Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ahli Fiqih Sebut Empat Persiapan Menyambut Ramadhan


Topswara.com -- Ahli Fiqih Islam, KH. Muhammad Shiddiq Al Jawi, S.Si., M.Si. menyebutkan empat persiapan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

"Setidaknya ada empat persiapan yang harus kita persiapkan untuk menyongsong datangnya bulan suci Ramadhan," sebutnya dalam Kajian Fiqih yang bertajuk Persiapan-persiapan Menyambut Ramadhan di kanal Khilafah Reborn, (Ahad, 1/4/ 2022).

Pertama, persiapan mental atau nafsiyah, dalam bahasa Arab bisa diungkapkan Al-I'dad An- Nafsiyah. Kemudian kedua; persiapan kesehatan atau fisik al i'dad al jasadiyah, yang ketiga; persiapan ilmu atau i'dadul al ilmiyah dan keempat; persiapan harta atau al i'dad al maliyah.

"Persiapan yang harus dimiliki kaum Muslim dalam menyongsong datangnya bulan suci Ramadhan adalah persiapan mental. Apa yang dimaksud dengan persiapan mental? Yaitu persiapan suatu sikap mental dalam menyambut Ramadhan dengan perasaan gembira yaitu al surur," tuturnya.

Kemudian ia bertanya, mengapa demikian? Karena bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat luar biasa bagi umat Islam. Banyak fadhilah-fadhilah dan keutamaan yang diberlakukan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW mengenai bulan Ramadhan. Jadi, Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa. Di antaranya adalah bulan di mana amal shalih kita ditingkatkan pahalanya dari Allah SWT. Suatu kebaikan itu akan diganjar pahala sepuluh kali lipat. Bahkan, untuk puasa itu sendiri pahalanya bisa lebih dari itu. 

"Jadi, ketika mendapat informasi pahala amal shalih di bulan Ramadhan lebih banyak dibanding dengan bulan-bulan lainnya, kira-kira kita akan menyambutnya dengan perasaan apa?" tanyanya.

Kemudian Kiai Shiddiq menegaskan, tentu kaum Muslim akan merasa bergembira. Jangankan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, kegiatan sehari-hari saja, misalkan pedagang yang pada waktu tertentu dia mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada waktu yang lain, ia akan senang ketika ada hari di mana peluang keuntungan lebih besar daripada waktu yang lain.

"Apalagi jika hal tersebut kita bandingkan dengan bulan Ramadhan, di mana yang memberikan berbagai balasan ini bukan manusia, tetapi Allah SWT. Berbagai keutamaan itu langsung dari Allah SWT. Ada pahala yang berlipat ganda dan ada janji ampunan," tuturnya.

Kemudian ia mengutip hadis riwayat Bukhari

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

"Belum lagi ada suatu malam yaitu malam Lailatul Qadar yang itu hanya ada di bulan Ramadhan. Maka, sudah selayaknya kita bahagia menyambut datangnya bulan Ramadhan. Makanya, perasaan gembira tersebut terwujud dalam tradisi kaum Muslim dalam menyambut Ramadhan yaitu dengan mengadakan acara-acara untuk mengekspresikan kegembiraan tersebut dengan tarhib Ramadhan. Oleh karena itu jangan sampai kita melihat Ramadhan itu dari segi lahiriahnya saja, yaitu lapar dan dahaga.

"Apabila itu yang dilihat, maka orang menyambut Ramadhan dengan perasaan tidak gembira, seraya melupakan hal-hal yang sifatnya ghaib atau tidak bisa diindera, yaitu pahala dan ampunan," sesalnya.

Menurut Kiai Shiddiq, namanya pahala dan ampunan tidak bisa diindera. Maka, di sinilah seharusnya kaum Muslim memahami jika puasa harus diawali bahwa dia beriman sebagaimana firman Allah SWT

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا

Wahai orang-orang beriman. 

Maka, mari sambutlah Ramadan dengan kata "Marhaban ya Ramadhan".

"Kedua; adalah persiapan fisik atau kesehatan. Mengapa perlu kita miliki? Karena puasa adalah ibadah badaniyah, karena selama melakukan ibadah puasa kita tidak makan dan minum, karena keduanya membatalkan puasa. Hal ini jelas sangat berpengaruh kepada fisik kita dan menuntut kondisi kesehatan yang prima. Maka, jagalah kesehatan kita sebab kondisi yang tidak fit bisa berpengaruh pada ibadah puasa kita, malah tidak melakukan puasa karena sakit," urainya.

Ia mengatakan, meski syariat Islam memberikan solusi bagi yang sakit, tetapi kalau seseorang mengganti puasa karena sakit atau qadha, maka, keutamaan bulan puasa tersebut akhirnya luput didapat.

"Maka, persiapkanlah fisik kita secara optimal, sehingga tidak ada hambatan," nasihatnya.

Kemudian ia menambahkan dengan mengutip sabda Rasulullah SAW, 

سل الله العفو والعافية

Mintalah kamu kepada Allah pemaafan dan kesehatan/kesejahteraan

"Sehingga dari hadis ini kita bisa belajar bahwa nikmat yang diberikan oleh Allah SWT yang paling besar adalah nikmat keimanan, lalu kemudian kesehatan. Karena kita memahami tanpa ada kesehatan akan berat melakukan amal shalih," tegasnya.

Selanjutnya ia menyebutkan, yang ketiga, persiapan ilmu. Kenapa ilmu penting sebelum melakukan ibadah puasa? Karena ilmu mendahului amal dan ucapan. Jika seseorang melakukan suatu amal tanpa ilmu, maka amalnya tidak akan diterima oleh Allah SWT. Maka dari itu ilmu sangat diperlukan. Misalkan niat puasa dilakukan pagi hari, padahal niat puasa seharusnya dilakukan pada malam hari. Zakat fitrah dan zakat mal, tarawih dan ibadah lainnya yang dilakukan pada saat Ramadhan. Begitu pun dengan amalan sunah, misalkan itikaf dan shadaqah. Tentu harus dengan ilmunya.

"Keempat persiapan harta, kenapa perlu? Karena ibadah di bulan Ramadhan ini ada hubungannya dengan harta. Ketika kita berpuasa, berbuka, dan sahur harus ada makanan yang dimakan. Apalagi terkait dengan kewajiban zakat fitrah atau mal. Bagaimana kita bisa melakukan itu kalau tidak ada uangnya, begitu pun dengan shadaqah," paparnya.

Ia menambahkan, jadi persiapan harta tidak boleh menjadi sesuatu yang diabaikan.

"Ibadah puasa tidak lepas dari harta yang menjadi pendukung, tetapi tidak perlu memaksakan artinya sewajarnya saja," pungkasnya.[] Nurmilati
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar