Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Aku Memilih Keluar dari Jeratan Riba


Topswara.com -- Memiliki penghasilan yang mapan tentu merupakan impian setiap manusia, namun berbeda dengan Herman meskipun gajinya diatas 20 juta perbulan tapi ia memilih keluar (resign) dari Bank BUMN.

Keputusan untuk keluar dari Bank tidaklah mudah butuh tiga tahun “Tiga tahun saya mengetahui riba, baru di tahun ke 3 saya putuskan keluar dari Bank,” tuturnya kepada Topswara.com Jum’at (15/4/2022).

Sebelumnya, Lelaki kelahiran 1982 tersebut memiliki banyak pengalaman bekerja mulai dari Bank BUMN Nasional, Bank Swasta Nasional dan Beberapa Leasing Terbesar di Indonesia. 

Semenjak mulai bekerja di tahun 2006 silam di Bank BUMN, ia berhasil meminimalisir potensial fraud, hingga 114 milyar rupiah, itu artinya ada 100 persen kasus yang masuk, bisa diselesaikan dengan baik, recovery dan aspek jera pelaku dengan penjara. 

Selain itu, ketika bekerja di Bank, ia mengetahui berbagai karakter manusia, terutama dari sisi jahatnya penjahat perbankan, pasti ada kelemahan dan ada sisi baiknya. 

Menurut Herman, ia lebih melihat kasus sebab akibat, sehingga ada fungsi kontrol dan development yang ia lakukan sehingga potensial fraud loss di Perusahaan bisa diminimalisir, bahkan kreditrisk pun bisa ia tekan.

Berkat prestasinya itu, ia mendapatkan hadiah jalan-jalan ke luar negeri ke Singapura, Vietnam dan tempat wisata lainnya dan ia juga dibelikan Cindra mata saat berada di luar negeri.

Namun demikian, lelaki yang memiliki empat anak itu, justru memilih keluar dari tempat kerjanya di Bank 

Keputusan Herman keluar dari Bank BUMN, berawal setelah ia mempelajari muamalah Islam lebih dalam, dari situ ia tahu bahwa transaksi-transaksi yang ia lakukan di Bank konvensional maupun di Bank syariah masih menggunakan riba. 

Bahkan menurutnya, Bank syariah lebih kapitalis dari Konvensional dan banyak Istilah sesuai muamalah Islam digunakan, namun praktiknya tidak sesuai, selain riba ada dosa kebohongan lagi yang diterima.

Akibat dari riba yang ia peroleh selama ia kerja di Bank, ia menjdi tempramen sama anak dan istri, pikirannya sering kosong, uang habis tidak tahu kemana sementara gaji dan bonus sangat cukup bila dikalkulasikan, namun tetap tidak mencukupi.

Setelah berhenti (resign) bekerja dari Bank, masalah selanjutnya ia harus melunasi utang yang begitu banyak, maka ia pun mulai menjual asset yang ia miliki, kemudian buat aturan cash flow baru, dan ubah gaya hidup. Selain itu, ia mencari penghasilan tambahan lainnya dari berbagai lini usaha.

Sejak keluar ia memulai usaha jual lontong di pinggir jalan, menurutnya rasa makanan yang ia makan meskipun pakai teri dan sayur singkong nikmatnya luar biasa dan terasa jadi daging, namun hal itu tidak ia sampaikan ke istri dan anak-anaknya.

Alhamdulillah, tepat dua minggu setelah resign, Istrinya sambil makan bercerita kepadanya, "kamu merasakan gak, kok rasa makanan yang kita makan beda nikmatnya dari makanan waktu kamu masih kerja di Bank dulu?" 

Ia pun menjelaskan "ini anugerah luar biasa buat saya. Dan Inilah Bukti nyata bahwa haramnya riba, tidak akan ada nikmatnya buat kita dan keluarga.”

Sejak saat itu, ia selalu menyarankan bagi teman-teman yang masih kerja di Bank BUMN untuk segera resign, hijrah dari zona riba.

Menurutnya, tidak perlu khawatir akan makan apa besok hari, selama otak  berpikir, selama otot mau digerakkan, selama berusaha Insya Allah, yakin Allah SWT akan beri rezeki buat keluarga. Namun pastikan semua harus terukur dan terarah, jangan asal dalam melangkah, karena pola semuanya sudah berubah. Insya Allah itulah yang terbaik. [] Aslan La Asamu
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar