Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Klitih: Tindak Kriminalitas Akibat Sistem yang Salah



Topswara--Maraknya kekerasan jalanan selama Ramadhan semakin meresahkan masyarakat. Tindakan ini tidak hanya membuat kegaduhan, tapi juga mengakibatkan korban jiwa. Kekerasan jalanan ini dinamakan klitih yang dimaknai sebagai aksi kejahatan yang kebanyakan dilakukan remaja di jalanan pada malam hari dan telah mengarah pada kriminalitas.

Seperti yang belum lama terjadi, seorang pelajar SMA di Yogyakarta menjadi korban kejahatan klitih hingga meninggal dunia. Hal ini bukan menjadi kasus pertama yang dilakukan kelompok klitih, fenomena klitih telah terjadi kesekian kalinya hingga memakan korban jiwa (Liputan6.com, 5/4/2022)

Setelahnya, terjadi kasus tawuran sarung yang berujung maut Jalan Raya Tambun Utara, Desa Sriamur, Kecamatan Tambun Utara, yang mengakibatkan satu korban DS (14) meninggal dunia. Aksi tawuran tersebut bermula dari perjanjian perang sarung antar kelompok pelaku yang berkumpul dengan kelompok remaja lain. Saat perang sarung berlangsung, seorang anggota kelompok pelaku terkena sabetan senjata tajam sehingga memicu amarah (suara.com, 7/4/2022)

Sebenarnya, ada apa dengan pemuda saat ini? Siapa yang seharusnya disalahkan? Momen Ramadhan yang seharusnya dihidupkan dengan memperbanyak amal, justru mengotorinya dengan melakukan maksiat dan tindak kriminal. Kemana jalan pemikiran mereka saat ini? Akankah hal ini terus terjadi dan semakin merajalela?

Keberadaan dan kehadiran kelompok remaja pada dasarnya ingin menunjukkan diri mereka dan diakui eksistensinya. Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan kelompok remaja ini dengan melakukan kegaduhan dan melakukan bentuk aktivitas fisik sebagai ajang adu kekuatan. Seperti halnya fenomena klitih yang menjamur di kalangan kelompok remaja saat ini.

Terkait fenomena klitih ini, seorang Praktisi Psikologi di Kota Solo Hening Widyastuti mengungkapkan hal ini terjadi karena banyaknya pergeseran nilai atau norma di keluarga dalam pola pendidikan. Selain itu, pola asuh keluarga terhadap anak. Terlebih, banyak kita jumpai orang tua yang sibuk mencari nafkah karena kebutuhan ekonomi. 

Pada masa remaja ini juga mereka menganggap diri mereka sudah dewasa. Sehingga mulai memiliki jarak hubungan yang renggang terhadap orang tua dan keluarga. Mereka juga mulai untuk membuat kelompok kecil dari teman-temannya. Dengan adanya kelompok kecil ini, mereka mulai menampakkan eksistensinya dan ingin diakui masyarakat tanpa berpikir aktivitas yang dilakukan berdampak pada kebaikan atau keburukan.

Hal ini terjadi karena tidak berfungsinya peran keluarga, masyarakat, dan negara. Peran keluarga terutama orang tua belum mampu menjalankan fungsinya sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Orang tua harus menjalankan peran ganda sebagai pekerja, sehingga memiliki waktu terbatas di rumah.

Tidak hanya itu, masyarakat yang tidak islami dan lingkungan yang bebas memberikan luang untuk mereka melakukan apapun dengan bebas tanpa melihat standar suatu perbuatan. Masyarakat yang bersifat individualis dan tidak peka terhadap perbuatan bebas yang dilakukan sekelilingnya. 

Terlebih, peran negara yang tidak optimal. Negara yang berperan mengambil kebijakan ternyata belum mampu melindungi generasi ini dari serangan barat. Baik dalam hal tontonan, fashion, dan makananan. Hal tersebut telah dikuasai barat dan diadopsi oleh generasi saat ini. Semua ini terjadi karena dampak diterapkannya sistem kapitalistik dengan nilai-nilai liberalnya, tidak menghiraukan norma dan agama.

Pemuda sebagai tombak kebangkitan dan perubahan Islam sudah seharusnya menghabiskan waktunya dengan mengkaji Islam dan memperjuangkan syariat Islam dalam dakwah. Bukan menunjukkan dirinya dengan adu kekuatan, membuat kegaduhan, dan tindak kriminal lainnya.

Terlebih di momen Ramadhan ini, sudah seharusnya pemuda lebih banyak mengisi waktunya untuk beramal saleh dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Malamnya diisi dengan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. 

Menyikapi hal ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan keluarga untuk mengedukasi anak-anak untuk melakukan amal sholeh. Pertama, menanamkan aqidah yang kuat terhadap keyakinan kepada Allah SWT dan memahamkan syariat Islam. Dengan begitu mereka meyakini bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban.

Kedua, menyibukkan mereka dengan aktivitas positif yang menunjang keterampilan dan hobinya. Dengan begitu, hal ini akan mempengaruhi lingkungan yang akan ditemuinya. Lingkungan kondusif dengan komunitas yang mengarah pada aktivitas positif.

Ketiga, mengawasi penggunaan gadget pada anak-anak. Orang tua harus mendampingi dan mengontrol mereka dalam menggunakan gadget. Melihat fakta yang terjadi akibat penggunaan media yang salah dengan mengakses konten-konten yang merusak pemikiran mereka.

Sekuat apapun keluarga dan orang tua yang menjaga dan membentengi anak, jika peran masyarakat dan negara tidak berfungsi dengan baik maka penjagaan keluarga akan tergerus nilai liberal saat ini. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah sistem yang bersifat sistematis dan tegas dalam menentukan suatu kebijakan guna melindungi generasi saat ini dalam cengkraman barat. Dengan begitu akan tercipta keluarga dan masyarakat yang Islami dengan mengemban nilai-nilai dan aturan syariat Islam.

Dakwah Islam sebagai upaya untuk memahamkan dan mengajak seluruh elemen masyarakat, terlebih kepada penguasa untuk dapat menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan dan aturan sosialnya dalam memberikan sanksi dan hukuman yang tegas bagi mereka yang melanggar syariat. Hal itu dapat diwujudkan dalam sebuah institusi politik Islam, yaitu khilafah islamiyah.

Wallahu a'lam bishawwab


Oleh: Novriyani, M.Pd. 
(Praktisi Pendidikan)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar