Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

RI 1 ke Ukraina, Mampukah Mengemban Misi Perdamaian Dunia?


Topswara.com -- Dilansir Warta ekonomi pada tanggal 5 Juli 2022 memuat headline "diledek asing gegara diplomasi mie instan Jokowi atas misi damai Ukraina-Rusia" kemudian media Australia menyebut kunjungan RI 1 tak lebih diplomasi mie goreng. 

Selain itu wartawan senior Hersubeno Arif menyebut, idealisme citra politik bebas aktif sebagaimana yang digaungkan Moh. Hatta, tak terwujud dalam misi "perdamaian" ini. Maka muncul pertanyaan selanjutnya "Lantas apa sesungguhnya motif hakiki kunjungan RI 1 tersebut?"

Antara Publisitas dan Realitas Yang Tak Sejalan

Ditengah pesimistis publik negri ini atas rencana kunjungan RI 1 dalam rangka misi damai di Ukraina-Rusia tanggal 29 Juni 2022, pemberitaan dan publikasi misi tersebut oleh media lokal terutama media mainstream begitu masif. 

Tak mau kalah buzzerRp menggoreng seolah menjadi pahlawan dengan pasukan elit paspampresnya yang hebat dan canggih. Namun terkesan dipaksakan dan tidak terukur, mengingat sejumlah negara sebelumnya yang punya posisi dalam konstelasi politik internasional tak bisa berkontribusi meredam konflik, apalagi Indonesia faktanya memang mempunyai posisi tawar yang lebih lemah. 

Kalaupun kita harus optimis apalagi sekarang dengan posisi Indonesia sebagai presidensi G20, yang menurut para pengamat tak lebih posisi "kocok arisan" nampak tidak meyakinkan. Maka wajar bila publik tidak berharap banyak.
Terbukti, realitas yang terjadi pembicaraan antara presiden Joko Widodo dan presiden Ukraina Vladimyr Zelensky, menurut juru bicara Serhii Nikitorov berfokus pada gandum. 

Dimana Indonesia merupakan negara Importir gandum terbesar dari Ukraina, dan memasok 25 persen kebutuhan gandum nasional. Saat konflik Ukraina mengalami blokade untuk ekspor di pelabuhan, dan hal ini menjadi tanggungjawab Rusia, itulah inti pembicaraan di Kiev (Jakarta-CNBC.Indonesia, 3 Juli 2022).

Fakta yang ramai ditengah publik justru bukan tentang perdamaian tapi terkait polemik "kebohongan pesan Zelensky untuk Putin lewat Jokowi". Pihak Ukraina sendiri membantah adanya pesan dari Zelensky baik tertulis ataupun tidak tertulis. Demikian pula juru bicara kantor berita TASS di Rusia, Dimitry Peskov mengatakan ada pesan yang dibawa Jokowi dari Zelensky untuk Putin, namun bukan dalam bentuk tulisan 
(Serambi.news, 3 Juli 2022). 

Sungguh miris maksud mendamaikan konflik, yang terjadi malah menciptakan konflik baru sekaligus mempermalukan wajah bangsa!. 

Motif Pencitraan Demi Kepentingan Oligarki 

Apa motif dan makna dibalik semua ini? Publik kini dapat membuat sebuah analisis dan kesimpulan bahwa kesan kuat yang ditangkap dari kunjungan ini adalah membangun pencitraan baik di dalam negri maupun di luar negri. Para tokoh dari kubu istana walau mati-matian membela RI 1, namun apa boleh buat publik lebih mempercayai fakta, realita yang terjadi di lapangan. 

Alih-alih mengemban misi perdamaian yang ada hanya pencitraan, mem-blow up kesan seorang pahlawan yang membawa bendera perdamaian dan membawa kepentingan rakyat Indonesia secara khusus serta demi membela nyawa para korban sebagaimana yang digembar gemborkan media, nyatanya semua itu jauh panggang dari api. Bahkan usai kunjungan presiden RI, Rusia kembali menggempur Ukraina (detik.news.com).

Dunia tahu bahwa invasi Rusia ke Ukraina merupakan masalah regional, maka muncul pertanyaan kritis kalau memang RI 1 concern pada perdamaian dunia kenapa pilih-pilih? Dan justru masuk pada masalah regional negara lain. Mengapa saat terjadi tragedi kemanusiaan yang menimpa kaum muslimin seperti di Palestina atas invasi Israel, di Rohingya, juga di Kashmir dan lain-lain, Indonesia tak berkutik? Dengan dalih jangan ikut campur. 

Bahkan Indonesia diam atas sikap India terhadap Kashmir demi mengamankan ekspor CPO ke India. Padahal indonesia negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, yang suara tegasnya dibutuhkan saudaranya.

Apabila benar RI 1 peduli nyawa korban konflik Ukraina Rusia, lantas bagaimana disaat yang sama ada 149 TKI meregang nyawa dianiaya ditahanan Sabah Malaysia (Hidayatullah.com, 29 Juni 2022). 

Sesungguhnya moment kepahlawanan saat inilah yang ditunggu rakyat Indonesia dari pemimpinnya. Sungguh Ironis! jangankan tindakan heroik dari pemimpinnya, ucapan pembelaan bagi para TKI pun tak ada. 

Lantas apakah benar bahwa kunjungan RI 1 untuk kepentingan rakyat? Sebagaimana disebut Yenny Wahid sebagai sebuah misi yang hebat! Ternyata import gandum faktanya demi mengamankan pasokan bahan baku industri mie instan di tanah air yang notabene dimiliki para oligarki. Nilai import gandum dari Rusia dan Ukraina mencapai sekitar 3,5 trilyun dan sebagian besar masuk Industri para oligarki. 

Tidak ada Perdamaian Hakiki dalam Kapitalisme

Sesungguhnya negara besar termasuk AS tidak terlalu berkeinginan apalagi bersungguh-sungguh mewujudkan perdamaian dunia. Masing-masing negara dalam sekat-sekat kebangsaan (nasionalisme) hanya mementingkan kepentingan nasionalnya, tak peduli saudara seakidah, negara tetangga, itulah kejinya nasionalisme. 

Begitulah dalam kapitalisme tak ada kawan abadi, juga tak ada lawan abadi yang ada hanya kepentingan yang abadi. Amerika Serikat sebagai negara adidaya nomer satu didunia, seharusnya lebih proaktif menciptakan perdamaian dunia, tapi otak kapitalisnya yang licik justru mengambil untung dibalik semua konflik dan kegaduhan didunia yang hakekatnya dia ciptakan sendiri. 

Dunia bukan tak tahu keterlibatan AS dalam setiap konflik termasuk pada konflik Rusia-Ukraina. Kapitalisme yang diterapkan hampir diseluruh jagad bumi, akan selalu memandang dunia dengan kaca mata untung rugi. Sulit meyakini kunjungan RI 1 semata misi perdamaian seperti tajuk dalam banyak berita. 

Bahkan tajuk yang dibaca publik hanya kamuflase dari kepentingan para oligarki. Bagi para kapitalis, para oligarki "Tak ada makan siang gratis", pemimpin naik dimotori, dimodali para oligarki, jalannya negara, kebijakan semua dalam dikte oligarki. 

Maka perdamaian hakiki hanya akan ada bila Islam diterapkan secara kaffah hingga mewujudkan Rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana janji sang penguasa semesta yaitu  Allah SWT...wallahu'alam.



Oleh: Rengganis Santika A, STP
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar