Topswara.com -- Analis Mutiara Umat Institute, Nahdoh Fikriyah menyatakan, kerusakan generasi hari ini bermuara pada satu kerusakan fundamental yaitu pandangan hidup.
"Fenomena kerusakan generasi muda hari ini kalau kita tarik-tarik benangnya maka akan sampai kepada suatu titik ujung yang bermuara pada satu kerusakan fundamental atau asas, yaitu pandangan hidup," ungkapnya dalam acara Eksplorasi ke-3, bertajuk Sabotase Potensi Generasi Muda: Dari Sekularisme hingga Moderasi, di kanal YouTube TintaSiyasi Channel, Selasa (30/8/2022).
Ia menyatakan, pandangan hidup sumbernya ada dua yakni wahyu dan intelejensi manusia. Maka selain wahyu adalah batil dan menimbulkan penyakit.
"Itulah kenapa generasi kita hari ini sakit, penyebab utamanya atau dasarnya adalah karena mengadopsi penyakit. Sehingga bisa menularkan kepada siapa pun baik sadar maupun tidak sadar. Penyakit itu bernama sekularisme yang melahirkan pandangan hidup bebas (liberal). Dan ini bukan berasal dari internal umat melainkan dari Barat yang rusak dan merusak. Jadi penyakitnya sudah dapat ya, yaitu mengambil pandangan hidup Barat," terangnya.
Lalu ia membeberkan beberapa fenomena kondisi generasi muda hari ini yang sedang dalam kondisi sakit parah akibat mengadopsi pandangan hidup Barat.
"Fenomena Citayam, kemudian ngartis sosmed dengan model atau gaya yang tidak sesuai umur atau porsinya. Bahkan termasuk pergaulan bebas dan munculnya fenomena bernyanyi dan joget bareng oleh Mahasiswa UIN Jember dalam masjid, adalah bukti bahwa generasi muda umat ini. Wabilkhusus Indonesia sedang dalam kondisi sakit, dan sakitnya parah. Maka perlu diobati," tukasnya.
Ia mempertanyakan, apakah penyakit itu yakni sekularisme yang melahirkan hidup liberal tadi disengaja untuk disebarkan atau diambil begitu saja. Atau adakah misi global atau konspirasi untuk mensabotase generasi muda Islam.
"Ternyata memang tidak sesederhana itu generasi yang rusak sekarang itu muncul tiba-tiba. Pesakit juga gak semua tiba-tiba sakit, ada yang memang mengundang sendiri penyakitnya langsung, ada yang dibuat seseorang sakitnya. Ada juga qadha Allah tiba-tiba sakit. Perlu analisis," tuturnya.
Ia katakan, sekularisme ini datang ke tubuh generasi muda melalui proses yang sangat panjang. Ada kisah dan alurnya yang sistemik lagi rapi. Umat ini sebelumnya adalah umat yang unggul dan gemilang dengan aturan sang pencipta (syariat Islam kaffah). Tetapi akhirnya dengan izin Allah melalui tangan para penghianat dihancurkan pada tahun 1924. Lalu naiklah namanya sekularisme sebagai pemimpin dan menjadikan tempat-tempat lain seperti negeri Muslim di bawah kendali negara Barat sekuler.
Selain itu, ia juga menyatakan, dengan meletakkan para penguasa boneka yang menjadi perpanjangan tangan mereka untuk menancapkan tujuan mereka, yaitu penjajahan dan kekuasaan.
"Barat sekuler yang tadi telah menguasai dunia, mulai berpikir bahwa dengan penjajahan fisik (hard approach) pasti akan menelan banyak kerugian termasuk materi, juga nyawa. Dan mereka yakin juga bisa mengalami kekalahan apalagi jika yang dilawan adalah umat Islam. Karena mereka tahu kekuatan umat Islam, generasi mudanya dalam mencintai agamanya luar biasa. Ada kalimat indah dari seorang ibu Palestina pernah mengatakan, 'Jika Barat dan Zionis melahirkan anak-anak mereka agar berani hidup, sementara mereka tahu bahwa kita melahirkan generasi yang berani mati, artinya, betapa kuatnya keimanan anak-anak kaum Muslim yang menjadi ketakutan terbesar musuh-musuh Islam'," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, hingga cara yang dianggap efektif untuk menjajah dunia pasca perang fisik wabilkhusus negeri-negeri Muslim adalah dengan soft approach (penjajahan cara lembut) bahkan tanpa disadari. Itulah perang pemikiran. Pemikiran Barat yang diemban negara-negara Barat diekspor ke seluruh dunia Islam.
"Target utama Barat adalah Islam dan kaum Muslim. Karena apa? Ada tiga kemungkinan besar yang menjadi motif atau alasannya," ujarnya. Pertama, jelas karena kebencian. Allah SWT sendiri telah mengabarkan dalam Al-Qur'an bahwa kebencian mereka melebih apa yang keluar dari mulut mereka. Kedua, dendam masa lalu. Kekalahan dalam misi Perang Salib menjadi bayang-bayang yang tidak pernah bisa mereka hilangkan dan diwariskan kepada generasi mereka. Ketiga, Barat ketakutan dengan tegaknya kembali Islam di masa depan.
"Dan Barat sangat percaya itu. karena itulah Islam dan kaum Muslim adalah ancaman bagi mereka. Hingga harus diawasi terus dan dijajah agar tidak melawan dan menyadari masa depan yang telah dijanjikan untuk umat ini adalah kemenangan dan kegemilangan yang kedua," tuntasnya.[] Lanhy Hafa
0 Komentar