Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

India Kegagalan Eksperimen Hak Asasi Manusia


Topswara.com -- India, negeri Bollywood di kawasan Asia Selatan ini, merupakan salah satu negeri yang penuh konflik beragama, terutama antara hindu yang mayoritas, dan Islam minoritas. Negeri ini juga menjadi contoh bagaimana HAM dan Demokrasi mengalami kegagalan fantastis dalam implementasinya. HAM yang dipuja-puja sebagai prinsip hidup bernegara nyatanya hanya bualan belaka. 

Negeri ini merupakan contoh bagaimana rekayasa diskriminasi dan kekerasan terhadap minoritas Muslim berlangsung hingga hari ini. Semua itu tak lain dalam rangka menjegal eksistensi Islam. Negeri ini juga menjadi saksi, bagaimana wajah ketakutan Barat kafir dan antek-anteknya melihat geliat kebangkitan Islam di seluruh penjuru dunia.

Terlepas dari sejarah panjangnya, hari ini kita mengenal India sebagai Negara predator bagi umat Islam pasca viralnya seruan genosida dari aktivis ekstrem hindu di sana serta berbagai pelarangan hijab di sejumlah sekolah.

Sungguh naif, ada negara-negara pelanggar HAM berat seperti India tetapi AS dan komplotannya di Eropa menutup mata dan telinga, atau sekadar memberikan kecaman minor. Hal ini merupakan bukti bahwa garis kebijakan negara-negara predator itu dipandang sejalan dengan kepentingan AS dan sekutunya.

Pada dasarnya ide HAM memiliki empat konsep dasar kebebasan, yaitu kebebasan berkeyakinan, kebebasan berpendapat, kebebasan bertingkah laku, dan kebebasan berkepemilikan. Semua ide ini tertuang indah dalam konsep alias teori, namun buruk rupa dalam realitasnya.

Berdasarkan kebebasan berkeyakinan, setiap orang berhak meyakini ataupun mengingkari keyakinan, ideologi, maupun agama apapun. Mereka berhak beragama, berpindah agama, atau bahkan tidak beragama sama sekali. Teori konyol ini tidak berlaku bagi muslim India. 

Mereka didiskriminasi lantaran memeluk islam, sehingga tidak mendapatkan hak kewarganegaraaan seperti di Kashmir. Amendemen Undang-Undang Kewarganegaraan pada tahun 2019 lalu, memberikan kewarganegaraan kepada minoritas agama, tetapi mengecualikan Muslim.

Berdasarkan kebebasan bertingkah laku, setiap orang berhak menjalani kehidupan sesuai kehendaknya selama tidak melanggar kehidupan pribadi orang lain, seperti bergaul, menikah, berpakaian, berekspresi, dan lain-lain. 

Namun, kita melihat muslimah India dikecualikan dalam hal berbusana. Muskaan Khan mahasiswi berusia 19 tahun dan beberapa siswi muslimah lain di berbagai sekolah adalah bukti yang nyata diskriminasi HAM di India.

Dari dua konsep kebebasan ini saja kita dapat menarik kesimpulan bahwa ide HAM hanya memberi bukti-bukti palsu. HAM hanyalah sebentuk jualan politik luar negeri AS dan Negara-negara Barat. Praktik HAM mengandung standar ganda dan bersifat diskrimintif terhadap umat islam. 

Eksperimen HAM di India menemukan kegagalan total lantaran negara tersebut tidak benar-benar menghargai, menghormati, menjunjung tinggi, apalagi menegakkan HAM. 

Sekali lagi, HAM hanyalah pemikiran teoritis, pemikiran yang bermimpi menjunjung langit, tapi kakinya tidak menginjak bumi, alias mengawang-awang. Tidak sedikit deklarasi tentang HAM selalu menjadi resep anjuran dan persuasif tentang pentingnya menjaga, melindungi, menghargai, dan menghormati hak asasi. 

Namun, deklarasi-deklarasi konyol itu tidak pernah punya metode apalagi  bukti bagaimana semua ide HAM bisa ditegakkan. India hanyalah salah satu contoh kegagalan eksperimen HAM, selain Thailand, Myanmar, Cina, Israel, dan lain-lain. Dalam implementasinya, penegakan HAM sangat dipengaruhi oleh kepentingan penguasa. HAM tidak bebas dari kepentingan politik, ekonomi, dan ideologi negara adidaya.

Dengan demikian, segala gembar-gembor HAM hanyalah omong kosong. Mereka tidak pernah memuliakan harkat dan martabat manusia yang sebenarnya. Penegakan dan perlindungan hak-hak asasi manusia hanya akan terwujud manakala Islam tegak melalui sebuah kekuasaan Negara, khilafah. 

Pemimpin negara khilafah seperti Al-Mu’tashim billah, adalah salah satu contoh nyata bagaimana pemimpin menyelamatkan kehormatan seorang muslimah dari kejahilan  pria kafir yang mengganggunya di pasar. Kisah heroik Al-Mu’tashim dicatat dengan tinta emas sejarah Islam dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 223 Hijriyyah, yang disebut dengan Penaklukan kota Ammuriah.

Pada tahun 837, Al-Mu’tasim billah menyahut seruan seorang budak muslimah yang konon berasal dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar. yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya.

Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim billah dengan lafadz yang legendaris yang terus terngiang di telinga seorang muslim: “waa Mu’tashimaah!” (di mana engkau wahai Mutashim… Tolonglah aku!)

Tanpa menunggu lama,usai mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun segera menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki). Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), begitu besarnya pasukan yang dikerahkan oleh khalifah.

Saat itu di bulan April, 833 M, kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi. Sebanyak 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan. Pembelaan kepada Muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.

Sungguh, umat islam merindukan hadirnya pemimpin seperti Khalifah Al-Mu’tashim billah. Ketika banyak muslimah India dilarang berhijab di sekolah dan kampus, tempat di mana setiap orang seharusnya dijamin keamanannya. Bukan hanya hak dan kebebasan individu yang terampas, tapi juga hak atas akses pendidikan bagi setiap warga negara, apapun agamanya.

Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah saw, “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan jumlah kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi saw bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745).

Ini adalah tamparan keras bagi pemimpin dunia muslim, kepada siapa mereka bercermin kalau bukan pendahulu mereka, para Khalifah yang pemberani dan ksatria. Saatnya umat islam bersatu, membuang rasa cinta dunia yang serba sekuler buatan kaum kafir ini menuju cinta akhirat, dengan menegakkan izzul islam wal muslimin. 

Sungguh, fajar kemenangan islam akan bersinar tidak lama lagi. Persatuan pemikiran dan perasaan umat islam berlandaskan akidah islam dan keyakinan akan janji Allah dan bisyarah Rasulullah akan segera menjadi kenyataan. Karena itu, marilah kita massifkan perjuangan demi tegaknya khilafah Islam. Wallahua’lam.


Oleh: Pipit Agustin 
(Forum Hijrah kaffah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar