Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Khilafah Warisan Umat Islam, Peninggalan Sejarah, dan Lambang Persatuan Umat


Topswara.com -- Sejarah hubungan khilafah dan Indonesia sampai tahun 1924, Sejarawan sekaligus Direktur Institut Literasi Khilafah dan Indonesia (ILKI), Septian A.W. mengatakan, khilafah warisan umat Islam, peninggalan sejarah, dan lambang persatuan umat.

"Sesungguhnya khilafah ini bukan milik Turki, melainkan milik dunia Islam seluruhnya. Khilafah warisan umat Islam, peninggalan sejarah, dan lambang persatuan umat," ujarnya dalam acara Kelas Rajab One Day, bertajuk Keruntuhan Khilafah Dalam Sejarah Indonesia, live zoom NgajiBukuID, Kamis (3/3/2022).

Menurutnya, keruntuhan khilafah mengejutkan dunia Islam termasuk Muslim di Indonesia, mereka tidak hanya berminat dalam masalah khilafah tetapi juga merasa berkewajiban membicarakan dan mencari penyelesaiannya. “Saat itulah satu periode muncul di mana antusiasme terhadap khilafah memanas di Kepulauan Hindia Belanda,” tegasnya.

Ia menyebutkan, seperti dikutip oleh Martin van Bruinessen, periode tersebut bahkan dianggap sebagai sebuah tonggak bersejarah dalam pergerakan umat Islam di negeri ini.

“Sejak masa Sriwijaya pada Abad ke-7 di Nusantara sudah ada korespondensi dengan Khilafah Umayyah, para khalifah di Istanbul dikenal orang Indonesia dengan sebutan Sultan Rum, sebagaimana yang ada dalam literatur Melayu dan cerita rakyat poluler, seperti dikutip dalam buku Jaringan Ulama Timur Tengah Azyumardi Azra," jelasnya.

Ia menambahkan, bahkan pada abad ke-16 Aceh sudah membangun hubungan dengan Khilafah Utsmani dan menyatakan ketundukan kepada khalifah serta meminta dukungan militer dalam perang melawan Portugis.

“Pada abad ke 19 Aceh memohon Sultan Utsmani Abdul Aziz untuk dukungan militer dengan mengirim utusan mereka, Sultan tidak tertarik dengan petualangan militer yang jauh dan menolak untuk membantu, dikutip pada buku Habib Abdur-Rahman az-Zahir 1883-1896, Anthony-Reid,” ungkapnya.

Ia juga menuturkan, ketika berita Khilafah Turki Utsmani di bubarkan setelah Perang Dunia pertama usai, segera menyebar dan mengejutkan dunia Islam. Dinamika perubahan politik di Turki tersebut tidak luput dari perhatian Muslim di Hindia Belanda (Indonesia). Secara sadar mereka sering membahas nasib Turki dan khilafah mereka, ini menunjukkan adanya ikatan mereka dengan khilafah.

“Sesaat setelah peristiwa keruntuhan terjadi, muncul pemberitahuan hebat, hingga menarik perhatian dunia. Di Hindia Belanda (Indonesia) perkembangan politik di Istanbul telah menjadi perhatian berbagai surat kabar terutama yang berbahasa Belanda,” tambahnya

Menurutnya, surat kabar berbahasa melayu juga ikut membahas soal penghapusan khilafah ini. Dalam surat kabar Neratja, yang dikelola K.H. Agus Salim, dimuat serial tulisan yang berjudul "Ke manakah Khalifah Islam?”

“Keruntuhan khilafah yang begitu tiba-tiba mengejutkan kalangan elit politik dan seluruh pemuka agama di seluruh wilayah Timur Tengah dan Negeri Muslim pada umumnya,” tuturnya.

Ia mengungkapkan khilafah urusan penting, wacana khilafah tidak hanya menjadi daya tarik perdebatan tetapi lebih jauh dari itu menjadi esensi kehidupan mereka.

“Dalam pandangan mereka khilafah harus bisa mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan umat Islam seluruhnya termasuk mereka yang tinggal di Nusantara,” pungkasnya. [] Riana
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar