagai duta anti tawuran dan memberikan edukasi kepada sesama pelajar bisa jadi solusi meminimalisasi bahkan menghilangkan kejahatan pelajar dengan tuntas? Tentu tidak, untuk itu perlu ditelaah kembali.

Pada faktanya, alasan yang melatarbelakangi pelajar melakukan tindak kejahatan adalah mencari eksistensi diri yang mana ketika ini tidak disalurkan dengan benar maka akan menimbulkan dampak negatif seperti melakukan tindak kriminalitas. Selain itu munculnya rasa depresi karena kesulitan ekonomi menjadi faktor penyebab mudahnya pelaku kriminal menjerat korbannya. Serta pola asuh dari orang tua kurangnya kasih sayang dalam keluarga juga jadi faktor penyumbang pola sikap remaja yang ugal-ugalan.

Itulah potret generasi dan keluarga saat ini, di mana keluarga menjadi benteng utama bagi para generasi yang berkualitas justru tak mampu menghadirkan nilai-nilai moral. Untuk itu menuntaskan gangguan keamanan yang dilakukan oleh remaja membutuhkan kerjasama semua pihak. Baik dari keluarga, masyarakat atau individu sampai pada level tertinggi yaitu negara.

Yang pertama, keluarga sebagai pihak terdekat dengan remaja harus mampu memberikan edukasi dan teladan yang baik. Peran orangtua terutama amat dibutuhkan untuk menanamkan akidah Islam sejak dini kepada anak-anaknya. 

Seorang ibu yang senatiasa hadir dalam tumbuh kembang anak akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Sayangnya peran ibu mulai memudar akibat dari sistem ekonomi kapitalis yang mengharuskan seorang ibu ikut mencari nafkah agar kebutuhan pokok tercukupi. Alhasil kasih sayang dari kedua orang tua tak tercukupi sehingga anak pun mencari sendiri kebahagiaan yang tidak ia dapatkan dalam keluarganya.

Yang kedua, peran masyarakat sekitar yang peka terhadap lingkungan sekitar. Ketika adanya tindak kejahatan atau perilaku negatif yang terjadi maka masyarakat tidak mendiamkannya, karena sekalipun orang lain yang dirugikan tetap saja sikap saling menasihati dan mengingatkan harus dipelihara, karena ini bagian dari amar makruf nahi mungkar. Jadi para pelaku merasa malu atau sungkan untuk melakukan kejahatan. 

Yang ketiga, peran penting selanjutnya adalah negara melalui lembaga pendidikan dengan penerapan sistem pendidikan selain adanya ilmu pengetahuan umum juga harus dilandasi akidah Islam akan membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa, melakukan suatu perbuatan berdasarkan hukum syara bukan berdasarkan akal manusia. Kemudian juga penerapan sanksi kepada pelajar yang sudah baligh akan memberikan efek jera dan mencegah pelajar lain untuk melakukan perbuatan serupa.

Itulah tiga pilar penting dalam mewujudkan generasi tangguh berakhlak mulia, semua dapat diwujudkan hanya dengan sistem Islam bukan yang lainnya. Islam memberikan solusi persoalan umat manusia.

Penyelesaian ala sekuler kapitalis dengan memberikan gelar bagi pelaku tawuran sebagai duta anti tawuran tentunya tidak akan berdampak signifikan terhadap perilaku kekerasan remaja, jika akar masalahnya belum terurai dan diberikan solusi yang tepat. Jadi saatnya umat kembali lagi pada aturan yang berasal dari sang Khaliq Allah SWT yaitu sistem Islam. Wallahu a'lam bish shawab.


Oleh: Heny Era
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar